Chapter 13

57 15 8
                                    

Kaget?

Siapa sangka Eliza juga termasuk kedalamnya, dia dengan Leon bekerja sama.

Eliza langsung mengeluarkan pistol dari saku celananya untuk menangkap William,

"Angkat tangan Lo! sekarang Lo gak bisa bebas dari cengkeraman kita. Selamat menjalani sisa hidup dibalik jeruji besi."

Ia mengeluarkan borgol dan memakaikannya kepada William.

Gadis yang selama ini dikira sebagai perempuan yang lemah lembut, ternyata memiliki jiwa yang tegas. Iblis dalam dirinya keluar bila menyangkut pelaku kriminalitas.

Tanpa diduga, salah satu dari mereka ada yang merasa stress dan terpuruk.

Zeanne, gangguan yang dideritanya kambuh.
Spontan ia berlari kencang tanpa arah.
Jessylin yang mengetahui itu langsung menyusul Zeanne.
Mereka pun terheran dengan apa yang terjadi sebenarnya kepada Zeanne.
"Tuh anak jug-"

"Lo mau nuduh Zeanne, Leon?"

"Hah?"

"Dia punya gangguan mental karena trauma."
Eliza tentu saja mengetahuinya dari awal, karena dia ahli dalam hal itu.

"Udah lah, kita kumpul cuma buat saling tuduh gini? Mending kita cari bukti supaya pelakunya cepat ketangkap."
Jevon menginterupsi mereka, tanpa sadar mereka sekarang sedang berdiri didepan Cafe dari tadi.

"Haduh gue baru sadar kalo kita dari tadi diperhatiin orang-orang."

Dia yang salah dia juga yang mengomel, siapa lagi kalau bukan Gavin.

Suara notifikasi di handphone mereka seketika membuyarkan lamunan.

3-2 HHS

Ibu Irene

Saya sudah bilang sama kalian jangan
keluar! Kenapa kalian bandel sekali
padahal ini semua demi diri kalian
sendiri! Satu persatu murid dikelas
kita sekarang telah tewas. Ini yang
kalian inginkan?

20.18

Mereka saling melirik satu sama lain,apa lagi yang telah terjadi?

Jevon ketos

Maksud ibu?

20.19

Ibu Irene

Sekarang jawab ibu Jevon, dimana
kalian sekarang?

20.23

Mereka bingung dengan pertanyaan wali kelas mereka, kenapa seakan ada lagi sesuatu yang terjadi? Jika mereka menjawab sedang ada diluar, sudah dipastikan guru mereka akan marah.

"Gimana dong Jev? Kita gak bisa jawab kalo kita lagi gak dirumah!"

"Terus Lo mau bilang apa? Percuma kita bilang lagi dirumah, gimana kalo Bu Irene sendiri udah tau karena telepon orang tua kita?"

Jevon berada diambang kebingungan, ia tidak bisa berpikir jernih saking pusingnya.

"Kalo gitu gue bakal jawab kalo kita emang lagi diluar!"

Meira cegan

Kita lagi diluar Bu

20.26

"Meira Lo nyari mati?"
William yang berencana untuk tidak emosi malah menyingkirkan niatnya.

"Justru kita dari awal nyari mati! Bu Irene udah bilang jangan keluar tapi kenapa kita masih ngeyel."

Mereka merenungi kesalahan yang seharusnya bisa mereka tinggalkan.

Bu Irene

Kalian benar-benar membuat saya
ingin berhenti. Kalian sudah tau?
Hellen ditemukan tidak bernyawa
dijalan raya, itu semua karena kalian
punya rencana berkumpul kan?

20.30

Lagi dan lagi Gavin merasa bersalah kepada mereka, dirinya yang mengajak untuk keluar dan berdiskusi ternyata malah mendatangkan malapetaka.

"Gue udah muak!" Shella menjambak rambutnya pertanda ia lelah dengan keadaan
"Kita semua harus pulang, gue gak mau semuanya terbunuh!"

"Eliza bener mita gak boleh biarin pelakunya membunuh kita lagi."

Saran dari Eliza yang disertai dengan opini Yura membuat semua menuruti perkataan mereka.

"Jangan ada yang sendiri. Kita harus pulang berpasangan oke?"

Jevon menginterupsi mereka agar tidak pulang sendiri-sendiri.

"Yura, Lo bareng sama gue ya!"
Tambahnya lagi.
Akhirnya mereka bergegas pulang sesuai perintah Jevon.

~~

Plakk

"Ini semua pasti ulahmu kan?"

Pria paruh baya itu menampar anaknya tanpa belas kasihan.
Tentu saja, belas kasihan? Dia saja tidak pantas mendapatkan itu.

"Kalo iya? Apa yang bisa anda lakukan untuk saya?"

Formal?
Jelas kalimat yang ia lontarkan bersifat formal karena suatu alasan.
Kini dia mengangkat dagunya seolah menantang ayahnya.

"Kamu berharap saya akan menaruh rasa iba terhadapmu iya kan? Mungkin selama ini saya menyembunyikan kelakuan buruk mu itu, tapi sekarang saya akan mengungkap semuanya!"

Ujarnya tegas sambil melangkah keluar dan pergi dengan mobilnya.

Sedangkan anaknya itu diam-diam mengepalkan tangannya, ia berencana melakukan sesuatu.

"Sebelum anda yang bertindak, maka saya duluan yang akan bertindak,

Pak Kepsek!"

Ayolah,
Kalian tidak curiga dengan kepala sekolah yang seakan tidak peduli terhadap semua perkara yang terjadi?
Tentu saja, karena anaknya sendiri adalah dalang dibalik semua ini.
Dan beliau telah mengetahuinya dari awal rencana yang dibuat anaknya itu.

  ~~

"Rencana yang sebenarnya baru dimulai dari sekarang, kamu tau kan apa yang harus dilakukan?"

Dia tengah merencanakan sesuatu yang cukup gila. Tentu saja, orang itu seperti telah kehilangan akal sehatnya, jiwa rapuh  dipenuhi dendam yang membara akan membuatnya meledak tak tertahankan.
Kini saatnya ia melepaskan amarah yang dipendam selama ini.

"Baik, akan segera saya lakukan!"
Ucapnya tegas penuh hormat.

"Tunggu!!"
Dia menghentikan orang suruhannya sejenak,

"Kamu harus kecualikan satu orang,"
Ia pikir dirinya harus mengubah rencana untuk seseorang.

"Bintang."












Inured: HHS |04L (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang