27

3.8K 105 5
                                    

Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa pernikahan Kanaya dan Killian sudah terlaksana kemarin. Mereka hanya melakukan pernikahan secara privat. Hanya teman dan keluarga yang mendapat undangan. Semua tak lepas dari permintaan Kanaya. Dengan syarat dari Killian, ia memamerkan potret keduanya pada media sosial miliknya. Sebagai tanpa bahwa Killian sudah memiliki anak dan istri. Menghindari kemungkinan buruk pada hubungan mereka.

Kini mereka sudah lengkap bisa berkumpul kembali menjadi keluarga kecil yang bahagia.

Seperti pagi ini, Kanaya tengah sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk Killian dan Lucianna. Kedua ayah dan anak itu sama sibuknya lebih tepatnya Killian membantu putri kecilnya untuk bersiap ke sekolah. Pria itu dengan cepat mendaftarkan sekolah untuk Lucianna. Tak ingin putrinya tertinggal dalam akademik maupun lingkungan pertemanan.

"Makanan sudah siap," ucap Kanay membawa masakan miliknya. Sebenarnya Killian memiliki beberapa asisten rumah tangga, namun semenjak Kanaya menjadi istrinya, pekerjaan mereka beralih dan hanya akan membantu memasak atau memasak jika diperlukan.

"Wah .... Makasih Mama," ucap Lucianna yang terlihat berbinar manatap masakan ibunya.

"Pasti enak, ya, masakan Mama," celetuk Killian menambah pujian untuk Kanaya.

"Jelas! Papa pasti ketagihan kalo udah pernah nyoba masakan Mama!" Pekik Lucianna senang, terlihat sekali gadis kecil itu bangga akan Kanaya.

Rasa hangat menjalar di hatinya, ia menyukai interaksi keduanya. Ternyata seperti ini kebahagiaan yang selalu ia dambakan. Berkeluarga dengan rasa kasih dan hangat didalamnya.

"Udah-udah, sini piring Luci biar Mama ambilin makanan," potong Kanaya. Lalu meraih piring milik putrinya. Ia mengisi makanan yang Lucianna sukai.

"Makasih Mama," balas Lucianna menerima piring miliknya.

"Sama-sama putri cantiknya Mama," balas Kanaya.

Setelahnya ia meraih piring Killian melakukan hal yang sama. Mengisi dengan berbagai masakan yang dirinya buat.

"Makasih, Sayang," ucap Killian dengan senyum lebar. Pria itu merasa semakin jatuh cinta pada Kanaya. Apalagi setelah pengalaman panjang dan kehilangan kedua perempuan paling berharga di hidupnya. Killian berjanji dalam hatinya akan menjaga keduanya.

"Sama-sama, Papa," jawab Kanaya. Ia memang harus membiasakan memanggil Papa pada Killian ketika didepan Lucianna.

"Selamat makan," ucap Killian mengawali sarapan pagi ini.

***

Kanaya mengantar keduanya hingga kedepan rumah. Ia berjongkok didepan Lucianna untuk berbicara.

"Luci belajar yang rajin, ya. Kalau ada apa-apa bisa minta Ibu Guru buat telfon Papa atau Mama, okay."

"Biak, Mama." Lucianna mengangguk, menerima pesan Kanaya.

"Anak pintar, kiss Mama," ucap Kanaya, menunjuk pada pipinya. Lucianna memberi kecupan pada kedua pipi Mamanya.

"Luci naik mobil Papa dulu. Papa mau bicara sebentar sama Mama."

"Baik Papa," gadis kecil itu memasuki mobil yang telah Killian buka.

Pria itu kembali berhadapan dengan Kanaya. Ia menarim istrinya kedalam pelukannya. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Kanaya. Ia semakin senang saat Kanaya membalas pelukannya.

"Aku bau Lian, aku belum mandi."

"Gak papa. Kamu tetap wangi Kanaya. Aku suka bau badan kamu," balas Killian tak bohong. Kanaya tidak bau, wanita itu masih tercium wewangian dari tubuhnya.

KanaLian (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang