Chapter 15

50 8 0
                                    

"J-jadi Kenzie bukan dibunuh?"

Flashback on

"Kenziee!!"

Yura baru saja datang ke gedung belakang sekolah karena Kenzie menelponnya.

Yura adalah sepupu dari Kenzie yang terpisah dari kecil. Ia dibawa oleh ibunya ke Jakarta dengan alasan agar bisa pergi menjauh dari ayahnya.
Ya, orangtua Yura bercerai karena ibu nya sudah muak akan perlakuan ayah Yura yang begitu mementingkan reputasi dan kekuasaan dibandingkan keluarganya.

Ia sebenarnya mengambil cuti sekolah selama satu Minggu agar bisa bertemu dengan Kenzie karena saking merindukannya.

Namun, dia sangat khawatir kala itu dimana pukul 06.15 Kenzie menghubunginya, terlihat 24 panggilan tak terjawab darinya.

"Kenzie, Lo apaan sih, kenapa ganggu gue!"
Tanya Yura dengan nada yang cukup tinggi.
Tanpa dia ketahui disana Kenzie sedang bertarung untuk mempertahankan nyawanya.

"Yura...cepetan l-lo kesini."

Perintah Kenzie dengan nada parau.

"Lo gak papa kan? Ken-"

Tutt

Tutt

Tutt

Sambungan telah diputuskan sepihak, sontak Yura tergesa-gesa mengambil kunci mobil untuk pergi kesana.

Setelah kurang lebih 30 menit diperjalanan dengan pikiran berkecamuk akhirnya ia sampai.

Betapa terkejutnya melihat Kenzie terkulai lemas dengan luka lebam dimana-mana. Darah dari hidung dan kepalanya bercucuran hingga akhirnya dia berteriak.

"Kenzie Lo kenapa?"

Tanya Yura cemas sambil berjongkok untuk membangunkan Kenzie.

"Lepas!!"
Tanpa diduga Kenzie menepis uluran tangan dari Yura.

"Ken lo-"

"YURA!!"

Kenzie dengan tenaga yang tersisa itu berteriak dengan lantang.

Yura sangat kebingungan dengan perubahan sikap drastis yang Kenzie lakukan.

"Yura jangan marah... Jangan pernah tinggalin gue!! Yura-"
Kenzie menggelengkan kepalanya terus-menerus.

"Kenzie stop!!"

Yura menyadari ada yang aneh dengan Kenzie.

"Yura...hikss"
Air matanya luruh ia menangis dengan keras.

"Yuraaa gue cape!!"

"Yura harusnya gue gak pernah ada, gue gak guna yur!!"

Yura bisa merasakan kesedihan kenzie yang mendalam, ia turut menangis sambil memeluk badan Kenzie.

Apa yang telah terjadi hingga Kenzie bergumam seperti ini.

"Y-yura Lo tau gak? Selama ini gue s-selalu inget sama Lo, gue inget masa kecil kita yang punya banyak kenangan indah. Semenjak Lo pergi gue kesepian."

Dengan terbata-bata Kenzie mengeluarkan keluh kesahnya selama tidak ada Yura.

"Lo ngomong apa sih, gue minta maaf udah ninggalin Lo sendiri. Sekarang ayo kita lupain dan mulai lagi dari awal, gue bakal selalu ada disisi Lo. Gu-"

"Terlambat yur."

Kalimat dingin yang dikeluarkan dari mulut Kenzie membuat Yura semakin tak karuan.

"Asal Lo tau yur! g-gue emang sayang sama Lo, tapi gue gak bisa maafin Lo."

Ia perlahan mengeluarkan satu pisau lipat dari saku seragam sekolahnya yang dari tadi disembunyikan.

"Sejak kapan Lo bawa pisau lipat kesekolah Ken?"

Tanya Yura sambil berusaha merampas pisau itu dari genggaman Kenzie.

"Selama ini selalu gue bawa, karena gue pikir bisa ngelawan mereka."

Yura baru saja mengetahui bahwa Kenzie yang terlihat seperti anak baik-baik ternyata menyembunyikan jiwa iblis didalamnya.

"Dan Lo tau? alasan gue manggil Lo kesini supaya gue bisa kasih pesan terakhir yang harus Lo lakuin yur,"
Ia menjeda ucapannya sejenak.

"Lo harus balesin dendam gue sama mereka. Udah gue tulis siapa aja yang selama ini selalu nyakitin gue. Lo harus tuntasin semuanya Yur, gue mohon..."

Dengan nada memelas dan suara yang serak, Kenzie memohon kepada Yura agar bisa melakukan perintah terakhir sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Ah...bukan karena ia sekarang sedang sekarat,
Namun tiba-tiba ia menusuk perutnya sendiri sehingga darah muncrat ke wajah Yura yang sedang merangkul Kenzie yang terbaring.

"Kenziee!! Kenapa Lo ngelakuin ini?!!!"

Ia berusaha menghentikan darah yang mengalir deras dari perut Kenzie.
"Gue mohon Yura izinin gue istirahat. Gue cape..."

Uhukk

Uhukkk

Ia batuk mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Lo pikir bisa pergi dengan tenang setelah lo ninggalin dendam yang belum terbalaskan, haa!! gue gak mau tau pokoknya harus Lo sendiri yang balesin semua dendam itu Ken! Bukan gue."

Ujarnya dengan nada sedikit naik agar Kenzie menghentikan rasa keputusasaan itu.
Lalu, ia pun berusaha mengangkat Kenzie untuk menyelamatkannya.

Krashh

Kenzie membelek dadanya.

Apa yang ia lakukan?
Seolah dirinya terlalu lelah dengan keadaan hingga tidak ingin diselamatkan akhirnya dia merenggut nyawanya sendiri.
Yura tentu saja kaget, ia membulatkan matanya pertanda bahwa dirinya tidak habis pikir.
Sebenarnya apa yang terjadi kepada Kenzie sehingga dia menyerah dan memilih untuk mengakhiri hidupnya?

Flashback Off

Air mata Yura sudah tak terbendung lagi, begitu pula dengan para murid dan guru serta kepala sekolah itu yang sedang menyaksikan dirinya ikut merasakan kepedihan yang terjadi dikehidupan Yura dan Kenzie.

"Setelah gue telusuri di kamarnya, dia sering ke psikiater karena banyak surat keterangan dari sana, ternyata dia punya BPD ( Borderline personality disorder). Dan itu semua karena kalian!"

Ucapnya dengan nada parau sambil menunjuk kepada murid kelas 3-2.

"Kenapa Lo salahin kita!! Dia nya aja kali yang lemah, co-"

Srakk

Salahkan saja Gavin, sudah tahu bahwa Yura marah besar padanya tapi malah semakin memperburuk keadaan.
Pipi yang tersayat rapi, telinga yang terputus, lalu sekarang jari tangannya dipotong sehingga seluruh anggota badannya sudah sangat terluka parah.
Darah mengucur deras, tapi itu malah membuat Yura kesenangan dan tersenyum puas.

"Lo masih untung gak gue bunuh Gav! Eh..lebih tepatnya belum."

Inured: HHS |04L (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang