~SEBUAH PENYESALAN

386 12 0
                                    

"Jangan bicara, bertindak saja, Jangan katakan, tunjukan saja, jangan berjanji, buktikan saja."

~~

Flashback*

Keesokan harinya Rey tidak sengaja bertemu dengan fabyan di sebuah restoran. Lalu mereka memutuskan untuk meluangkan waktunya dengan mengobrol.

"Ekhem, kapan anda akan mengajar?" Tanya Rey.

"Insyaallah, perkiraan semingguan lagi pak."

"Rey saja. Lagipula saya belum terlalu bapak-bapak haha."

"Baiklah kalau begitu anda panggil saja saya Adam." Rey hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah beberapa menit membicarakan masalah pekerjaan sekarang mereka membicarakan kehidupan pribadi mereka masing-masing.

"Apakah yang kemarin datang bersama anda itu istri anda?" Tanya fabyan.

"Benar, itu istri saya." Ujar Rey tanpa memberitahukan yang sebenarnya.

"Beruntung sekali anda memiliki istri yang Sholehah dan pastinya cantik kan?" Ujar fabyan dengan terkekeh kecil.

"Bisa saja anda ini, yang ada saya sangat beruntung bisa memiliki istri seperti istri saya ,istri yang Sholehah, cantik dan sangat sabar." Tanpa sadar Rey mengingat saat pertama kali Aisyah menjadi istrinya dengan sikap Rey yang datar, dingin bahkan dengan kata-kata pedasnya.

"Jadi... Kapan nih anda membawakan menantu untuk Pak Mochtar." Fabyan yang mendapatkan pertanyaan dari Rey hanya bisa tersenyum.

"Kapan-kapan saja." Lantas mereka berdua terkekeh.

"Tapi apakah anda pernah mencintai seseorang? Maaf jika pertanyaan saya melenceng tidak perlu di jawab jika itu sangat pribadi." Ujar Rey dan mendapatkan gelengan dari Fabyan.

"Dulu...saya pernah mencintai seseorang. Waktu itu usia saya 22 tahun, saya baru saja lulus kuliah di Cairo. Dan kebetulan dia adalah santri Abi saya. Saya bertemu dengan dia saat ada acara di pesantren, semakin kesini saya semakin dekat dengan dia. Awalnya saya ragu untuk bertanya apakah dia mempunyai perasaan yang sama dengan saya? Dan apakah anda tau? Di memiliki perasaan yang sama seperti saya."

"Dan setelah kami mengetahui isi hati kami masing-masing, dia memilih untuk menjauh sebelum ikatan kami halal. Anda pasti heran seorang anak pemilik pesantren bisa mendekati santri abinya sendiri secara diam-diam." Rey mengangguk.

"Sampai suatu ketika Abi menjodohkan saya dengan anak dari sahabat lamanya, saat itu saya bimbang melepaskan dia atau berbakti kepada Abi saya. Setelah saya menimbang-nimbang akhirnya saya menerima perjodohan itu, saat itu Abi tidak tahu bahwa saya sudah memiliki tambatan hati saya."

Rey terus mendengarkan cerita masa lalu fabyan, dia kaget karena pak Muchtar menjodohkan putranya dia kira kehidupan seorang pemilik pesantren tidak akan menjodoh-jodohkan anaknya seperti di novel-novel.

Fabyan menghembuskan nafasnya "Dan saya memutuskan untuk menemui dia, saya bilang tunggu saya. Saya akan melanjutkan pendidikan saya, sakit..sakit karena saya harus berbohong dan saya harus melepaskan dia. Tapi nyatanya saya tidak pergi untuk melanjutkan pendidikan saya saya malah mengkhianatinya," Fabyan tersenyum getir..

"Pada saat itu saya belum sempat untuk melamar dia karena usia dia yang masih terbilang muda sekitar 18 tahun hhee anda pasti aneh saya mencintai seorang remaja?" Rey hanya mengangguk saja karena terlanjur penasaran.

Nggak juga sih malah saya nikah sama yang lebih muda haha.

"3 tahun kemudian setelah dia lulus pesantren dia pergi entah kemana, saya sudah mendatangi rumah nya tetapi tidak ada siapa-siapa dan kata tetangganya dia pindah keluar kota."

"Maaf memotong, lalu bagaimana dengan perjodohan anda?"

Fabyan tersenyum,"Entahlah saya harus bersyukur atau harus kecewa, perjodohan saya batal karena calon istri saya sudah di panggil oleh Allah."

"Innalilahi, saya turut berdukacita."

"Terimakasih, mau saya lanjut?" Rey hanya mengangguk.

"Saat saya menginjakkan kaki di Bandung, saya sudah menyerah untuk mencari dia. Tapi dunia yang katanya luas ternyata begitu sempit saya bertemu dia, bahagia? Tentu tapi saat saya ingin berbicara, dia seolah menghindari saya tapi saya tidak patah semangat untuk memenangkan lagi hatinya."

"Dia, gadis yang mampu memikat hati saya sang pujaan hati, cinta pertama saya setelah umi saya dia, Aisyah Putri."

Deg.

Bagai di sambar petir Rey yang mendengar ucapan fabyan menegang seketika.

"Aisyah?"

Fabyan tersenyum dan mengangguk "ya, Aisyah Putri yang sekarang tinggal di Bandung dan kuliah di salah satu universitas di Bandung sekaligus teman dari sepupu saya." Rey yang mendengar pernyataan fabyan mengepalkan tangannya.

Bodoh sekali, saya sebagai suami tapi tidak tau apa-apa tentang istri saya sendiri. Rey tersenyum getir.

Dan setelah percakapan itu mereka memutuskan untuk mengakhiri dan kembali membahas mengenai pekerjaan.




See u next chapter

Jeng.. jeng..jeng..
Maapin kalau dikit+isinya flashback doang wkakakaka

Jangan lupa vote nyaa yaww>_<

~SEBUAH PENYESALAN ( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang