Sangga dan Zalina sedang berada di sebuah Mall besar yang ada di Jakarta. Sesuai janjinya tadi untuk membelikan Zalina minuman matcha kesukaan Zalina. Hari ini Sangga akan menghabiskan waktu bersama Zalina, mereka akan menonton film terbaru yang sedang tayang di bioskop.
Sekarang keduanya sedang makan di sebuah resto yang ada di Mall tersebut. Zalina sibuk memakan nasi goreng seafood nya, sedangkan Sangga sibuk dengan sate taichan.
"Kemarin waktu lo pulang, gue liat lo diantar Javas." kata Sangga tiba-tiba, Zalina hanya mengangguk sebagai respon.
"Lo liat dimana?" tanya Zalina balik.
"Gue malem panik karena lo gak bales chat gue, jadi gue berniat buat nyamperin kerumah lo siapa tau lo udah pulang duluan. Ternyata baru selangkah keluar dari pintu, gue liat lo turun dari motor Javas."
Zalina hanya menganggukan kepalanya, mengerti. "Kebetulan, untung ketemu dia."
"Besok-besok gue pasang alarm lah buat jemput lo! biar gak keduluan sama dia."
"Dih. Lagian mana mungkin ketemu dia lagi selain di sekolah. Lagian cuma kebetulan."
"Keb-"
"Kak Zalina!"
Zalina dan Sangga menoleh bersama-sama ke sumber suara tersebut.
"Hey, Nadlyne!" sapa Zalina.
Zalina menyudahi makannya, gadis itu berdiri dan memeluk Nadlyne, seperti teman lama padahal baru kemarin bertemu walaupun di momen yang kurang pas.
"Kak, keadaan lo gimana?"
Zalina mengajak Nadlyne untuk ikut duduk bersama di meja yang sama.
"Gue gak apa-apa, lo gimana? baik kan?"
"Baik karena ada lo." kata Nadlyne sambil tersenyum.
Nadlyne melihat kearah belakang Zalina. "Kak! gue disini!"
Zalina menoleh dan mendapati Javas dengan pakaian kasual nya, lelaki itu berjalan menghampiri mereka.
Sangga dan Javas bertos ria ala cowok. Sedangkan Zalina hanya tersenyum tipis dan membiarkan Javas duduk disamping Sangga.
"Kebetulan banget ketemu disini. Gue sama kak Javas mau nonton, lo mau ikut gak?"
"Gue sama Sangga juga mau nonton kok. Ini lagi nunggu jadwal, makannya makan dulu disini."
"Yahh, gue mau traktir lo padahal karena lo udah nolongin gue." kata Nadlyne agak kecewa.
"Yaelah, santai aja kali. Kalo gak ada Javas, kita gak akan ada disini sekarang." sahut Zalina.
Nadlyne mengangguk setuju. "Walaupun kakak gue ini nyebelin, tengil akut, tapi kalo dibutuhin emang selalu on time." katanya sambil memberikan finger heart kepada Javas.
Javas menggelengkan kepalanya. "Alay."
Nadlyne yang sudah tau respon Javas hanya tertawa bersama Zalina. Sedangkan Sangga dari tadi bingung apa yang sedang mereka bicarakan.
"Lo daritadi pada bahas apa? kemarin kenapa? lo kenapa?" tanyanya sambil menatap Zalina.
"Lo siapa?" tanya Nadlyne.
"Gue Sangga, teman dekat Zalina." kata Sangga sambil menekan kata dekat.
"Ohh. Lo gak cerita ke dia?" tanya Nadlyne pada Zalina.
"Zal, lo ngerahasiain apa dari gue?"
Zalina hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Nadlyne, juga pertanyaan Sangga.
"Jadi kemarin malem waktu gue mau ke Cafe, gue hampir diculik dua preman sialan, waktu beberapa langkah lagi gue diseret ke rumah kosong, kak Zalina dengan berani mukul dua preman itu terus bawa gue lari. Hampir ketangkep lagi sih, tapi untung kakak gue dateng tepat waktu." tutur Nadlyne.
Selama mendengarkan penjelasan Nadlyne, Sangga terus menatap Zalina, yang ditatap hanya diam bingung mau menjelaskan bagaimana. Dia tidak cerita karena takut Sangga khawatir, apalagi Bunda Sangga. Karena segala sesuatu yang menyangkut Zalina, Sangga selalu menceritakan ke Bunda.
"Eh, jam berapa sekarang? yuk nunggu di bioskop aja, bentar lagi kan?" Zalina mengalihkan pembicaraan supaya Sangga tidak emosi, dia langsung menarik Nadlyne untuk pergi duluan, meninggalkan Sangga dan Javas yang masih duduk.
"Thanks udah nganterin Zalina." kata Sangga tiba-tiba.
"Santai." sahut Javas singkat.
"Jangan deket-deket Zalina." setelah mengatakan itu, Sangga pergi membayar makanan dan menyusul Zalina.
Javas tersenyum miring. "Pengecut."
-Kisah Tanpa Ujung-
Sejak Nadlyne menceritakan kejadian itu kepada Sangga, selama itu juga Sangga yang menjadi cuek kepadanya. Sampai sekarang mereka pulang nonton pun Sangga masih mengunci bibirnya rapat-rapat.
Dia bukan sengaja ingin merahasiakan kejadian kemarin dari Sangga. Tapi dia tidak mau Sangga khawatir dan merasa bersalah karena jika dia bisa menjemput Zalina mungkin tidak akan ada kejadian kemarin.
Mulut Zalina sepertinya akan berbusa karena sejak tadi dia mencoba membujuk Sangga agar tidak mengadu ke Bunda.
Zalina hafal sekali dengan sifat Sangga. Sangga diam terlalu lama bukan karena marah pada Zalina, tapi karena dia merasa bersalah.
"Gak usah dipikirin, Sang. Buktinya gue baik-baik aja kan sekarang??" kata Zalina mencoba menghibur Sangga.
Sangga menghentikan motornya di bagasi rumahnya, dia membuka helm Zalina, wajahnya masih datar. Zalina menarik kedua sudut bibir Sangga.
"Senyum napa lo, giliran disuruh gak mau, giliran gak disuruh nyengir mulu tiap detik."
"Maaf gue gak becus ngejagain lo kemarin."
"Tuh kan, apa kata gue. Lo tuh ya, gak semuanya tentang gue itu lo salahin diri lo sendiri. Lagipula gue gak marah karena kemarin lo gak jadi jemput gue."
"Tapi gue ingkar janji."
"Karena lo lupa, manusia mana sih yang gak pernah lupa? lagian, mau lo jemput atau nggak, mungkin ini takdir gue ketemu Nadlyne dengan cara yang nggak biasa." terang Zalina menenangkan Sangga.
"Jangan deket-deket Javas. Lo tau kan dia ketua Galpotra, musuhnya dimana-mana." wajah Sangga berubah menjadi galak.
"Kebetulan kali, Sang."
"Pokoknya lo berangkat, istirahat, pulang selain sama circle lo, ya harus sama gue." kata Sangga.
"Gak sekalian lo taliin aja ni gue?"
"Enak aja lo!" seru Sangga sambil menyentil kening Zalina.
"Gue mau istirahat. Besok harus ke sekolah kan ngurusin surat-surat, walaupun free tapi gue kangen daripada di rumah terus, bosen." kata Zalina.
"Bareng sama gue."
"Iya bawel banget lo. Bunda gak ada ya?" tanya Zalina karena dia tidak melihat ada mobil terparkir disana.
"Gak ada, lagi ikut acara sama Ayah."
"Oke deh, nanti aja gue ketemu Bunda. Makasih Sangga." gadis itu langsung berlari ke rumahnya di sebelah, ingin sekali rasanya cepat tertidur, yang penting masalah kemarin sudah selesai.
Tertanda,
BLZLUNABogor, Jawa Barat.
Minggu, 28 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanpa Ujung
Teen Fiction(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Aku pernah membaca sebuah buku, yang mengatakan "jika hidup janganlah bergantung pada rasa gengsi, karena gengsi bisa menghancurkan dirimu sendiri". Aku pikir, tulisan itu hanyalah sekedar tulisan. Tetapi aku me...