Kanaya turun dari mobil, staff. Ia membawa tas make up miliknya, tak lupa dengan ice coffe.
Udara dingin membelai kulitnya, bahkan matahari belum muncul tapi ia harus sudah bekerja. Everlast akan melakukan syuting untuk mv comeback grup mereka.
Syuting kali ini dilakukan ditengah hutan, Everlast mengusung tema petualangan. Hal itulah yang membuat latar hutan dan pantai nantinya.
Kanaya mengeratkan lagi sweeternya, ia tak menyangka mereka akan syuting di daerah dataran tinggi, dirinya hanya diberitahu untuk membawa pakaian hangat dan segera bersiap datang ke kantor.
Segera saja Kanaya bergabung dengan staff lainnya, ia melihat Juno yang masih terkantuk, serta Laith yang tengah memegang hot coffe, lalu River pria terus mencoba bergerak agar tak mengantuk, lalu Naren yang baru turun dari dalam mobilnya. Seemntara Killian, pria itu terlihat sendiri menatap layar tabletnya. Kanaya sebenarnya penasaran dengan kegiatan Killian yang selalu terlihat lebih sibuk dari teman lainnya.
"Kanaya, kamu bisa make up in Killian lebih dulu, yang lain masih mau mengumpulkan nyawa dahulu," perintah Arlo.
Memang Killian terlihat jauh lebih segar dari yang lainnya, Kanaya mengangguk, ia menghampiri Killian yang duduk sendiri.
"Killian, waktunya make up."
Killian menaikkan pandangannya lalu mengangguk, ia berdiri melangkah meninggalkan Kanaya menuju tempat yang lebih terang. Untuk memoles wajahnya.
Mulai saja Kanaya menyiapkan alat dan mengeksekusinya pada wajah Killian. Karna terlalu fokus Kanaya tak menyadari jika mata Killian tertuju padanya.
Getaran pada tangan Kanaya, menyadarkan Killian jika wanita itu kedinginan. Bahkan ia bisa tau jika sweter yang dipakai Kanaya tak mampu menghalau rasa dingin.
Killian menahan tangan Kanaya yang akan mengaplikasikan eyeshadow.
"Ada apa, Killian?" Kanaya menatap mata Killian.
Pria itu berdiri tanpa membalas Kanaya, Killian melepas jaketnya menyisakan sweter. Menarik tangan Kanaya, lalu memasang jaket tersebut pada tubuh Kanaya.
Kanaya melongo, tubuhnya mengikuti gerakan Killian yang memasang jaketnya.
"Udah tau dingin, pake baju tipis." Killian kembali duduk setelah mengucapkan kalimat tadi.
"Makasih," balas Kanaya. Mengontrol detak jantungnya, bahkan ia merasakan wajahnya memanas. Untung saja cuaca tengah dingin jadi kemerahan pada wajahnya tak terlalu terlihat.
Melanjutkan kembali pekerjaannya, hingga sampai pada tahap akhir. Kanaya menatap Killian yang juga tengah menatapnya. Pria didepannya ini tak bisakah membuat dirinya tenang. Ada saja kejutan yang membuat jantungnya berdegup cepat. Kesan dingin namun hangat pada Killian malah membuat Kanaya semakin jatuh hati.
"Udah selesai. Kalau gitu aku kesana dulu," Ucap Kanaya, segera melangkah menuju Laith.
Pria itu sudah duduk anteng bergantian dengan Killian. Ia memoles make up satu persatu pada wajah Laith, Kanaya sangat bersyukur mereka memiliki kulit yang sehat, sehingga tak butuh banyak hal untuk menutupi bekas jerawat atau kerutan pada wajah.
Laith menatap jaket yang membungkus tubuh Kanaya, ia mengernyit heran. Bukankah, itu milik Killian? Jaket, yang bahkan masih bisa ia cium wangi parfum milik rekannya itu. Langka sekali, Killian mau meminjamkan barang miliknya. Killian bukan pelit, ia akan meminjamkan uang berapapun itu nominalnya, namun tidak dengan barang miliknya. Bahkan mobil sekalipun Killian tak pernah meminjamkannya. Pakaian juga, sekarang Laith melihat jaket Killian yang membungkus tubuh Kanaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KanaLian (selesai)
Short Story🍑Minnie Series #1🍑 Cerita ini hanya akan berisi tidak lebih dari 30 bab bahkan bisa kurang. Projek Minnie Series pertama, semoga kalian menikmati bacaan ini. Rasa haus akan cinta membuat Kanaya harus menelan pil pahit dengan masuk kedalam perangka...