"Woy tuan putri, bisa ngebut dikit gak lo? lihat nih udah jam berapa?!" teriak Sangga yang sedang duduk diatas motornya.
Walaupun Sangga sedikit nakal, tetapi jika dengan Zalina, Sangga akan berubah menjadi orang yang disiplin. Laki-laki itu melihat jam tangannya, jam sudah menunjukan pukul 07:02, dan jam masuk sekolah adalah 07:30.
"Iya! iya! Sabar bisa gak lo?!" Zalina terlihat terburu-buru, gadis itu menyuapkan roti yang diisi selai coklat dan tangan kirinya memegang sebuah ompreng berwarna hijau.
"Lo suka banget bertapa dulu dikamar mandi anjir!"
Zalina sudah duduk dimotor Sangga, laki-laki itu segera memutar kunci dan menyalakan motornya, meninggalkan area rumah Zalina yang bersebelahan dengan rumahnya.
"Bawel lo," Zalina menyodorkan tangannya kearah hidung Sangga. "Wangi kan? tebak gue pake apa??"
Belum sempat Sangga menjawab, Zalina sudah menjawabnya sendiri. "Iya betul banget lo Sanggala Arsenio! pinter emang lo, makannya gue mau temenan sama lo." Ujarnya sambil tersenyum, Sangga melihatnya dari kaca spion.
"Gue belum jawab apa-apa jirr."
"Tau gue, percuma nunggu lo jawab. Lo aja gak bisa baca sunscreen, apa-apaan lo baca sunscreen jadi screenshot." Zalina mengejek Sangga, gadis itu mengingat kembali kejadian ketika dia menitip sunscreen kepada Sangga, pria itu malah 3x salah mengucap menjadi sceeenshot.
"Hehehe, apaan sih lagian itu, bisa bahasa Indonesia aja gak namanya? lo tuh harus menghargai negara kita, Zal."
"Lo bikin lah sendiri jirr, pasti lo juga gak akan tau lotion apa yang gue pake sekarang." Ujar Zalina sambil memicingkan matanya, menatap Sangga dari kaca spion.
Sangga mengedikan bahunya. "Dasar cewek, ribet banget perkara lotion, masa gue harus inget semua merek skincare lo. Lo mah setiap nitip ke gue harus aja sesuai merek yang lo sebut, padahal kata gue asal wangi enak-enak aja ditangan."
Sangga tidak habis pikir, dia kadang merasa beruntung karena lahir sebagai laki-laki. Karena menurutnya menjadi perempuan sangat ribet, terlalu banyak kebutuhan, apalagi Zalina.
Zalina menggelengkan kepalanya. "Lo itu harus tau, Sang. Beda merek, beda varian, beda manfaatnya juga."
"Tetap aja kalo dipake kena air nanti luntur, tangan lo tetap dakian kan?"
Zalina membulatkan matanya kemudian mencubit bahu Sangga. "Aduh!"
"Lo tuh dakian, mandi kadal terus, atau lo tayamum pake debu dikamar lo?" Ejek Zalina.
"Sembarangan lo! gini-gini gue rajin mandi!" Sangga tidak terima. "Kalo niat," lanjutnya sambil cengengesan.
"Jorok banget lo, Sangga!" teriak Zalina.
Sangga tertawa keras, tak terasa motornya sudah memasuki area parkir SMA Antariksa. Sangga memarkirkan motornya dibawah pohon yang ada disana, supaya joknya tidak kepanasan.
Zalina turun dari motor Sangga. "Gue masuk duluan, byebye!"
"Woy!" Zalina menghentikan langkahnya kemudian menoleh kearah Sangga.
"Apaan?"
"Lo mau jadi kura-kura ninja?" Zalina hanya menatap Sangga bingung. "Helm gue masih nyangkut di kepala lo anjir!"
Zalina buru-buru melepaskan helm yang ada dikepalanya, dia kembali berjalan kearah Sangga sambil cengengesan. "Kenapa lo ingetin sih?"
"Lah?"
"Helm lo ini kan mahal, coba lo lupa, udah pasti gue jual ni helm ke Akew, lumayan kan duitnya bisa gue pake buat beli Bakso di Mang Ubay." Jawab Zalina dengan santainya.
Sangga menyentil kening Zalina. "Sembarangan lo, dasar bocah karung."
Zalina tertawa. "Dadah Sangga!"
-Kisah Tanpa Ujung-
"Minggu depan kalian akan melakukan simulasi pertama, jadwal akan dibagikan di grup kelas masing-masing. Ingat untuk rajin belajar, waktu kalian disini hanya tinggal beberapa bulan lagi, semangat semuanya." Guru berkumis tebal itu keluar dari kelas 12 IPA 2, yaitu kelas Zalina.
Zalina merapikan beberapa bukunya, gadis itu menatap Esther yang sedang memainkan ponsel, kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu Esther dan membuat sang pemilik bahu menoleh kearahnya.
"Ngantuk gue,"
Esther mengangguk. "Cabut aja gak sih, satu mata pelajaran gak akan bikin kita tinggal kelas, kan?" bisiknya.
Zalina mencubit lengan Esther. "Enak aja lo! anak rajin gini lo ajak cabut."
"Sakit ih!" Esther balas mencubit Zalina, yang dicubit hanya mengaduh.
Zalina membuka ponselnya, tidak ada yang menarik. Gadis itu kembali menutup ponselnya, berbeda dengan Zalina, Esther sedari tadi selalu tersenyum sambil mengetik di ponselnya, membuat Zalina penasaran.
"Ngapain sih?"
Esther menoleh kemudian memberikan senyum manisnya, membuat Zalina sedikit bergidik.
"Kepo, anak kecil yang gak pernah pacaran mana ngerti." ejeknya sambil memeletkan lidah, gadis itu dari kursinya.
"Woy gue pernah pacaran ya!" sahut Zalina tak terima.
"Pacaran empat bulan, pacaran atau paketan, Zal?"
"Sial." Zalina hendak berdiri untuk mengejar Esther tetapi gadis itu sudah berlari, sambil tertawa.
Zalina hanya menggelengkan kepalanya. Esther memang cukup populer di SMA Antariksa, gadis itu cukup ramah dan pandai mengambil hati orang. Tak heran di Antariksa lumayan banyak laki-laki yang mengejarnya.
Zalina membuka buku fisika miliknya, seharusnya sekarang adalah jam pelajaran fisika, tapi sudah 15 menit berlalu Guru yang ditunggu belum juga datang.
Reza-ketua kelas IPA 2, datang sambil membawa bukunya. Laki-laki itu menuliskan sesuatu di papan tulis dengan spidol. Setelah selesai dia menoleh kearah teman-temannya.
"Kumpulin ke gue sebelum bel pulang bunyi."
Zalina membuka buku paketnya dan melihat soal yang harus dikerjakan, gadis itu memijit pelipisnya. "Belum ngerjain gue udah mual duluan, berasa banget gue dihamilin sama ni angka."
Esther kembali dengan wajah sumringahnya, kemudian duduk disebelah Zalina. "Ada apa gerangan cintaku, wajahmu suram sekali." ujarnya mendramatis.
Zalina tersenyum tipis sambil mengarahkan kepala Esther untuk melihat papan tulis. "Waktu seneng-senengnya udah habis ya, sekarang lo lihat tulisan didepan sana, kemudian lihat kesini." ujarnya sambil menunjuk buku paket yang ada didepannya.
Esther mengikuti arahan dari Zalina, raut wajahnya seketika berubah memelas. "Hari-hari gue dikasih makan angka." ujar Esther.
"Bener, hari-hari disuruh berhitung, padahal kita gak boleh jadi orang yang perhitungan, Ther." balas Zalina sambil mengelus dadanya.
Memang manusia penuh drama.
Tertanda,
BLZLUNABogor, Jawa Barat.
Sabtu, 04 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanpa Ujung
Teen Fiction(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Aku pernah membaca sebuah buku, yang mengatakan "jika hidup janganlah bergantung pada rasa gengsi, karena gengsi bisa menghancurkan dirimu sendiri". Aku pikir, tulisan itu hanyalah sekedar tulisan. Tetapi aku me...