~SEBUAH PENYESALAN

445 17 7
                                    

Dipendam sesak di dada, dikeluarkan merusak suasana,ada saatnya kita tak punya pilihan selain terdiam dan menerima kenyataan ~A

Setelah dari Gramedia Aisyah langsung pulang. Saat tiba di rumah sudah ada Livia yang sedang santai di ruang tamu, "Assalamualaikum." Tidak ada sahutan sama sekali, Aisyah tidak memperdulikan itu.

Saat akan berjalan menuju kamar, "Waw yang habis bertemu dengan pujaan hati," ujarnya dengan nada mengolok.

"Kalau gak tau apa-apa gak usah sok tau." Ujar Aisyah langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ck. Berani juga kamu sama saya."

"Selain caper dan sok baik kamu juga perebut suami orang! Dasar murahan." Menatap Aisyah dengan pandangan jijik.

Perkataan Livia memancing emosi Aisyah.

"Dengar ya mbak! Aku tidak merebut apapun dari siapapun. Kamu sendiri kan yang setuju mas Rey menikah lagi?"


"Aku sudah sangat sabar mbak! Aku juga capek, sabar yang harus menyikapi perlakuan bahkan sikap mas Rey yang berbeda selama hampir tiga bulan ini. Dan aku tau itu semua ulah kamu kan!" Tunjuk Aisyah kepada Livia.

"Kamu yang udah menghasut mas Rey, dan kamu sudah memprovokasi mas Rey dengan cara murahan kamu."

"Berani kamu Aisyah! Kamu ini hanya istri kedua." Livia yang kebawa emosi dan akan memberikan tamparan kepada Aisyah tapi di tahan.

"Apa mau nampar? Tampar aja, dan ya! aku tau aku cuma istri kedua terus kenapa?"

"Sialan kamu Aisyah harusnya kamu pergi dari kehidupan kami, kami sudah bahagia tanpa kamu dan kamu tau?" Ucap Livia menggantung kan kalimatnya.

"Cih, mas Rey itu gak cinta sama kamu yang mas Rey berikan itu hanya san-di-wa-ra eumm kasihan." Ejek Livia.

Tiba-tiba saja air mata Aisyah menetes karena ucapan Livia.

"Lalu? Aku percaya ucapan omong kosong kamu? Jangan harap." Livia semakin menggeram marah.

"Persetan kesopanan, kamu tau saat kamu sibuk dengan dunia mu sendiri. Mas Rey selalu menghabiskan waktunya dengan aku, saat malam itu mas Rey sangat romantis dan memperlakukan aku dengan tutur kata yang lembut, dan juga perhatian."

"Kamu kemana mbak? Saat mas Rey dalam masalah, saat mas Rey membutuhkan orang untuk mendengarkan keluh kesah dan saat mas Rey.. kamu Taulah." Sinis Aisyah. Sedangkan Livia mengepal erat tangannya dan menatap Aisyah tajam.

"Kamu sangat menjijikkan Aisyah! Kamu sudah merebut apa yang saya punya." Ucap nya dengan nada menggeram dengan air mata yang mulai luruh.

"Kamu tau mbak? saat kamu kembali semuanya hancur dan itu karena kamu! Gara-gara kamu mas Rey berubah, itu semua karena hasutan kamu yang tidak-tidak."

"Baguslah kalau kamu sadar, sebentar lagi... Akan saya pastikan, kamu." Tunjuk nya kepada Aisyah.

Livia mengangkat sebelah bibirnya "kamu pergi dari kehidupan mas Rey." Ujar Livia dan mendorong Aisyah.

Brukhhh

Aisyah terjatuh kelantai dengan posisi tengkurap, "Aww, ss-ssttt perutku sakit mbak tolong," pinta Aisyah yang sudah berderai air mata, pada Livia.

Livia hanya menatap Aisyah tanpa rasa kasihan. "Mbak tolong perutku sakit banget..." Ujar Aisyah yang terus meremas perutnya.

"Ass--" saat menyadari ada seseorang Livia menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai.

Brukhh

"Aww, sakittt,"

"Ada apa ini? Sayang? Aisyah?" Yaps itu Rey yang baru saja datang.

Rey menghampiri Livia yang sudah berderai air mata, "ada apa ini? Kenapa bisa terjadi?"

"Tiba-tiba Aisyah dorong aku, dia bilang aku ikut campur padahal kan aku cuma bilang jangan terlalu dekat sama laki-laki lain," ujar Livia dengan raut wajah sedih yang di buat-buat.

Manipulatif.

Rey menatap Aisyah, sedangkan Aisyah hanya menggeleng pertanda bukan seperti itu kejadiannya.

"Dia juga bilang aku murahan hiks..." Ujarnya langsung memeluk Rey.

Aisyah menggelengkan kepalanya dia tidak menyangka Livia akan sejahat itu terhadapnya.

"Bohong mas, bohong. Yang di katakan mbak Livia semuanya bohong, jujur aku memang bilang murahan tapi bukan kepada mbak Livia,"

"Aku bilang murahan karena cara mbak Livia yang murahan dengan menghasut kamu yang nggak-nggak, sikap kamu berubah semenjak mbak Livia kembali." Rey bingung dia harus percaya kepada siapa?

"Mas Rey, tolong perutku sakit," keluh Aisyah entah untuk ke berapa kalinya.

"Mas mending kamu bawa aku kemar, aku gak mau lama-lama di sini." Kata Livia mengalihkan perhatian.

Rey bingung, Rey bimbang dia harus terlebih dahulu menolong yang mana?

Maaf Aisyah .

Rey memilih menggendong Livia menuju kamar dan meninggalkan Aisyah yang sedang kesakitan.

Aisyah menatap Rey dengan air mata yang terus mengalir, dia tidak percaya suami yang dia banggakan menyakiti nya begitu dalam.

Kadang hidup tidak sesuai yang kita harapkan, seringkali kita mencari kebahagiaan di tempat yang salah, malah hidup kita yang jauh menderita dari sebelumnya.

"Dan bodohnya aku--aku mempercayakan kebahagiaan kepada kamu mas," ujar lirih Aisyah.

pada akhirnya, haruskah aku bertahan atau merelakan. Batin Aisyah.

Setelah kepergian mereka Aisyah menelpon Zahra untuk meminta bantuan.

Segitu dulu yaww😁
Jangan lupa vote🥺🌷
Ada yang nunggu cerita ini gak? Coba komen
Yang punya unek-unek juga komen dongg

Maaf baru up huhuhu🙏😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

~SEBUAH PENYESALAN ( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang