32. Mengalah

1.3K 158 35
                                    

Helaan nafas lega terdengar dari Cacan, setidaknya untuk malam ini dadanya terasa plong setelah ia pastikan jika persiapan untuk festival tahunan lusa sudah 90%.

Cacan itu tipe yang kalau ngerjain sesuatu harus selesai minimal dua hari sebelum hari-h. Karena menurutnya panitia harus punya waktu istirahat sebelum menghadapi kesibukan di hari-h, mood mereka harus dalam kondisi baik biar acara juga berjalan dengan baik.

Senyum anak ke empat abi agung itu merekah bangga, dalam hati ia berterimakasih pada dirinya karena telah bekerja keras hingga bisa sampai ke titik ini. Sekarang tinggal mempersiapkan diri saja untuk hari-h nya.

"Siap tempur can?"

Cacan tersentak pelan saat tiba tiba tangan Jeje bertengger di bahunya. Entah kapan anak itu datang, tau tau ada di sampingnya tanpa ia sadari.

"Siap gak siap harus siap gak sih? Lagian asikin ajalah nanti kita di goyang sama band ecek eceknya si bedul"

"Ada ada aja lo, yaudah yuk pulang"

Cacan mengangguk singkat lalu mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja, kemudian melangkah bersama Jeje yang dari tadi belum melepas rangkulannya. Kalau lagi begini keliatan banget mereka kembarnya, akur gitu.

"Je bentar, diem dulu diem" tahan Cacan ketik kaki mereka hendak menuruni tangga. Cacan menarik Jeje untuk bersembunyi di balik dinding, dan menajamkan pendengarannya.

Jeje yang awalnya mau protes jadi batal, ikut merapatkan diri ke dinding dan menguping suara seseorang di tangga sana.

"Lagian mereka keliatannya baik kok. Kata gue mending lo berhenti ngejar kak nana deh, tindakan lo makin jauh"

"Kak please, bukan gini caranya. Yang ada mereka makin benci sama lo, kak Nana juga pastinya gak suka"

"Gue gak maksa lo ajak gue, kalau tau bakal begini mending gue di Bali aja gak ke sini"

"Pokoknya gue gak mau lagi bantu lo, gue capek"

Setelahnya, yang mereka dengar adalah suara langkah kaki menjauh. Si kembar saling melempar pandangan, keduanya tak mengucapkan apapun tapi detik berikutnya kompak menghela nafas.

"Si gila itu gak ada habisnya. Kesel banget gue" ketus Cacan, teringat kembali masa lalu bagaimana tak akurnya ia dengan sosok gadis sebrang rumahnya.

"Liatin aja dulu, kalau macem macem boleh deh lo samperin" ucap Jeje di iringi tawa kecil sesudahnya.

"Ngapain gue nyamperin?"

"Ya siapa tau pengen kasih dia pelajaran"

Cacan mendengus "males banget, orang kayak dia gak akan paham paham" tukasnya dan Jeje ketawa aja walau dalam hati menyetujui.

"Dah ah, ayok balik. Jadi laper gue, dari kemarin perut gue gak nyaman banget, kayaknya enak kalau makan balado telur"

"Gak nyambung, tapi iya sih"








***

Di sisi lain, hari ini pun Nana pulang terlambat, lebih tepatnya semua siswa memang pulang terlambat karena sama sama mempersiapkan untuk festival minggu depan. Ya, tentunya bukan cuma sekolah saudaranya yang ngadain festival tahunan, sekolahnya juga rutin mengadakan acara besar itu.

Yang membedakan antara Nana dan saudaranya yaitu Nana tak terlibat dalam kepanitiaan, tentu saja Nana kan bukan anggota OSIS.

Agenda hari ini, Nana dan teman temannya yaitu mendekor kelas. Totalitas sekali sampai sampai kelas pun di cat ulang, dan di beri beberapa gambar sebagai tambahan. Cukup memakan waktu, pukul 5 sore mereka akhirnya menyudahi kegiatan, tinggal separo lagi, katanya di kerjakan besok saja.

Double Say • NctDreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang