Chapter 4

159 83 1
                                    

"Gue harap lo mati aja Ken, hidup lo emang gak guna!"

"G-gue minta maaf, tapi waktu itu..."

"Udahlah anjing gak usah banyak alesan! Lo! emang gak bisa dipercaya."

"Siram aja gak sih? Jijik gue liatnya."

"Arghh j-jangan tolong... ampunn!!"

"Sialann!! Kenapa mimpi itu lagi sih? Kalo gini caranya gue bisa gila."

Dia terbangun dari tidurnya dan langsung frustasi.

~~

"Aaaaa!!!"

Bintang, dia mengayuh sepedanya dengan cepat agar segera sampai ke gerbang.

"Pak!! Bentar dulu jangan ditutup gerbangnya pak!!" Dia berteriak dari kejauhan.

Namun terlambat, satpam sekolah telah menutupnya.

"Arghh sialan! Pak izinin saya masuk dong!!"

"Enak aja kamu! Udah kesiangan karena salah sendiri, malah ngumpatin saya!"
Ucap satpam itu marah,

"Aduhh pak, bapak gak liat ini saya pake sepeda berangkatnya! Ya jelas ini bukan salah saya dong, salahin aja sepedanya pak!"

Apa ini?

Random sekali bukan?

Satpam itu malah pergi dan tidak menghiraukan Bintang yang terus berteriak diluar.

"Anjirr!! Gue masuk lewat belakang aja ya?"

Dia teringat bahwa ada satu jalan lagi untuk masuk yaitu melewati gedung belakang tempat jasad Kenzie ditemukan.

"Ehh kagak deh ngeri banget gue kalo harus kesana"

Dia bergidik membayangkan tempat itu,

"Tapi gimana lagi dong, kalo sampe ketauan sama guru BK bisa dihukum bersihin satu sekolah ini mah, nasib gue gini amat sih.
Yaudah deh daripada ketauan kan mending gue ke belakang aja, gak ada apa-apa juga kali."
Ucapnya memberanikan diri.

Lalu dia mengendap-ngendap kebelakang dan akhirnya tiba digedung itu.

Dia meringis, mengingat bahwa semasa hidup Kenzie dulu adalah teman sebangkunya.

Dia membayangkan jika Kenzie datang dan menampakkan dirinya?

"Udah napa!! Ngapain gue mikir yang aneh-aneh coba?"

"Mending gue buruan pergi dari sini deh."

Namun,

Saat hendak melangkah, dia menemukan sesuatu.

~~

Bintang masuk ke kelas dengan wajah yang terlihat kusut,

Dan ternyata dikelasnya sudah ada guru Biologi yang sedang mengajar.

"Pak maafin saya ya, saya terlambat"

Ucapnya penuh penyesalan.

"Bintang, kamu sudah dapat izin masuk dari guru BK?"

"Belum pak, tapi nanti saya siap kok nerima hukuman apapun."
Nada bicaranya sedikit merendah.

"Ya sudah kamu pergi duduk saja sekarang."

"Terimakasih pak"

Seisi kelas menatap Bintang dengan heran.

Sejak kapan dia menjadi pengalah?

Dulu, dia bersama Kenzie disebut sebagai siswa culun.

Jika Kenzie disebut seperti itu karena dia memang pendiam dan pengalah.

Namun, berbeda dengan Bintang dia memang berpenampilan culun yaitu berkacamata tebal, rambut sedikit panjang, dan disebut anak mami karena kelewat manja tetapi bila ada yang menghina atau menindasnya dia tak segan-segan melawan atau melaporkannya.

"Bintang lo gak papa?"

Yura, yang melihat raut wajah Bintang bertanya.

"Hum? Kenapa emangnya yur?"

"Enggak, gue liat lo kayaknya lagi ada masalah ya?"

Bintang malah menatap Yura dengan penuh arti.

"Gue, punya sesuatu yang mungkin bisa disebut bukti yur."

Bintang masih menatap dalam mata Yura.

"Gue gak ngerti maksud lo apa."

Tanya Yura dengan ragu.

"Iya, gue tau. Mending lo juga gak cari tau."

~~

Setelah jam istirahat, Bintang menerima hukuman dari guru BK yaitu membersihkan lapangan.

Bayangkan, lapangan yang begitu sangat luas harus dibersihkan sendirian.

Dia terus merutuki guru BK itu sambil memanyunkan bibirnya dan menghentakkan kakinya.

"Anjirr!! Masa gue harus bersihin ini semua sendiri sih! Ini semua gara-gara sepeda tua itu makanya gue terlambat! Siapa sih yang nyuruh gue naik sepeda coba?! Argh bundaaa.... Bintang cape, mataharinya panas!"

Namun, tanpa ia sadari dari tadi ada yang terus memperhatikannya dari jendela.

Orang itu mengetahui ada yang aneh dengan sikap Bintang hari ini.

"Gue harap lo gak tau sesuatu Bintang."

~~

"Jevon tunggu!!"

Jam sekolah hari ini selesai, Eliza berteriak sambil menghampiri Jevon.

"Kenapa El?"

"Gue pengen numpang sama lo, boleh kan? Gue gak bawa mobil, papa juga gak bisa jemput gue karena ada urusan."

Mereka bukan tetangga, namun rumah Jevon dengan Eliza memang satu arah.

"Sorry El gue ada urusan dulu ke suatu tempat."

"Jadi lo gak bisa bawa gue nih? Ck, yaudah deh gue naik taxi aja. Tapi kalo boleh tau tempat apaan?"

"Kenapa lo pengen tau? Kenapa lo selalu pengen jadi orang pertama yang tau kehidupan orang lain? Mending lo buang rasa penasaran lo yang berlebihan itu! Lo sadar gak, mereka bisa aja risih sama lo?"

Celoteh Jevon menasihati Eliza dengan tegas dan jangan lewatkan tatapan datar andalannya.

"Loh? Jev gue cuma nanya doang emang salah?! Gue cuma basa-basi doang elah hidup lo serius amat!"

Eliza meninggalkan Jevon yang terdiam dengan perasaan kesal.




Inured: HHS |04L (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang