36. Pelaku di belakang

971 113 44
                                    

Jangan di tanya apakah Nana menyesal dengan keputusannya atau tidak, jawabannya sudah pasti menyesal. Bayangkan saja, untuk bertemu tatap muka dengan Amira saja Nana begitu malas, apalagi seharian berada di dekat perempuan itu.

Nana gak tahu bagaimana awalnya tapi ketika dia masuk ke dalam kelas di bangkunya sudah ada Amira yang duduk dengan tenang. Gadis itu mengatakan dirinya ingin duduk bersama Nana mulai hari ini, dan Nana tak di perkenankan menolak.

Yabil tentu tidak rela, sempat marah marah rapi terpaksa Nana hentikan. Ia pada akhirnya mengalah, membiarkan Yabil pindah duduk bersama Cakka, salah satu temannya yang kebetulan duduk sendirian.

Tidak sampai di sana, saat jam istirahat Amira benar benar tak berhenti menempeli dirinya, gadis itu memaksa ingin makan bersama. Jelas hal itu membuat dirinya jengah, sayangnya ingin menolak pun tak bisa.

"Na kamu masih gak enak badan?" Amira bertanya di sela sela kunyahannya, tatapan hadis itu tak lepas dari wajah Nana yang hari ini terlihat tak se segar biasanya. Iyalah, siapa yang tahan terus terusan di buntuti perempuan seperti amira.

"Si bihan tadi udah sehat, tapi gara gara liat lo malah jadi sawan" seloroh Yabil dengan gamblang menunjukan ketidak sukaannya.

Amira beralih pada Yabil, menatap laki laki itu tajam "apasih? Orang aku tanya Nana, kok kamu yang sewot. Lagian ngapain sih kamu di sini? Aku sama Nana kan mau makan berdua" pungkasnya.

Yabil berdecih singkat "enak aja, gak akan gue biarin kalian berduaan, yang ada nanti lo apa apain sohib gue, kagak ridho gue"  deliknya galak.

"Apa apain gimana sih? Masa iya aku jahatin Nana, aku kan sayang sama Nana"

Detik berikutnya Yabil membuat gestur seakan mau muntah, muak mendengar ucapan kelewat menyebalkan dari mulut Amira. Nana mah bagian ketawa aja, gak berminat menengahi karena dari dalam lubuk hatinya ia mendukung penuh tindakan Yabil.

Ya kalau Nana gak bisa misuh, setidaknya ada Yabil yang mewakili.

"Geleuh anying ngadenge na ge" ucap yabil sambil bergidik geli. Kali ini tawa Nana pecah mendengar yabil bicara bahasa sunda seperti itu.

[Jijik anjing dengernya]

Amira berdecak kesal tapi setelahnya tak mengatakan apapun. Dan Yabil sama, dia milih buat cepat cepat habisin makanannya. Sudah sangat muak sebenarnya ada di dekat Amira, tapi gimana lagi, kasian kalau Nana di biarkan sendiri.

Sedangkan di tengah tengah keduanya, Nana hanya mampu menghela nafas lelah dan pasrah.








***

"Sini na, kenapa malah berdiri di situ?"

Nana pasrah saja waktu Amira menyeret tangannya untuk masuk ke apartemen gadis itu. Ya, benar sekarang Nana sedang ada di apartemen Amira, awalnya nana sempat menolak ketika di ajak tadi, tapi karena Amira memberinya ancaman, mau tak mau Nana pun menurut.

"Duduk sini, aku ganti baju dulu" ujar Amira seraya berlari kecil ke kamarnya.

Sementara itu Nana yang kini duduk di sofa mengedarkan pandangannya, menyusuri setiap sudut ruangan yang jika di perhatikan tak begitu banyak perabotan. Ia tiba tiba penasaran, apakah Amira hanya tinggal sendiri? Di mana kedua orang tuanya? Dan bukannya adik dari gadis itu juga berada di Bandung.

Tak berapa lama, Amira kembali, penampilan gadis terlihat lebih santai dari sebelumnya, hanya mengenakan kaos oblong navy, dengan celana training.

"Bunda sama ayah udah pisah, terus hak asuh di menangin sama ayah, makanya aku ikut ayah ke Bandung" cerita Amira seraya duduk di sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Double Say • NctDreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang