12

1.4K 187 42
                                    

"menurutmu gimana, Mas?" Sari menatap wajah suaminya dengan penuh ingin tau. Sepulang Khoirul kerja tadi, Sari mengutarakan keinginannya tentang Sagara. "aku sudah bicara sama Ibu. Dan alhamdulillah, responnya baik. Sepertinya Ibu nggak menolak keinginanku untuk mengambil Sagara sebagai anak. Kalau Bapak, nggak banyak kasih komentar. Dari dulu, beliau memang menyerahkan semua keputusan sama kita."

"saya nggak keberatan, Dek." jawab Khoirul disusul senyum kecil. "sejak awal kan saya juga menyarankan hal yang sama."

Sari menghela napas lega. "jadi?"

"kita bicarakan sama Bu Fatma dan Pak Qori untuk proses selanjutnya ya. Biar di bantu juga sama mereka." ujar Khoirul lagi.

"tapi Mas..." mendadak, ada keraguan yang muncul di wajah Sari. "kita belum bicarakan tentang ini sama Mama dan Papa..."

"nanti pelan-pelan, kita kasih pengertian ke Mama dan Papa, ya." ujar Khoirul, "dan aku minta bantuanmu. Barangkali saat minta persetujuan mereka, ada bahasa yang kurang berkenan di kamu, tolong... tolong sekali untuk kamu maklumi."

Kalimat Khoirul membuat Sari mengecap kecut kasat mata di kerongkongan.

"aku pernah sekali bikin kamu kecewa. Dan aku berusaha untuk nggak bikin kamu kecewa untuk yang kedua kalinya." ujar Khoirul. "kita usahakan rumah kita sama-sama ya?"

Sari mengangguk.

Ya... mereka akan mengusahakan rumah impian mereka. Bersama-sama.

---

"Hah? Piye?" perempuan paruh baya itu berusara dengan oktaf tinggi saat Khoirul dan Sari bertandang ke rumah untuk mengutarakan niatannya.

Dimata Sari dan Khoirul, restu orang tua masih jadi hal yang dijunjung tinggi. Mereka merasa perlu memberitahu keluarga inti untuk menghindari kesalahpahaman. Tapi sepanjang Khoirul bercerita, ibu kandungnya itu sudah memasang wajah tak suka. Meski bapak hanya khidmat mendengarkan.

"itu anak viral yang ditinggal di kereta itu toh?" tanya sang ibu dengan menggebu.

Ah, beberapa warga memang sempat membuat video ala-ala tentang Sagara. Namun hal itu hanya trending di lingkup kecamatan saja. Bukan yang viral hingga jutaan viewers dan menarik trending X. Tidak ada pula x, please do your magic. Gonjang-ganjingnya pun hanya jadi gosip seminggu, kemudian berlalu tanpa banyak yang peduli. Oleh karenanya, asal-usul Sagara masih belum diketahui.

"nggih, Ma."

Sang ibu menunjuk Khoirul dengan wajah sinis. "Wis ra ono utek-ke kah kowe, Rul? Mbok mikir sing waras. [udah nggak ada otaknya kah kamu, Rul? Coba pikir yang bener]." Sambungnya dengan setengah murka.

"Mama wis ngomong, kalau mau ambil anak, ya pilih dari saudara sendiri saja. Yang jelas bibit-bebet-bobotnya. Kenapa harus dari panti? Lebih-lebih, anak yang dibuang orang tuanya sendiri."

"Ma!" kali ini, suami sang ibu sendiri yang menegur kalimat kelewatan yang keluar dari belah bibir istrinya.

"lha, Papa mbok tengok kelakuan goblok anakmu! Anak jelas-jelas dibuang kok mau dipungut. Yang buang pun nggak jelas, mbuh sopo! Kalau dia punya penyakit serius, piye? Kalau bawa sial? Atau bocahnya punya ilmu hitam? Mana ngerti orang tuanya itu residivis? Atau mungkin orang tuanya punya HIV terus dia ketularan, makanya dibuang?"

"Ma... anaknya masih kecil. Ndak arif kalau Mama nuduh jahat begitu." ujar Papa.

Sementara Khoirul nampak jengah dengan omongan sang ibu. Sekalipun hal ini sudah ia prediksi sebelumnya.

SAGARA [Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang