Dimulai dari perkara kematian seseorang yang berakhir membawa petaka dan secara perlahan mengacaukan kehidupan dengan alasan motif terpendam di masa lalu.
Mereka terlambat menyadari kesalahan yang sering dianggap sepele namun ternyata bisa berakiba...
"Saya tidak mau tahu pokoknya kamu urus kasus ini bahkan kalau bisa tutup secepat mungkin!"
Ujar seseorang kepada suruhannya.
"Baik,saya pastikan tidak akan ada yang mengakses kasus ini lagi"
~~
Kelas 3-2 yang merupakan kelas korban pembunuhan itu,sekarang sedang gelisah. Murid yang berjumlah 15 orang tanpa korban itu meringis tatkala mendengar berita kematian yang memang dilakukan secara sengaja alias dibunuh.
Bagaimana mungkin ada kasus yang menyeret mereka sampai diinterogasi satu persatu. Saat ini mereka berdiri melingkar sambil bergelut dengan pikirannya masing - masing.
Jujur semuanya takut.
Mereka memang tidak peduli dengan Kenzie, Si korban. Tapi apabila salah satu dari teman sekelas nya adalah pembunuh, mereka lah yang akan terkena imbasnya. Misalnya sekolah elite mereka yang terpaksa ditutup?
"Arghh Kenzie sialan!!, Kenapa sih tuh anak udah mati tetep aja nyusahin"
Ujar satu siswa yang ber name-tag William.
Dia mengumpat karena saking kesalnya kepada murid yang merupakan korban itu, entah apa alasannya?
"Kalo gini caranya, kita semua yang bakalan dicurigai sama polisi!!" Celetuk temen disampingnya.
"Bukan dicurigai lagi kali, bahkan kita udah dijadiin tersangka" Jawab siswa yang paling tinggi diantara mereka, namanya Bintang.
"Tapi emangnya lo yakin kalo pelaku nya bukan salah satu dari kita?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Hellen.
"Maksud lo?!" Bentak seorang siswa urakan bernama Riki.
"Y-ya maksud g-gue gimana kalo pelaku nya emang sekelas sama kita,mungkin juga lagi dideket kita sekarang"
"Lo nuduh salah satu dari kita?!"
"Kok lo malah salah paham sih, kan gue cuma berpendapat emangnya salah?!,apa jangan-jangan lo sama temen lo kesindir?"
"Udah cukup!! Lo semua pikir masalah bakalan selesai dengan cara saling tuduh - tuduhan gini hah?!" Bentak ketua kelas mereka itu, Jevon.
"Ya lo pikir aja Jev, emangnya siapa temen kita yang bakal bunuh Si culun itu? Kita semua emang gak suka sama tuh anak, tapi ga sampe bunuh dia!!" Emosinya riki meledak- ledak.
"Udahlah njir diem napa!! gak usah dipikirin juga. Kalo pun pembunuhnya ada dikelas ini emang kenapa sih?!"
Celetuk seseorang bernama Gavin yang merupakan siswa paling pecicilan yang juga merupakan teman terdekat Riki, dia terganggu karena sedang tidur dikelasnya.
Semua pandangan mata terarah padanya.
Ada yang curiga?
"Maksud lo apa? Enteng banget tuh mulut ngomongnya."
Vicky, siswi yang sering mengaku paling cantik dikelas itu menimpali gavin.
"Hehh! Jangan sembarangan ya, lo gak takut apa ishh"
Ujar siswi yang sedari tadi sedang menggambar di smartphone nya, Zeanne. Dia menyimak perdebatan mereka dari awal hingga akhir, namun tadinya dia tidak ingin ikut campur.
"Haduhh kalian serius banget gitu sih, gue lagi bercanda kali." Timpal Gavin.
"Bercanda lo bilang? Ini kasus pembunuhan tapi lo anggap sebagai candaan, masih waras lo gav?" Protes bintang.
"Kasus ini udah sampai ke seluruh kota, mungkin bentar lagi satu negara atau bahkan satu dunia yang bakal tau! Jadi gak bisa anggap sepele masalahnya"
Ucap siswa yang fitur wajahnya nyaris sempurna ,Leon.
Namun, berbeda dengan satu orang yang tidak berbaur dan selalu diam dimeja paling depan dekat tembok.
Dia menyeringai tipis melihat perdebatan diantara teman sekelasnya.
Mungkinkah dia senang?
Atau dia pembunuh itu sendiri?
"Terus kalo gitu, kita semua bisa apa? Gue rasa kita gak bakal bisa ngelakuin apapun."
Kelas pun hening seketika setelah mendengar ucapan Gavin.
Lalu seorang guru datang,mereka langsung bubar dan duduk ke tempatnya masing - masing.
"Anak-anak pasti kalian semua sudah mendengar berita duka tentang Kenzie, dia diduga memang dibunuh dan untuk saat ini kami pihak sekolah dan keluarganya sedang menunggu hasil autopsi dari Badan Forensik.Untuk itu Ibu mohon kepada kalian sebelumnya jangan menyebarkan rumor yang tidak benar mengenai ini."
Jelas wali kelas mereka, bu Irene.
"Baik bu, tapi saya boleh bertanya sesuatu?" Siswi yang terbilang pendiam mengacungkan tangannya, Eliza.
"Iya tentu saja boleh El, Kamu mau bertanya apa?"
"Sebenarnya siapa orang yang pertama menemukan jasad mendiang Kenzie? Menurut saya seharusnya dia dijadikan tersangka utama, karena bisa saja dia mengarang cerita mengenai penemuan jasadnya kepada polisi."
Guru tersebut tidak langsung menjawab, ia malah tersenyum penuh arti.
Tanpa ada yang menyadari bahwa salah satu dari mereka sedang berkeringat hebat. Namun, gerak- geriknya diperhatikan dari tadi oleh seseorang.
Menurutnya mencurigakan.
Setelah sekian lama kelas hening, Ibu gurunya pun menjawab dengan tegas.
"Eliza, orang yang pertama menemukan jasad nya adalah teman sebangkumu,
Balqis."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.