"Pelan-pelan Sayang, jangan lari-lari ditempat umum," ucap Kanaya memperingati Lucianna yang sudah berlari setelah mereka selesai menukarkan tiket masuk kebun binatang.
"Biar aku yang kejar, kamu pelan-pelan aja jalannya," balas Killian mengejar putrinya.
"Ayo Mah, Pah. Luci udah gak sabar lihat binatang didalam."
Gadis kecil itu memelankan langkah kaki kecilnya. Ia menatap Mama dan Papanya, melambaikan tangannya agar keduanya cepat berjalan. Binar matanya tak sabar ingin segera melihat hewan yang ada didalam kebun binatang."Iya, sabar Sayang. Kasian Mama nanti capek, kita pelan-pelan aja. Kamu bisa sepuasnya lihat binatangnya nanti," balas Killian. Lslu menggenggam tangan putrinya untuk melangkah bersama. Tak lupa menunggu Kanaya agar mensejajarkan langkah mereka.
"Baik Papa." Lucianna mulai melangkah kembali saat Mamanya sudah disisi Papanya. Ia melihat kesekeliling.
Mereka disambut oleh berbagai hewan yang terbatas oleh pagar, Lucianna melihat sebuah jerapah yang tengah memakan dedaunan.
"Wah, lehernya panjang banget," ucap Lucianna.
"Itu lihat, Mah. Ada anaknya. Mirip kita bertiga!" Lanjut Lucianna, saat melihat anak jerapah menghampiri dua jerapah dewasa.
"Gak mirip tuh, masa Mama sama Papa dibandingin sama jerapah, kita kan manusia, Sayang," balas Killian menggoda putri kecilnya. Ia mengangkat Lucianna kedalam gendongannya agar bisa melihat lebih leluasa.
"Ih, Papa! Maksud Luci bukan gitu, mereka kelihatan bahagia kayak kita, bisa kumpul sama-sama lagi," jawab Lucianna tak mau kalah dengan sang Papa.
"Papa, berhenti goda Luci. Iya, mereka mirip kita yang penuh kebahagiaan." Kanaya mengecup pipi Lucianna, memberi pembelaan pada putri kecilnya.
"Tuh denger kata Mama," balas Lucianna mengejek sang Papa.
"Papa juga mau," ucap Killian mengabaikan Lucianna. Ia mengkode pada Kanaya agar mencium pipinya seperti saat Kanaya mencium Lucianna tadi.
"Apa?" Balas Kanaya berpura-pura bodoh.
"Loh, Papa gak dapat kayak Luci?! Mama gak adil banget!" Killian tak terima saat Kanaya memilih mengabaikannya.
"Wlee.... Mama cuma sayang sama Luci!" Ucap Lucianna menatap Papanya penuh kemenangan. Sudah jelas disini dirinyalah yang menang dan papanya kalah.
Lucianna 1 : 0 untuk Killian.
"Awas kalo nanti kalo di rumah," bisik Killian mengancam Kanaya. Lalu melangkah kembali mengajak Lucianna berkeliling melihat-lihat binatang.
Mereka tiba diarena rumah kelinci. Dimana pengunjung dapat bermain dan memberi makan kelinci. Lucianna terlihat masuk kedalam pagar. Lalu mulai mendekat pada Kelinci yang tengah bermain. Killain masih membeli wortel untuk diberikan pada kelinci nantinya.
"Mama lihat kelincinya warna putih, cantik banget." Tunjuk gadis kecil itu pada seekor kelinci yang tengah berdiam. Kanaya mengamati Lucianna di kursi tunggu yang berjejer. Lucianna melangkah mendekat mencoba menangkap kelinci putih tersebut. Namun, kelinci itu sudah berlari sebelum Lucianna berhasil menangkapnya.
Killian datang bersama sekantong wortel. Ia menghampiri Lucianna lalu memberi satu buah wortel. Ia juga mengambil untuk dirinya sendiri.
"Gini caranya," ucap Killian. Lalu mendekat perlahan pada kelinci sambil menyodorkan wortel ditangannya. Terlihat kelinci yang tadi acuh menghampiri Killian dan wortelnya. Lucianna terlihat berbinar saat kelinci tersebut memakan wortel milik Papanya.
"Wah, mereka mau, Luci juga mau ngasih makan kelinci," ujar Lucianna mengikuti tindakan Killian tadi. Benar saja , beberapa kelinci menghampiri gadis kecil itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
KanaLian (selesai)
Historia Corta🍑Minnie Series #1🍑 Cerita ini hanya akan berisi tidak lebih dari 30 bab bahkan bisa kurang. Projek Minnie Series pertama, semoga kalian menikmati bacaan ini. Rasa haus akan cinta membuat Kanaya harus menelan pil pahit dengan masuk kedalam perangka...