18. Murid Baru

1K 132 16
                                    

"umi kemarin waktu cacan pulang sekolah, cacan pake kaus kaki ke kamar gak ya??"

Umi cuma menghela nafas jengah, wanita dengan rambut kuncir kuda itu hanya berdiri, bersandar pada dinding sambil menyaksikan cacan yang ribut sendiri didekat rak sepatu nyariin kau kakinya.

Hari ini anak anaknya yang osis memang harus berangkat pagi katanya emang disuruh sama pembina, jadi baru jam 6 kurang mereka udah siap tinggal sarapan, cuma cacan doang yang masih riweuh nyariin kaus kaki.

"Umi ih,,,kalah ngalalajoanan hungkul" pada akhirnya putra keempat bapak agung itu menyerah, merengek juga sama umi.

[Umi ih,,, malah nontonin doang]

Umi menggeleng kepalanya kemudian mengangkat sebelah tangan yang tengah memegang sepasang kaus kaki. Hal itu membuat cacan meringgis sembari berjalan menghampiri.

"Bilang atuh mi, diem diem bae" katanya sambil memasangkan kaus kaki putih itu dimasing masing kakinya.

Umi tak membalas perkataan cacan, memilih beranjak kembali ruang makan. Di sana sudah ada jeje sama lele yang terlihat sedang membalikan piringnya, bersiap untuk sarapan.

Sebenarnya baik abi ataupun umi, keduanya selalu membiasakan anak anak mereka untuk tidak mengambil alas mendahului orang tua. Tapi jika buru buru begini, itu bisa menjadi pengecualian, soalnya jam segini agung juga masih santai.

"Masih sakit ya mi giginya?" Tanya jeje ketika umi menambahkan lauk dipiringnya.

Umi mengangguk tanpa mengatakan apapun. Iya, jadi alasan umi tadi cuma diam itu karena males ngomong, soalnya giginya lagi sakit.

Bahkan kekacauan yang sering terjadi di pagi hari, seperti jijis sama jeje yang nyariin sabuk, lele sama mamar yang nyariin dasi, reren yang adu mulut sama cacan karena celana mereka ketukar, terus nana yang ah gak tau--anak itu belum mengeluhkan apapun, umi menangani semuanya sambil bungkam.

"Periksa ke dokter aja mi" saran cacan, kini anak itu lebih tenang setelah kaus kakinya ketemu.

Sebetulnya bukan ketemu, karena kaus kakinya memang ada di tempat setrika, cacan mungkin lupa kemarin itu kan hari minggu, otomatis kalau pakaian yang gak ada dilemari ya sudah pasti di tempat setrika.

"Iya,, Kalian buruan beresin makannya abis tuh berangkat" balas umi agak ketus. Dari tadi umi emang lagi kesel, udah tau uminya lagi sakit gigi eh tujuh anak ayamnya malah lebih berisik dari pada biasanya.

"Umi kalok lagi sakit gigi gini serem tau" keempatnya menoleh ketika suara nana terdengar. Anak itu ternyata sudah siap, dan hal itu membuat yang lain mengernyit.

"Tumben na jam segini udah rapi?" Tanya jeje, bukan tanpa alasan ia berkata seperti itu. Sebab semua orang rumah juga tau, nana ini paling lelet kalau siap siap, kadang jisung suka sampai misuh misuh nungguin kakaknya itu karena takut telat. Selain memang jam masuknya lebih siang dari yang lain, nana orangnya emang paling santai sih.

"Pengen aja" jawab nana seadanya sambil duduk di samping jeje, tidak untuk memulai sarapan, anak itu malah mengeluarkan ponselnya kemudian memainkan benda pipih itu.

"Gak sarapan sekarang na?" Tanya umi.

Nana menggeleng "ntar aja bareng abi" jawabnya hanya melirik umi sekilas kemudian kembali pada ponselnya.

Beberapa saat kemudian, jeje, cacan, sama lele beranjak, salim kemudian pamit berangkat. Meninggalkan nana sama umi yang masih nunggu yang lain turun.

"Umi"

Umi berdehem sebagai jawaban, setelah meletakan piring kotor di tempat cuci, umi kembali duduk di hadapan nana.

"Nana kok kangen om Fadil sama tante vio"

Double Say • NctDreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang