20

1.6K 191 30
                                    

Sepertinya ada dua macam output manusia usai menjalani kehidupan yang berjalan layaknya bajingan. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang pemaaf dan pengertian, karena menyadari bahwa latar belakang luka itu boleh jadi milik siapapun. Sementara sebagian lainnya akan tumbuh menjadi sama brengseknya dengan kehidupan yang mereka jalani. Seolah kehidupan yang jahat itu membuat mereka bebas membalaskan luka pada siapapun dengan membabi buta tanpa belas kasih.

Rida tidak terlahir dengan dendam. Rida kecil adalah manusia polos penuh senyum. Namun kematian orang tuanya di usianya yang masih belasan itu membuat Mbah Buyutnya membiarkannya diasuh oleh saudara jauh —yang bahkan belum tentu ditemui setahun sekali. Rida diboyong jauh keluar kota untuk diasuh. Dijanjikan kehidupan layak dan sekolah. Balasannya, Mbah Buyut menerima uang sekitar lima ribu rupiah, sebagai tanda beli putus. Lima ribu, adalah nominal yang besar jauh sebelum krisis moneter jatuh. Dan beli putus membuat Rida terdengar seperti hewan ternak. Tapi sepertinya memang begitulah adanya. Rida bahkan lupa, kapan Mbah Buyut terakhir kali menanyakan kabarnya usai pasangan itu membawanya pergi jauh.

Kehidupan layak itu omong kosong. Sekolah hanya angan-angan. Pada kenyataannya, Rida hanya dipekerjakan secara gratis di rumah itu. Dibabui, layaknya pekerja kasar di rumah itu. Tak jarang tangan kakinya disulut rokok untuk kebodohan kecil yang ia buat. Sialnya, pengaduan yang ia kisahkan pada orang-orang dewasa itu dianggap kebohongan. Rida dituding kurang syukur padahal sudah diasuh oleh keluarga berkecukupan.

Hal terakhir yang Rida ingat, kedua orang tua asuhnya melemparnya ke rumah bordil saat mereka memiliki anak mereka sendiri. Takkan ada yang bisa membayangkan, betapa takut dan sakit hatinya Rida saat itu.

Jadi saat Khoirul mengatakan bahwa Sari tengah hamil, hanya satu yang bisa Rida pikirkan, "lalu, sebagai apa kau akan meletakkan anak itu di rumahmu?" suaranya luka dan getir.

Khoirul merangkum perih di mata sang ibu.

"kamu sudah nggak butuh anak pancingan lagi." Lirih Rida dengan luka yang terdengar nyata. "lalu kemana anak itu akan kamu buang?"

Khoirul menggigit bibirnya kecil. Mengecap rasa tembaga dari luka berdarah dalam mulutnya. "aku nggak mengambil Sagara dari Panti sebagai anak pancingan, Ma. Aku mau Sagara sebagai anakku, karena aku sedang mengusahakan rumahku sendiri. Sagara akan selalu jadi anakku." balas Khoirul.

"dia bukan...! Mau sampai kapanpun, dia bukan anakmu, Khoirul."

"Rida..." suara Fatur menegur. Lelaki tua itu merasakan pekatnya luka masalalu sang istri yang tengah ditonton kembali. Sagara agaknya sukses menjadi trigger untuk bangkitnya setiap luka masalalu yang telah mereka coba kubur jauh ke inti bumi.

Namun kali ini, Khoirul tidak ingin kalah lagi. Ia akan membuktikan janjinya —janji yang ia teguhkan saat niat tulus mengambil Sagara ia ucapkan. Ia akan bersikap layaknya kepala keluarga. Pasang badan untuk melindungi Sari dan Sagara. Khoirul akan melakukan apapun untuk bahagia mereka. Khoirul ingin ibunya percaya bahwa ia bisa.

Maka dengan emosi campur aduk, Khoirul meluruh. Bersimpuh. Merendahkan diri di hadapan sang ibu dengan penuh mohon. Menurunkan ego dan mengalah.

Mengalah, untuk mampu mengangkat dagu. Menatap lurus bola mata sang Ibu.

"aku akan jadi bapak; untuk Sagara juga anak-anak aku dan Sari nanti. Mama percaya aku bisa, kan? Mama percaya aku, kan?"

"Rul..."

"Mama yang didik aku jadi anak baik... Mama yang didik aku untuk jadi penuh kasih dan tanggung jawab sama setiap keputusan yang aku ambil. Jadi harusnya Mama percaya aku, kan? Harusnya Mama percaya bahwa aku bisa jadi bapak angkat yang baik kan?" Khoirul butuh pengakuan. "aku cuma ingin Mama percaya, kalau aku nggak akan membuat Aga terluka seperti Mama. Aku ingin Mama percaya kalau aku bisa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAGARA [Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang