08 - Mobile legends

4 2 0
                                    

Killing spree!

Monster kill!

First blood!

You have an an enemy

Riga dan Sangga sedang sibuk bermain game Mobile Legends di ponselnya masing-masing. Maxime memainkan gitar sedangkan Daris sibuk dengan asrama perempuannya.

Victory!

"ANJAYYYY!" teriak Riga heboh.

"Berisik jing," Sangga menyimpan ponselnya setelah menang, dia mengambil rokoknya lalu menyalakan dengan korek api.

Sekarang mereka sedang berkumpul dirumah Maxime, laki-laki bule itu adalah anak tunggal kaya, orang tuanya sibuk bekerja, pindah tempat dinas keluar kota, sehingga rumah Maxime sering sepi karena hanya ada asisten rumah tangga dan dirinya.

"Bro, lo kenal si Prisila kan?" tanya Riga tiba-tiba kepada semua temannya.

Daris langsung menyimpan ponselnya, seperti mempunyai semangat sendiri. Riga langsung melempar bantal kearah Daris.

"Cewek aja lo cepet!"

"Tiga hari yang lalu dia ikut turnamen mobile legends, terus menang, kalo gue gak salah inget sih hadiahnya sertifikat, piala, sama uang tiga juta."

"Terus?" tanya Sangga. "Menariknya dimana? udah banyak cewek jago main ML."

Riga menoyor kepala Sangga gemas. "Belum selesai kampret!"

"Sialan." umpat Sangga sambil melempar kulit kacang kearah Riga.

"Yang bikin keren, duitnya dia sumbangin ke Panti Asuhan Bintang." kata Riga lagi. "Buset dah tuh cewek, keren bat, ikut turnamen ML buat ngebantu orang lain."

"Sok tahu lo! Mungkin lagi hoki aja dia menang makannya nyumbang," kata Sangga.

"I heard she's the daughter of a property entrepreneur." timpal Maxime lalu menyesap kopinya.

Daris menjentikan jarinya dihadapan Maxime. "That's right! she's the youngest child."

Riga menganggukan kepalanya. "She's beautiful, rich," ujar Riga sambil berbinar, "and most importantly, she's good at playing ML." lanjutnya.

Daris menyetujui ucapan Riga. "That girl was truly amazingly perfect!"

"Alay lo semua jir!" kata Sangga."Masih perfect kepitingku."

"Siapa?" tanya Riga.

"Yang suka blushing kalo digodain Sangga siapa lagi emang." sahut Maxime.

Sangga memberikan 2 jempol untuk Maxime. "Emang lo doang paling ngerti gue."

"OHHH ZALINA!" kata Daris heboh.

"Kepiting paling cantik itu Zalina, " kata Sangga dengan bangga.

"Tetap tak jadian... Tidakkah cukup, yang engkau lihat, pertemanan ini sungguh berat." ejek Riga sambil mengusap dadanya.

"Seberapa pantas kah kau untuk ku tumbuk?" balas Sangga sambil melotot kearah Riga, yang dipelototi hanya tertawa puas.

-Kisah Tanpa Ujung-

Sangga memasuki kelasnya sambil bersiul, didalam dia melihat baru ada Riga yang sedang mengobrol dengan seorang gadis.

"Oy cuy, sini cepet!" kata Riga.

Gadis itu menoleh kearah Sangga, kulitnya cukup putih, rambutnya berwarna hitam sebahu, dia memakai bondu pita berwarna pink.

Sangga menaruh tasnya diatas bangku miliknya lalu menatap Riga dan gadis itu secara bergantian.

"Anak mana yang lo culik?"

Riga menyenggol lengan Sangga sambil berbisik."Cewek yang gue ceritain kemarin."

Sangga mencoba mengingat gadis yang Riga ceritakan, akhirnya dia ingat, gadis ini adalah gadis yang Riga ceritakan menjadi pemenang turnamen yang menyumbangkan hadiahnya

Gadis itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Prisila Adelaide, panggil aja Prisil."

Sangga membalas uluran tangan itu sambil tersenyum ramah. "Sanggala Arsenio, lo bisa panggil gue Sangga."

"Lo sekolah disini udah dari kelas satu atau pindahan?" tanya Sangga, pasalnya Sangga jarang melihat dia bahkan hampir tidak kenal.

Prisila tersenyum. "Gue disini dari kelas satu, mungkin lo yang gak pernah merhatiin orang-orang."

"Lo benar, Sil. Gimana mau merhatiin, semua matanya dari mata kepala, mata batin, mata kaki, mata ikan udah ketutup, cuma satu cewek doang yang dia lihat." timpal Riga.

Prisila mengangguk mengerti. "Ternyata lo punya pacar."

Sangga hanya tertawa kecil, "Sorry, kayaknya murid Antariksa terlalu banyak sampai gue gak kenal lo."

Prisila terkekeh. "Santai aja lagi, lagipula gue bukan selebriti, wajar kalo lo gak kenal."

"Yaudah gue anterin lo ke kelas lo sekarang Sil."

Prisila menggeleng,"Lo sama Sangga aja. Gue bisa sendiri kok, Rig.".

Riga mengangguk, Prisila menoleh kearah Sangga lagi.

"Senang bisa kenal lo, kata Riga lo jago main mobile legends. Kapan-kapan kalo ada waktu free gue boleh ajak lo mabar gak?"

Sangga mengangguk. "Aman,"

Prisila tersenyum lalu memutar badannya dan berjalan keluar dari kelas Sangga.

-Kisah Tanpa Ujung-

"Kiw kiw,"

Zalina menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah belakang. "Cukurukuk," ujar Sangga sambil cengengesan.

"Jangan bertingkah, Sang."

Sangga tertawa lalu berjalan cepat menghampiri Zalina yang ada 2 meter didepannya.

"Matematika tadi simulasinya?" tanya Sangga, keduanya sudah jalan beriringan menuju parkiran.

Zalina mengangguk. "Terus gimana?" tanya Sangga.

"Bisa kok, Sang." jawab Zalina santai. "Bisa gila. Ngeliat soal matematika kayak inget dosa, bawaannya istighfar terus."

Jawaban Zalina membuat Sangga tertawa lalu mengacak gemas rambut Zalina. "Kalo lo udah keluar dengan selamat dari ruangan itu, gue percaya lo bisa."

"Lo tau gue gimana, Sang."

Sangga tahu jelas jika matematika adalah pelajaran paling dibenci oleh Zalina. Bahkan dulu Zalina pernah menangis karena dipaksa les matematika. Menurut Sangga, Zalina itu bukan tidak bisa matematika, gadis itu hanya tidak suka berhitung dan malas berpikir, itulah sugesti yang menjadikannya seperti sekarang.

"Gue tau lo pintar aslinya, cuma emang malas mikir aja." kata Sangga, "Gue tetap bangga sama lo, Zalina yang terbaik." Sangga mencubit pipi Zalina pelan.

3 kata terakhir Sangga sangat manis, membuat Zalina tersenyum simpul. Gadis itu merasa pipinya merah dan dia pura-pura bersin untuk menunduk. Sangga buru-buru menunduk melihat Zalina.

"Eh lo pilek?"

Zalina menoleh kearah Sangga dengan pipi merahnya. Sangga yang melihat itu merasa gemas sendiri.

"Lo itu kelebihan darah di pipi ya?"

Zalina memukul bahu Sangga. "Gue abis nyedot darah bayi!" kata Zalina galak.

Sangga tertawa. "Bayi nyedot darah bayi? lucu, lucu."

"Apa lo?!"

"Bayi macan kalo ini." kata Sangga gemas. "Gue suka banget kalo liat bayi macan ini cosplay jadi kepiting rebus."

Tidak menjawab Sangga, Zalina hanya membuang mukanya sepanjang jalan, sampai akhirnya mereka tiba di parkiran dan pulang.

Tertanda,
BLZLUNA

Bogor, Jawa Barat.
Sabtu, 11 November 2023

Kisah Tanpa UjungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang