26

3.3K 127 18
                                    

Killian mendesah berulang kali, ia memijit pelipisnya yang terasa pusing. Bagaimana tidak, jika setelah ia membawa pulang Lucianna, bukannya dirinya yang mendapat quality time dengan putrinya tersebut, malah kedua orang tuanya yang terus membawa Lucianna pergi berjalan-jalan dan bermain.

Sedangkan Killian harus tertimbun dengan puluhan berkas yang terus menggunung.

Tak ayal ia juga merasa lega saat kedua orang tuanya menerima Lucianna dengan sepenuh hati. Entah bagaimaan jika keduanya bersikap sinis dan acuh pada Lucianna. Killian pasti tak akan menginjakkan kaki di kota ini dan lebih memilih tinggal bersama Kanaya dan putrinya meski harus merintis usaha dari nol.

Terdengar ketukan dari luar pintu ruang kerja Killian, setelah mendapat persetujuan dari si pemilik ruangan. Barulah sosok sekretaris Killian muncul.

"Bapak punya janji meeting 30 menit lagi di ruang rapat," ucap Bayu dengan sopan.

"Baiklah, kamu boleh kembali," balas Killian mengangguk.

Bayu menunduk sebentar lalu berbalik keluar dari ruangan Killian.

Pria itu segera bersiap, ia meraih beberapa berkas yang akan mereka bahas. Killian keluar dari ruangannya, Bayu yang telah siap segera mengekori Killian menuju ruang rapat.

***

Pukul lima sore Killian keluar dari gedung perusahaan, sejak Lucianna ikut kembali dengannya. Killian selalu mengusahakan untuk pulang awal. Ia ingin Lucianna memiliki banyak waktu dengannya.

Killian baru akan menyalakan mobilnya, namun sebuah panggilan dari Kanaya masuk. Tumben sekali wanita itu menelpon Killian jam segini, biasanya Kanaya akan menelpon pukul tujuh atau delapan malam. Killian segera menggeser tombol hijau pada layarnya.

"Halo Naya," ucap Killian.

"Halo, Lian. Kamu masih di kantor?" Balas suara diseberang sana.

"Ya, aku masi didalam mobil di parkiran kantor. Apa ada masalah yang terjadi padamu?" Tanya Killian. Pria itu menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudi, dengan tangan kiri memegang ponsel yang menempel pada telinga.

"Bisa kamu kedepan lobi perusahaan sebentar," pinta Kanaya.

Killian mengernyit, "Ada apa?"

"Kesana saja," balas Kanaya.

"Oke-oke, ada-ada saja kamu," ucap Killian. Pria itu tetap menuruti permintaan Kanaya. Ia kembali memasuki lift menuju lobi perusahaan.

Killian masih menempelkan ponselnya, menatap sekitar masih tak mengerti maksud Kanaya.

"Gak ada apapun, Naya," ucap Killian.

"Naya," panggil Killian lagi saat tak ada sahutan dari ponselnya.

Killian menatap layar ponslnya, hingga sebuah lengan melingkar pada pinggang Killian. Pria itu menatap kesamping, menemukan Kanaya yang bersandar pada bahunya.

"Sore, Lian," sapa Kanaya.

Killian membalik Kanaya, ia tak percaya apa yang ia lihat. Wanitanya kemari memberinya kejutan, padahal Kanaya menagatakan baru bisa kesini minggu depan. Killian menarik Kanaya kedalam pelukannya. Memeluk erat Kanaya menyalukan rasa rindu yang sudah lama ia pendam.

"I miss u so bad," ucap Killian. Pria itu mengecup dahi Kanaya berulang kali.

"Me too, Lian," balas Kanaya tak kalah erat memeluk Killian.

Keduanya tak peduli jika sekarang mereka menjadi tontonan. Terutama Killian bos besar yang terkenal single selama ini. Banyak yang merasa keduanya terlihat cocok, pantas saja bos mereka tak pernah terlihat menggandeng seorang wanita. Ternyata sudah ada wanita yang menawan berada disisinya.

KanaLian (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang