Hari kematian para korban Yura
Kematian Riki.
Saat penelitian di ruang Laboratorium sekolah, Riki pergi ke toilet.
"Gav, gue ketoilet bentar ya! Kebelet."
Saat Riki berjalan keluar tanpa ada yang tahu seseorang menyusulnya.Yura.
Setelah Riki selesai dengan panggilan alamnya, ia keluar namun dirinya melihat Yura dengan sebuah pisau ditangannya.
"Eh yur napa lo bawa pisau?,"
ia celingak celinguk kebingungan.
"Ngapain juga ditoilet laki. Mau ngintip gue Lo ya?"Yura hanya menatap datar kearahnya.
"Santai aja kali yur elah, pake liat segitunya."
Sedangkan Yura hanya memutar bola matanya pertanda bahwa dirinya kesal. Ia tidak diberi kesempatan untuk bicara."Ada kata terakhir?"
Ucapnya sambil menodongkan pisau itu kepada Riki.
"Eh wow!! Calm sist. Lo mau apain gue nih?"
Riki malah bercanda disaat seperti ini?
Ia sepertinya tidak tahu bahwa situasi sekarang ini seberapa seriusnya."Bacot!"
Yura kehabisan kesabarannya dan hampir menusuk dada Riki. Sekarang Riki terpojok kedinding dengan napas terengah-engah."Eitss gak seru kalo gue langsung bunuh Lo gitu aja."
Ia memasukkan kembali pisau itu kesaku roknya dan mendorong Riki untuk masuk ke dalam toilet lagi.
"Gue Yura! Sepupu Kenzie. Dan gue kesini sengaja buat bunuh orang yang sakitin dia, termasuk Lo."
Riki mencoba berusaha untuk kabur, tapi Yura terlanjur memukul kepalanya dengan tabung air yang ada didalam toilet itu.
Dia oleng, lalu saat lengah yura membantingkan kepala Riki ke cermin hingga dia kehilangan kesadaran karena kepalanya bocor.
Kematian Vicky.
Hari itu Hariz mengantarkan Vicky secara paksa ke rumahnya meskipun memang tak searah. Gadis itu melingkarkan tangannya dengan erat ke pinggang Hariz yang sepertinya terlihat risih. Hari sudah larut malam karena tadi sebelum pulang Vicky meminta ditemani terlebih dahulu di sebuah cafe. Alhasil Hariz meng-iyakan ajakannya itu karena dipaksa.
"Makasih ya Hariz lo udah anter gue pulang." Vicky tersenyum manis kepada Hariz, namun dia enggan menoleh sedikitpun karena dimatanya Vicky hanyalah gadis berjiwa iblis."Iya,Vicky. Gue pulang ya!"
Hariz tanpa banyak bicara langsung menancap gas dan bergegas pulang kerumahnya.
Sedangkan Vicky masih diam diluar gerbang depan rumahnya karena merasa ada orang yang memperhatikan dari tadi.
Ia melirik kesana kemari karena merasa ada yang tidak beres, namun saat hendak melangkah untuk segera menuju masuk ia terkesiap dikarenakan ada yang membekap mulutnya dan dia diseret ke kebun yang tak jauh dari depan rumahnya."Hai, ada kata terakhir?"
Yura saat itu menggunakan pakaian serba hitam dan memakai masker agar tidak ada yang mengenalinya atau menangkap wajahnya di cctv. Vicky ingin berteriak namun lidahnya kelu saat perlahan Yura membuka maskernya.
"L-lo kok bisa ada disini, Lo mau ngap-"
Yura segera membekap mulut Vicky dengan tangannya, gawat bila gadis itu berteriak. Bisa-bisa rencana nya gagal. Yura membentuk suatu isyarat dengan meletakkan jari telunjuknya diatas bibir ranumnya seolah berkata "diam".
Vicky hanya geleng-geleng kepala dan mencoba menyatukan kedua tangannya dihadapan Yura."Gue Yura! Sepupu Kenzie. Orang yang Lo sakiti gak bisa balesin dendamnya, sebagai gantinya gue yang akan bunuh Lo sekarang. Bye!"
Kemudian dirinya menusuk perut Vicky dengan brutal bersamaan dengan kata "bye" yang keluar dari mulutnya. Lalu dengan hati-hati Yura merobek mulut Vicky agar bisa dijadikan sebagai ciri khas pembunuhan paling gila yang disengaja.
Kematian Hellen.
Semenjak kematian Kenzie, Hellen selalu dilanda oleh rasa takut yang berlebihan. Ia terus dihantui oleh seseorang yang pasti berkaitan dengan kematian Kenzie.
Ia selalu diteror selama ini. Misal, pernah ada yang menyelinap ke dalam rumahnya untuk memberikan surat yang berisi ancaman pembunuhan, dan yang mengerikannya surat itu ditulis dengan darah. Tentu hal tersebut membuat Hellen kurang tidur, tidak menjaga pola makan, dan menunjukkan sikap yang tidak biasa alias selalu berubah-ubah. Ia tidak bisa tenang karena dirinya merasa bersalah kepada seseorang, yakni Kenzie.Lalu sebenarnya hal apa yang ia sembunyikan?
Seiring berjalannya waktu, hari dimana Gavin menyuruh semua untuk berkumpul di sebuah cafe, membuat Hellen merasa diambang sebuah pilihan. Jika dia datang, takut apabila akan terjadi sesuatu yang tidak seharusnya. Namun, bila ia tidak datang maka Gavin akan menjadikannya sebagai tersangka. Ancaman yang Gavin berikan membuatnya semakin pusing.
"Argh sialan lo Gav!"
Ia mengumpat, lalu terpaksa bersiap untuk keluar dan memutuskan datang saja. Karena tempatnya yang cukup jauh, membuat Hellen harus naik bus dengan perjalanan kurang lebih 20 menit. Waktu telah menunjukkan pukul 19.54 itu artinya tersisa 6 menit bila harus datang tepat waktu dan tidak dicurigai, tetapi saat akan tiba ditengah perjalanan malah terhalang kemacetan hingga akhirnya kesabaran Hellen menipis lalu memutuskan untuk berlari saja.
"Pak! Saya turun saja disini."Ia memilih menggunakan jalan pintas agar cepat sampai. Namun karena disana adalah jalanan yang sepi, ia melirik kesegala arah untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Dugaannya salah, didepan sana ada seseorang berjubah hitam. Spontan ia berlari kencang untuk kembali kejalan raya.
Terlambat.
Orang itu ternyata tidak hanya satu, ada satu lagi dibelakangnya. Hellen terkepung, ia berusaha untuk kabur.
"Hai Hellen! Siap untuk mati?"
Ucapnya sambil mengeluarkan pisau andalannya.
"Lo siapa?!!"
Suara Hellen memekik karena dirinya takut orang dibelakang itu mengikatnya dengan sebuah tali.
"Gue Yura! Sepupu Kenzie. Gue dikasih kepercayaan buat bunuh lo tanpa ampun."Sontak Hellen membulatkan mata saking kagetnya.
"Yura g-gue salah apa sam-"
"Ck, gak nyadar lo. Ada kata terakhir?"
ujar Yura menyipitkan mata."Yura jangan-"
Terlambat sudah, Hellen dicekik oleh Yura dan dibantu Jevon untuk membekap mulutnya. Hellen meninggal seketika.Jlebb
Belum puas dengan aksinya, Yura terus-menerus menusuk perut Hellen.
"Setiap orang akan mendapat balasan yang setimpal atas perbuatan yang pernah mereka lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Inured: HHS |04L (Proses Revisi)
Mystery / ThrillerDimulai dari perkara kematian seseorang yang berakhir membawa petaka dan secara perlahan mengacaukan kehidupan dengan alasan motif terpendam di masa lalu. Mereka terlambat menyadari kesalahan yang sering dianggap sepele namun ternyata bisa berakiba...