Khoirul dan Sari tidak menyangka bahwa proses mengadopsi anak ternyata perlu melewati prosedur panjang. Diantara waktu bekerja dan jadwal menjaga ibunya Sari, Khoirul dan Sari melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan dan kejiwaan sebagai dokumen lampiran untuk syarat adopsi. Belum lagi lampiran keterangan ini – itu yang prosesnya tidak bisa dikejar satu hari kerja, sehingga Khoirul atau Sari perlu bolak-balik ke dinas sosial. Terhitung sudah nyaris tiga bulan berlalu —dan Khoirul masih tetap perlu menyelesaikan beberapa berkas sebelum proses sidang untuk mengambil Sagara sebagai anak.
Namun lelah itu terasa terbayar tiap kali Sari dan Khoirul bertandang ke Panti untuk menjenguk Sagara. Wajah penuh ceria itu selalu bersemangat dengan berbagai cerita baru tiap kali Sari dan Khoirul berkunjung.
"sekarang, aku sudah bisa bikin tempe mendoan sendiri loh, Ibu!" cerita Sagara pada kunjungan kali ini, "Bu Diyah yang ajarin... sama bikin sambal kecap juga."
"memang Sagara doyan tempe mendo?" tanya Khoirul yang tak kalah sumringah mendengar Sagara bercerita.
"doyan. Tapi nggak pakai sambal."
"hati-hati kena minyak panas pas lagi belajar masak, ya." Ujar Sari. "jangan coba-coba masak sendiri. Aga tetap harus di awasi orang dewasa."
"siyaaap, Ibu." Ujar Sagara. "nanti sore, Bu Diyah katanya mau bikin pecel bakwan."
"Ibu bisa bikin bumbu pecel enak, lho." Ujar Khoirul tiba-tiba.
"eh, iya?"
"iya..."
"bumbu pecel tuh, bumbu kacang kayak di siomay kan? Ibu bisa buat?" Sagara bertanya dengan nada tak percaya. Pikirnya, bumbu macam itu hanya produksi pabrikan yang dibeli di pasar atau supermarket.
"bumbu pecel sama bumbu siomay ya beda, Aga... kalau bumbu siomay nggak pakai kencur." Jelas Sari.
"ah... rasanya sama deh, kayaknya..."
"ya bedanya emang cuma dikit-dikit. Kalau bumbu kacang buat siomay kan harus dimasak lagi, biar keluar minyaknya. Nah kalau bumbu pecel enggak, nanti tinggal seduh air hangat."
Sagara hanya ber-ooh ria. Ia tidak tau.
"Ibu tuh pinter masak loh, Ga..." puji Khoirul lagi.
"iya, Bu? Ibu bisa masak apa aja?"
"mie goreng seafood kesukaannya Aga, Ibu bisa." Ujar Sari seraya menunjuk tas bekal yang ia bawa. Setiap kali berkunjung, Khoirul dan Sari memang sering kali membawa berbagai macam jajanan.
Wajah Sagara jelas sumringah, "Ibu bikinin Aga mie goreng seafood?"
Sari mengangguk. "sama pudding mangga juga. Ibu ingat kalau Aga juga suka pudding."
Bocah itu mengangguk lucu. Mengambil alih tas bekal di sisi Khoirul ke dalam dekapan. Mencoba mengendus aroma wangi dari rantang tumpuk itu.
"Aga sharing sama Mas-Mas yang ada di kamar, boleh Bu?" izinnya. Binar mata serupa kucing kecil itu menatap penuh mohon.
Jujur, lubuk hati kecilnya ingin pamer kepada para kakak di kamarnya itu tentang betapa sayangnya Sari dan Khoirul kepadanya.
"boleh." Jawab Sari.
"kapan-kapan, ajari Aga bikin mie goreng seafood sendiri ya, Bu." Pinta Sagara. Bocah itu menyender pada Sari. Seolah menyerahkan diri untuk dipeluk.
Jelas Sari membuka lebar tangannya untuk mendekap. Mengusap puncak kepala Sagara dengan penuh sayang.
Khoirul kembali terdiam penuh makna. Rasanya, keputusan kali ini adalah keputusan paling tepat yang pernah ia ambil di seumur hidupnya.
-----
