35. Nana Bisa

1.1K 125 18
                                    

"nggak, gue gak sekolah masih sakit"

"Pulang sekolah nanti, aku jengukin ya?"

Nana menghela nafasnya, baru juga permulaan tapi rasanya Nana sudah sangat lelah "kalau lo mau di depak langsung sama Abi Umi gue ya gak papa, sini aja"

Terdengar ringisan kecil di sebrang sana "gak dulu deh, persiapannya belum mateng hehe..."

Nana cukup tau persiapan apa yang amira maksud, tapi ia tak ingin ambil pusing untuk kali ini "yaudah gue tutup"

"Eh tunggu tunggu"

"Apa lagi?"

"Mulai detik ini, aku minta kamu ubah bahasa kamu sama aku. Dulu kamu gak sekasar ini sama aku, gak pernah pake gue-lo"

"Hm"

"Cobain dulu"

"Udah, aku tutup" tepat setelahnya tanpa menunggu sahutan dari sebrang sana, Nana langsung memutuskan sambungan telpon.

Di simpannya benda pipih itu di atas meja belajar. Nana melonggarkan dasi yang ia kenakan, juga melepas kancing kemejanya satu satu, kemudian menyandarkan dirinya pada sandaran kursi. Bersamaan dengan itu, Jeje muncul dari walk in closet sudah rapi dengan seragam osisnya. Alis kembarannya itu bertaut ketika tatapan mereka bertemu.

"Gak jadi sekolah?" Tanyanya, pasalnya Jeje tadi udah liat kalau nana udah rapi, tapi sekarang anak itu bahkan sudah kembali membuka kembali kancing kemejanya.

"Nggak ah"

"Loh? Masih gak enak badan?" Tanya jeje lagi, tangannya terulur guna menyentuh dahi sang kembaran. Masih hangat, tapi tak sepanas kemarin.

"Di bilang udah sehat juga" tukas Nana sambil menurunkan tangan jeje dari dahinya "gue masih males, si Amira barusan minta di jemput soalnya" akunya jujur. Benar, gadis itu menelpon bertujuan untuk minta Nana jemput dan berangkat bersama.

Omong omong, Nana juga sudah menceritakan nya pada Jeje perkara kesepakatan dengan Amira. Belum bilang Reren sih, karena mereka belum sempat ngobrol. Cacan? Nana gak mau bagi bagi info pada anak itu lagi, ia masih kesel perkara kemarin di rumah sakit. Para bocil? Nanti aja mereka masih kecil, biarin mikirin main aja dulu.

"Ini lo yakin na? Mau nurutin apa mau dia?" Jujur saja, Jeje merasa keberatan dengan keputusan yang Nana ambil. Dia tuh khawatir dengan kondisi si adik kembar, sekarang mungkin Amira tidak melakukan hal aneh aneh, tapi Jeje takut kedepannya Amira bisa melakukan hal di luar prediksi mereka, sesuatu yang mungkin saja berbahaya bagi Nana.

"Yakin gak yakin sih, yaudahlah jalanin aja dulu"

Jeje menghela nafas panjang "tapi harus selalu update sama kita loh, kalau ada apa apa jangan di sembunyiin, harus bilang bilang"

"Iya"

"Yaudah yok ke bawah, sarapan"

Sebelum melangkah, nana melepas kamejanya lebih dulu, menyisakan kaos hitam polos yang ia gunakan sebagai dalaman.

Di bawah sudah berkumpul semua orang, makanan juga sudah tertata. Dan kedatangan jeje juga Nana sukses menarik perhatian mereka, teruma pada Nana yang tak memakai seragam lengkap, hanya celananya saja.

"Loh? Kok belum siap, na?" Tanya Abi begitu nana duduk di sampingnya.

Nana mengendikan bahunya tanpa mengatakan apapun, ini kalau masih ada kursi kosong selain di dekat abi mungkin Nana akan pindah, sayangnya tidak ada lagi. Ada sih, di samping umi, tapi Nana makin gak mau.

"Judes banget kamu sama abi, masih marah ya?" Abi menoel pipi putra kelimanya itu, menggoda.

Nana mendelik tak suka "apaan sih?!" Ketusnya sembari menyingkirkan tangan abi nya itu.

Double Say • NctDreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang