22

5.5K 163 3
                                    

Brak.

Suara pintu terbuka dengan kasar. Killian berada dengan pandangan dingin, menjurus pada wanita yang berada disebrang Kanaya.

"Siapa yang berani mengatakan Lucianna tak memiliki ayah?!" ucap Killian dengan dingin.

Kanaya tak pernah melihat Killian dengan aura yang semarah ini. Bahkan tubuhnya ikut merinding melihat tatapan Killian yang tertuju pada Aster ibu dari Lolita. Sekalipun dulu Killian pernah menyakitinya, tapi pria itu tak menunjuk kemarahannya seperti sekarang ini.

Killian melangkah perlahan mendekati Kanaya dan Lucianna. Killian menghampiri Kanaya mengusap tangan wanitanya dengan lembut, lalu beralih pada Lucianna.

Pria itu dalam sekali lihat bisa menemukan luka yang bersarang pada lengan putrinya. Killian berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Lucianna. Ia mengusap kepala Lucianna.

"Hi, sweety. Papa disini, jangan takut, okay."

Lucianna dengan reflek memeluk leher Killian, menenggelamkan wajahnya di bahu Killian.

Killian mengangkat Lucianna dalam gendongannya. Lalu berbalik menatap Aster dengan tajam dan anak yang kini bersembunyi dibalik punggung Aster. Bahkan kepala sekolah tak lepas dari tatapan maut Killian karna tak bisa mengendalikan hal seperti ini.

Wanita itu tak mungkin tak mengenali siapa Killian. Aster merasa salah mencari lawan saat ini. Jika Lucianna memang benar anak dari Killian, ia seperti menggali kuburannya sendiri.

"Berani sekali anda mengatakan putriku anak haram! Baik sudah sampai disini penghinaan anda, saya akan memindahkan Lucianna dari sekolah ini dan saya pastikan anak anda akan dikeluarkan dari sekolah ini karna sudah membully putriku," tekan Killian.

"Saya tidak perlu penjelasan lagi baik dari anda atau anda kepala sekolah yang terhormat. Kami permisi." Killian menarik Kanaya pergi, saat berada di bibir pintu pria itu berhenti dan kembali menatap kebelakang.

"Satu lagi yang perlu anda ingat Nyonya Aster, wanita disebelah saya ini bukanlah wanita murahan, bukankah itu anda yang dulu sempat menjadi pelakor dari Tuan Cleo?! Anda berdoa saja saya tidak membatalkan kontrak kerja kami," sarkas Killian.

Pria itu pergi kemabli menggandeng Kanaya menuju parkiran. Killian meletakkan Lucianna pada kursi penumpang. Ternyata Lucianna tanpa sadar terlelap sepanjang jalan menuju parkiran.

Killian membukakan pintu untuk Kanata, wanita itu menatap Killian. Pria itu terlihat mencoba meredamkan amarahnya. Orang tua mana yang tidak marah jika anaknya dihina sebagai anak haram dan tidak memiliki orang tua. Kanaya baru akan membuka mulutnya, Killian sudah mendahuluinya.

"Maaf, karna mengambil keputusan tanpa persetujuanmu dahulu," ucap Killian.

"Tak masalah, aku juga tak rela jika Luci kembali ke sekolah ini," balas Kanaya. Ia tak masalah, lagipula banyak sekolah yang lebih bagus dari ini.

"Maaf karnaku Luci harus mengalami penghinaan seperti sekarang, padamu juga yang harus mendengar omongan pedas seperti tadi," ucap Killian kembali, pria itu marah sekaligus merasa bersalah pada Lucianna dan Kanaya.

"Lian, lebih baik kita pulang," balas Kanaya, ia tak tahan melihat raut bersalah Killian. Wanita itu segera memauki kursi penumpang disebelah kemudi.

Killian mengerti, Kanaya mungkin tak mau membahas hal seperti tadi. Ia pun segera ikut masuk di kursi kemudi. Lalu melajukan mobilnya meninggalkan lingkungan sekolah Lucianna.

Tak butuh waktu lama mobil tersebut berhenti di pekarangan rumah Kanaya. Killian kembali mengangkat tubuh Lucianna dengan mudah, Kanaya membantunya membukakan pintu. Pria itu berjalan menuju kamar Lucianna yang berada di lantai dua. Kanaya juga tak luput membantu Killian menunjukkan arah.

KanaLian (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang