Chapter 9

107 58 10
                                    

Pihak sekolah tidak menyebarkan informasi mengenai kejadian yang menimpa Riki kemarin malam.
Hanya orang tertentu yang bisa mengakses keberadaan Riki sekarang,entah kerumah sakit mana ia dibawa.

Mungkin karena keluarganya yang tidak ingin orang lain mengetahui keadaan Riki?
Sekolah juga tetap berjalan seperti biasanya, namun Kelas 3-2 kini merasa Dejavu.

Ada suasana yang pernah mereka rasakan seperti halnya dimasa lalu.

Ya.

Mereka semakin lama semakin menaruh kecurigaan yang besar satu sama lain.

Seperti waktu kejadian yang menimpa Kenzie beberapa bulan lalu.

Dikelas mereka sedang jam kosong alias tidak ada guru ataupun tugas mata pelajaran untuk sekarang ini, alhasil ada yang menjalani kehidupan yang seperti biasanya seperti bermain gadget dan juga tidur.
Namun berbeda dengan Gavin yang sedang murung dipojok belakang.

Bagaimana tidak?
Ia kan kehilangan satu temannya yang setiap hari seperti Upin Ipin karena selalu menempel saat pergi kemanapun.

Leon?

Jangan ditanya lagi bagaimana hubungan mereka sekarang ini.
Yang jelas Leon sangat kecewa kepada Gavin dan Riki.

Dia sedang mengobrol bersama William dan yang lainnya untuk membahas masalah kemarin, karena jujur mereka masih terbayang-bayang wajah Riki yang berlumuran darah saat ditemukan ditoilet.

"Kemaren siapa yang pergi ke toilet setelah si Riki keluar?"
Meira si Cewek tomboy itu memulai pembicaraan.

"Lo salah, kalo nanya kaya gitu gak bakal ada yang ngaku kali!"
Vicky menatap sinis kearah Meira yang ia anggap sebagai babu-nya itu.
Iya, selama ini dia hanya memanfaatkan Meira untuk memukul orang-orang yang membuatnya emosi.
Meira gadis tomboy yang berasal dari keluarga sederhana, membuatnya menuruti perkataan Vicky apapun itu.

"Kalo gitu siapa yang ngeliat orang keluar pas kita lagi praktek kemaren?"

"Gue will."

Shella yang baru masuk sambil membawa beberapa Snack ditangannya kini mulai bergabung dengan obrolan mereka.

"Siapa?"

"Kemaren sih gue liat Yura keluar."

Mereka menoleh ke arah gadis yang sedang tertidur di bangkunya.

"Lo yakin?" Tanya Jessylin meyakinkan sekali lagi.

"Iya, pas Riki keluar si Yura izin keluar bentar. Katanya sih mau cari udara seger dulu."

"Kita bangunin aja!" William bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Yura dengan tujuan ingin membangunkannya agar mendapatkan penjelasan darinya.

"Stop!! Lo jangan bangunin dia sembarangan dong."

Jevon yang sedang belajar terganggu, karena kebisingan yang berniat untuk membangunkan seseorang sembarangan.

Apa-apaan mereka, tidak punya sopan santun sama sekali pikirnya.

"Dia lagi tidur pules, nanti kalo Lo bangunin dia terus dia pusing gimana? Mau tanggung jawab hah?"

"Hehh Jev apaan lo-"

"Lagipula dia beneran ke luar buat cari angin doang kok."

Semua menatap aneh kepada Jevon, bagaimana ia bisa tahu?

"Kenapa lo ngomong gitu?" Shella ikut bertanya.

"Kalian curiga sama dia kan? Udah deh gak usah bahas masalah ini lagi,paham?"

"Kenapa lo seolah nyembunyiin semuanya Jev? Kita nanya sama Lo! kenapa lo belain dia, emang punya bukti?!!"

"Karena kemaren gue emang bareng sama dia pergi ke Rooftop,Vicky."

Inured: HHS |04L (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang