30. Sekilas Cerita Lalu²

604 103 18
                                    

Singkatnya sejak hari di mana Yuna mengusulkan untuk membatasi interaksi Nana dan Amira, hubungan antara Yuna dan Safira jadi sedikit renggang. Safira tak pernah lagi menyapa Yuna dengan hangat setiap kali mereka tak sengaja bertemu.

Yuna tak begitu ambil pusing, yang penting Nana sudah tidak lagi menginap di rumah tetangganya itu dan putranya yang lain tak lagi menggerutu di hadapannya kalau Nana gak tidur bareng mereka.

Untuk hubungan Nana dan Amira sendiri masih aman aman saja, cuma ya gitu kadang kala Amira memaksa Nana untuk menginap. Dan jika hal itu terjadi, Reren dan cacan akan turun tangan, di samper Nana nya buat di seret pulang.

Waktu terus berjalan tanpa terasa, bocah bocah yang kemarin masih menggunakan seragam merah putih itu kini sudah memakai seragam putih biru, merasa makin gede aja mereka. Apalagi cacan, sudah gak ada segan dia memakai bahasa gaul pada ketiga kembarannya. Umi sampai lelah sendiri negurnya, jadi ya sudah lah asalkan anaknya tidak mengumpat.

"Umi, nanti Amira sama Cila mau ke sini ya, mau ngerjain tugas kelompok sama Jeje juga" nana berseru sambil jalan ke arah umi yang lagi duduk santai di ruang keluarga.

"Mau umi bikinin camilan apa?" Tawar umi, kebiasaan jika anaknya membawa teman sekolah ke rumah pasti di suguhi camilan, sebagai teman mereka mengerjakan tugas.

Tidak langsung menjawab, Nana malah mendekat kan wajahnya ke arah Yuna, lalu satu kecupan mendarat dengan sempurna di pipi mulus wanita anak tujuh itu. Satu kebiasaan setiap anak anaknya pulang sekolah.

"Yang seger seger ya mi, di luar cuacanya panas banget" jawab nya kemudian.

"UMIIIII... CACAN MAU ES, UMI ES UMIII"

"CACAN JANGAN TERIAK!"

"UMI REREN PUKUL CACAN"

"MAKANYA JANGAN TERIAK"

Tak ribut bukan Cacan dan Reren namanya, datang datang bukannya ucap salam malah ribut di duluin. Umi menggerling, sementara Nana cekikikan melihatnya, jangan lupakan mamar dan jeje di belakangnya yang lagi tutup telinga.

Anak anaknya ini, tambah umur memang tambah berisik. Hal sepele saja selalu berhasil membuat mereka ribut, apalagi Cacan sama Reren. 24/7 gelud.

"Udah berantem nya? Sekarang mau makan dulu atau mandi dulu?"

"Makan/es krim" sahut mereka kompak, Cacan doang yang teriak es krim.

"Es krim nya nanti habis makan, a mamar panggil lele sama jijis gih di atas"

Mamar langsung melaksanakan titah sang umi tanpa protes. Berlari menaiki tangga sambil meneriaki kedua adik bungsunya.

Kini ketujuh putra abi agung itu sudah berkumpul di ruang makan untuk makan. Tentunya umi gak ikut makan, nanti aja sekalian makan malam bareng Abi. Kalau anak anak di biarkan sekarang, kalau nunggu malam nanti keburu terlalu lapar.

"Umi umi reren mau cerita, tadi di sekolah reren malu tau"

Di tengah tengah menikmati masakan sang umi, Reren menjadi yang pertama memulai percakapan.

"Ren tadi kan udah bilang gak akan cerita" sergah mamar seolah paham apa yang akan Reren ceritakan.

"Reren kan bilang gak akan cerita ke abi, ke umi mah cerita lah" balas reren dengan santai.

"Kok gitu"

"Kan emang gitu"

"Malah diskusi, mau cerita apa ren?" Potong Jeje.

Reren kembali beralih pada umi dengan semangat "tadi waktu lagi di kantin 'kan ada cewek yang lagi makan sup buah, nah semangkanya tuh di pisahin 'kan di taro di tutup Tupperware, terus aa liat, terus di samperin sama aa, terus sama aa di minta, terus di makan deh. Cewek nya melongo, asli mi reren yang liatnya aja malu tau" tepat satu detik cerita reren rampung, tawa mereka menguar, kecuali mamar yang memilih menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Double Say • NctDreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang