Chapter 14

70 18 89
                                    


Sekolah dibuka kembali, meskipun keadaan sepertinya tampak tidak baik-baik saja.

"Perhatian semuanya, untuk seluruh murid Halazia High School dimohon untuk berkumpul di auditorium secepatnya. Dikarenakan ada yang harus didiskusikan mengenai kelangsungan sekolah kita!"

Suara speaker disetiap penjuru kelas terdengar menggema, spontan mereka ricuh dan berlari ke tempat yang diperintahkan.

Mereka berharap akan ada kabar baik untuk sekarang, dicukupkan saja untuk selama ini yang selalu ada kematian tak terduga sehingga terus-menerus menghantui kehidupan.

Semua telah berkumpul lalu duduk dengan posisi rapi di auditorium, walaupun kegelapan menerpa dan hanya ada sedikit cahaya dari jendela.

Mereka bertanya, mengapa lampunya tidak dinyalakan?

Oh, tidak!!

Sekarang mereka tahu apa yang terjadi disini.

Di hadapan mereka, Pak kepala sekolah terlihat diikat dikursi lalu lampu menyorotnya seolah ia sekarang sedang dipertontonkan.

Seketika para murid heboh saat melihat pak kepala sekolah terlihat menyeramkan.
Dan,tunggu!

Jika diperhatikan dibelakang Pak kepala sekolah ada dua orang yang berjalan menghampirinya sambil membawa benda seperti...

sebuah pisau?

Prokk

Prokk

Prokk

Dia bertepuk tangan, lebih tepatnya menepuk pisau yang digenggam olehnya.

Lalu semakin dekat, dan terlihatlah wajah orang itu.

Begitu kagetnya mereka melihat seorang gadis dan juga pemuda yang tidak asing.

Satu siswa dan satu siswi dari kelas 3-2, hingga mereka semua baru menyadari satu hal.

Tidak ada murid dari kelas 3-2 selain dua orang itu disini.
Sontak terdengar teriakan saat satu tirai telah dibuka dihadapan mereka yang menampilkan 10 orang yang diikat secara melingkar.

Bisa kalian tebak siapa saja?

• Hariz
• Jessylin
• Shella
• Gavin
• Zeanne
• Meira
• Glenn?

Tentu saja Glenn masuk kedalam salah satu calon mangsa yang siap ia cabik-cabik.
William yang ditahan sementara untuk diinterogasi membuat dirinya lepas dari cengkeraman sang pelaku.

Eliza dan Leon juga telah kembali menjalankan kehidupannya setelah menyelesaikan tugas disekolah ini.

Lalu apa sudah bisa dipastikan siapa kedua orang yang menjadi dalang dibalik kekacauan disekolah ini?

Yura dan Jevon.

Mereka dua orang yang berdiri didepan sambil membawa pisau berlumuran darah.

Rupanya pisau itu telah digunakan sebelumnya,dapat dilihat dari kulit wajah Gavin, Meira, dan Shella yang tersayat rapi secara memanjang dari bawah mata sampai dagu.

Sungguh tidak terduga bukan?
Murid baru itu bersekongkol bersama ketua kelas mereka untuk melakukan hal keji ini.

Lantas sebenarnya apa motif kejahatan yang tak terhentikan ini?

"Arghh hentikan sialan!!"

Pikiran mereka buyar saat mendengar teriakan dari Glenn, gadis gila itu menyayat bagian lengannya sehingga darah mengucur deras.

"Glenn, tau gak kenapa gue benci banget sama Lo? Karena Lo beda!"

Glenn sontak menatap Yura dengan sorot mata yang tajam seperti ingin menerkamnya. Namun, apalah daya hanya bisa meronta kesakitan karena diikat dan tidak bisa melawan.

Yura spontan menoleh kearah semua orang, kini ia sedang ditonton oleh sekian banyaknya murid.

Lalu secara perlahan, ia menggores jidatnya sehingga meninggalkan kesan menyeramkan diwajah cantiknya.

"Hari ini, gue mau bongkar semua kejahatan dari korban-
Ah lebih tepatnya iblis yang udah gue bunuh."
Tolong katakan pada mereka bahwa ini hanyalah mimpi belaka, tatapan mata yang seakan tidak takut pada apapun itu membuat kaki mereka lemas tak tertahan.

"Kalian pasti bertanya sebenarnya apa yang udah terjadi? Sekarang waktunya gue buka semua topeng mereka."

Ucapnya dengan penuh penekanan sambil menunjuk kearah murid kelas 3-2 dan kepala sekolah yang penuh rahasia itu.

"Sebelum itu, gue mau kalian tau identitas diri gue yang asli. Gue Yura, anak dari kepala sekolah yang ada dihadapan kalian dan sepupu dari seorang Kenzie."

Mereka saling berbisik tak menyangka bahwa dia putri dari kepala sekaligus pemilik sekolah ini.

"Jevon, sekarang!"

Lalu Yura memerintahkan Jevon untuk memutar sebuah video dilayar, terlihatlah  seseorang yang telah memukuli seorang siswa dan satunya lagi merekam perbuatan menjijikan itu.

Ya, rekaman cctv itu memperlihatkan Riki dan Gavin yang sedang memukuli Kenzie.

"Kelas 3-2 sebenarnya kalian udah tau kan, kalo si bajingan Riki sama temennya ini mukulin Kenzie tanpa ampun. Sayangnya gak ada yang peduli dan menganggap semua ini adalah hal yang lumrah."

Timbul perasaan yang campur aduk, kelas lain marah, benci, kecewa.
Padahal mereka sama saja dengan kelas 3-2 karena selalu merundung Kenzie walaupun hanya sebatas mengejek.

Jadi si Riki yang bunuh?

Wah ini mah kalo disebarin bisa viral!

Udahlah lagipula dia kan udah jadi abu.

Terdengar begitulah kira-kira bisikan yang mereka lakukan.

"Tapi kalian tau gak? Setelah liat rekaman ini pasti kalian berpikir Riki adalah orang yang membunuh Kenzie. Tapi dugaan kalian salah besar."

Perkataan terakhir dari Yura menimbulkan banyak pertanyaan, sehingga ruangan auditorium terdengar sangat ricuh.

"Lo semua denger kan! Gue sama Riki bukan pembunuh."

Lalu,

Srakk

Tanpa segan-segan Yura menggoreskan pisaunya ke paha Gavin yang sedang terikat.

"Lo! emang pembunuh Gav, masih gak sadar ternyata. Lo kira ngebunuh itu cuma merampas nyawa seseorang? Ngehancurin mentalnya aja itu udah termasuk ngebunuh Gav!"

Srakk

Amarah Yura semakin membuncah, ia kembali menggores lebih tepatnya hampir memotong telinga dari seorang Gavin.

"Kenzie, dia bukan dibunuh. Dia...
Bunuh diri karena gak tahan sama semua perlakuan kejam kalian! Mentalnya hancur, sampe dia punya BPD! Arghh kalian bahkan gak bisa disebut manusia, sialannn!!"

Yura kini ambruk tak karuan, ia membayangkan wajah menyedihkan Kenzie yang saat itu menusuk perut serta dadanya dihadapan dirinya.

Inured: HHS |04L (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang