18

5.6K 135 3
                                    

Matahari telah berganti bulan, lampu-lampu jalan juga sudah mulai menyala. Jalanan kini telah ramai oleh pengguna kendaraan umum dan pribadi, mengantarkan mereka untuk pulang ke rumah masing-masing.

Killian menutup laptopnya, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Selepas kepergian Kanaya kehidupannya benar-benar terasa hampa, bahkan gairah untuk menjalin hubungan baru terasa tak ada lagi baginya.

Meski banyak yang mencoba mendekatinya, namun Killian sama sekali tak berminat. Bahkan tak jarang para mitra bisnisnya menyodorkan anak mereka untuk merayu Killian, hal itu juga sama sekali tak mempan padanya. Ia tak ingin menggunakan cara yang sama seperti dulu. Memanfaatkan seseorang demi karirnya dan membuat dirinya kehilangan hal yang jauh lebih berharga.

Pria itu mulai membereskan barangnya, lalu pergi keluar dari ruang kerjanya. Ia memasuki lift dan memencet tombol lantai dasar. Ia berjalan menuju mobil hitamnya yang terparkir. Lalu masuk kedalam, Killian mulai menjalankan kendaraan pribadinya tersebut.

Satu rutinitasnya yang lupa Killian beritahu, setiap pulang kerja Killian akan berkeliling kota. Sambil mengamati sekitar, dengan tujuan yang tak berubah sejak beberapa tahun belakang.

Mencari sosok yang hilang dari hidupnya. Killian mencoba peruntungan bisa menemukan Kanaya yang sedang pulang bekerja atau tak sengaja berpapasan dengan wanita itu.

Killian menjalankan mobilnya dengan pelan, matanya juga melihat sekitar sesekali. Berharap masih ada kemungkinan bertemu dengan Kanaya meski hanya 1%.

Hingga tak terasa Killian sudah mengelilingi kota selama dua jam. Pria itu memilih membelokkan kemudinya mengganti arah menuju rumahnya. Ia tak lagi tinggal di apartemen, terlalu banyak kenangan dengan Kanaya di tempat tinggalnya yang dulu.

Killian memasuki rumah pukul sebelas malam, ia berjalan dengan lesu menuju kamar mandi. Kepalanya perlu air dingin untuk menjernihkan pikiran.

****

Pukul setengah lima sore, Kanaya sudah tiba didepan sekolah Lucianna untuk menjemput putri kecilnya.

"Mama!" Teriak Lucianna yang baru keluar dari gerbang sekolah menghampiri Kanaya.

Wanita yang mendapat panggilan penuh keceriaan dari putrinya ikut tersenyum. Kanaya merentangkan lengannya meminta Lucianna untuk memeluk dirinya. Gadis kecil itu menuruti Kanaya dengan menubruk tubuh Mamanya.

"Gimana sekolahnya hari ini, sayang?"

"Luci seneng banget, hari ini kita belajar nama-nama buah dalam bahasa inggris."

"Pasti seru, jadi apa yang udah Luci kecil Mama pelajari hari ini?" Tanya Kanaya sambil membantu putrinya untuk memasuki mobil.

"Anggur : grape, terus pisang : banana, semangka : watermelon, jeruk apa tadi ya?" Lucianna mengetuk-ngetuk dagunya, mencoba mengingat hal-hal yang sudah gurunya ajarkan.

Kanaya yang melihat tingkah lucu putrinya merasa gemas. Ia masih fokus pada jalanan.

"Orange," balas Kanaya yang merasa kasihan putrinya terus mencoba mengingat.

"Ah, iya, orange. Aduh Luci lupa tadi." Cengir Lucianna, ia menatap Kanaya dengan kagum karna bisa tau jawabannya.

"Gak papa, Lupa. Kan, Luci masih belajar." Kanaya mengusap kepala putrinya dengan sayang.

Keduanya tiba di rumah, Kanaya membuka pintu rumahnya. Lucianna mengekor pada Mamanya.

"Luci segera mandi, Mama mau buat makan malam buat kita."

KanaLian (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang