Kanaya terus membolak balikkan kertas di tangannya. Bahkan tak sekali dua kali ia menghela nafas, perasaannya terasa tak karuan sejak tadi.
Bahkan ia sudah menghabiskan dua gelas air putih guna menghalau rasa gelisah yang terus hinggap di hatinya. Pikirannya melayang pada putri kecilnya, Kanaya melirik jam berulang kali, belum waktunya pulang sekolah. Tak biasanya ia khawatir dengan keadaan Lucianna.
Bahkan Hanna sampai bertanya pada Kanaya, saking tak biasanya rekan kerjanya itu terlihat gelisah.
"Kamu kenapa, Nay? Dari tadi kelihatan gelisah banget," tanya Hanna.
Kanaya menatap Hanna, ia menggeleng tak tau juga.
"Gak tau, dari tadi perasaanku gak tenang," balas Kanaya.
"Mau aku buatin teh? Biar tenang, kebetulan aku mau ke pantri buat bikin minum," tawar Hanna yang juga akan membuat minuman.
Saat akan membalas tawaran Hanna, ponsel Kanaya bergetar. Ia mengernyit saat nama dari guru Kanaya tertera di layar ponsel. Kanaya segera menggeser tombol hijau, lalu menempelkan ponsel tersebut pada telinganya.
"Halo, dengan Kanaya Jasmine disini."
"Halo Bu Kanaya. Saya wali kelas Lucianna, ingin mengabarkan bahwa putri Bu Kanaya mengalami kecelakaan dan kini dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu, Saya dan salah satu pria yang pengguna mobil tersebut sedang menuju Rumah Sakit dimana Lucianna dibawa."
Jantung Kanaya seolah terhenti, ia hampir menjatuhkan ponselnya jika tak segera mampunmenguasai diri.
"Baik saya akan segera kesana, terima kasih infonya, Bu." Panggilan tersebut terputus, Hanna yang sejak tadi mendengarkan ikut merasa prihatin.
"Hanna, tolong izinin sama Bu Arumi. Aku mau ke rumah sakit, Lucianna mengalami kecelakaan."
"Baik, semoga Lucianna dalam keadaan yang baik, kamu hati-hati di jalan," balas Hanna.
Kanaya segera berlari keluar dari butik. Ia memasuki mobilnya, melajukan kendaraannya menuju rumah sakit dimana Lucianna dirawat.
***
Wanita itu berlari sepanjang koridor, setelah menanyakan ruang rawat Lucianna. Jantungnya sejak tadi tak henti berdetak cepat. Hatinya seolah akan hancur, dunianya, putri kecilnya sedang mengalami kecelakaan.
Tepat didepan ruang rawat Lucianna. Wanita itu dengan cepat membuak pintu tersebut, menghampiri Lucianna yang terduduk di ranjang rumah sakit, hatinya menjadi lebih tenang saat melihat Lucianna tersenyum padanya. Seolah ada sebongkah es yang menyirami hatinya yang kalut. Mengabaikan sosok lain yang juga tengah berada di ruangan tersebut.
Kanaya menangkup wajah Lucianna. Ia meneliti setiap sudut wajah putrinya, terdapat plester yang berada di dahi kanan Lucianna. Lalu meraih lengan Lucianna membolak balikkannya, meneliti setiap luka gores yang tak terlalu besar namun mampu membuat hati Kanaya sakit.
"Sayang, mana yang sakit? Bilang sama Mama." Kanaya rasanya ingin menangis karna gagal menjaga putri kecilnya.
"Luci gak papa, Mah. Luci yang salah karna gak hati-hati tadi, untung ada Om baik, yang nolongin Luci," ucap Lucianna, mengusap tangan Kanaya.
Kanaya tak mendengarkan penjelasan putrinya, ia mengusap kepala Lucianna dan menciumnya.
"Maafin Mama, Sayang. Karna gagal jagain kamu." Kanaya memeluk Lucianna dengan erat, hatinya jauh lebih baik sekarang.
"Mama gak salah, jangan nangis, ya." Lucianna menepuk punggung Kanaya dengan tangan kecilnya.
Pria dewasa yang sejak tadi berada satu ruang dengan keduanya mematung. Ia menatap pemandangan didepan yang seolah terasa mimping. Wanita itu, sosok yang selama ini dirinya cari. Killian bergantian menatap gadis kecil dalam pelukan Kanaya. Hatinya bergemuruh merasa senang dan sedih secara bersamaan. Killian segera menguasai dirinya, ia akan menyelesaikan masalah keduanya dan berusaha untuk membuat Kanaya kembali padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KanaLian (selesai)
Short Story🍑Minnie Series #1🍑 Cerita ini hanya akan berisi tidak lebih dari 30 bab bahkan bisa kurang. Projek Minnie Series pertama, semoga kalian menikmati bacaan ini. Rasa haus akan cinta membuat Kanaya harus menelan pil pahit dengan masuk kedalam perangka...