Zalina menggigit tangan pria bertindik yang sedang menarik tangan Nadlyne sampai pria itu berteriak kesakitan.
"Mandi napa lo! keringet lo numpuk sampai asinnya melebihi ikan asin, tau lo?!" kata Zalina setelah melepas gigitannya.
"Cewek sialan!" geram pria bertindik, kini tangannya beralih menyeret Zalina sedangkan Nadlyne sudah ditarik oleh pria bertato.
"Lepasin gue!" kata Zalina memberontak
"Setelah gue bawa, abis lo!" kata pria bertindik emosi.
BUGH!
Tendangan dari belakang membuat pria bertindik dan bertato itu terhuyung kedepan dan terjatuh.
"Siapa yang mau lo bawa?"
Zalina dan Nadlyne yang kaget langsung menoleh kearah sumber suara.
"KAKAK!" teriak Nadlyne dan langsung berlari kearah pemuda yang ia sebut kakak.
"Javas?"
Saat pria bertindik mulai berdiri dan hendak menarik Zalina, Javas langsung menarik tangan Zalina untuk mendekat.
"Jagoan lo, ngurusin urusan kita?" tanya pria bertindik dengan songong.
"Bocah ingusan jangan ikut campur!" seru pria bertato.
Javas menoleh kearah temannya, memberi kode untuk membawa Zalina dan Nadlyne menjauh.
"Urusan lo sama gue, maju lo anjing!" seru Javas.
Tanpa babibu, kedua pria tadi langsung menyerang Javas yang hanya sendiri. Diserang dari 2 arah yang berbeda tidak membuat Javas takut, pemuda itu malah semakin membabi buta menonjok 2 pria yang tadi hingga kedua pria itu tersungkur ke tanah dengan wajah yang bonyok.
"Siapa yang nyuruh lo?"
Pria bertindik itu tertawa sinis, tidak mau menjawab. Melihat kondisi mereka berdua yang sudah mengenaskan membuat Javas mengurungkan niatnya untuk menghajar lagi.
Tidak penting mereka berdua suruhan siapa, mudah untuknya mencari identitas seseorang. Sekarang yang terpenting adalah adiknya dan Zalina tidak apa-apa.
Javas segera berlari ke tempat dimana temannya membawa Zalina dan Nadlyne untuk istirahat. Melihat sang kakak datang membuat Nadlyne berhambur ke pelukannya.
"Lo gak apa-apa kan?" tanya Javas.
Nadlyne menggeleng."Untung ada Zalina yang nolongin gue."
Javas melirik kearah Zalina yang sedang meniup luka di tangannya akibat sundutan rokok tadi.
"Sekarang lo pulang dulu." kata Javas.
Nadlyne melepaskan pelukannya. "Lo mau kemana?"
"Gue anter Zalina pulang. Lo dianter sama Kevin dulu."
"Lo kenal Zalina?" tanya Nadlyne.
"Satu sekolah sama gue."
Nadlyne membulatkan matanya lalu menepuk bahu Javas. "Kok ga bilang dia seumuran sama lo, mana gue daritadi ga nyebut pakai embel kakak." bisik Nadlyne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanpa Ujung
Teenfikce(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Aku pernah membaca sebuah buku, yang mengatakan "jika hidup janganlah bergantung pada rasa gengsi, karena gengsi bisa menghancurkan dirimu sendiri". Aku pikir, tulisan itu hanyalah sekedar tulisan. Tetapi aku me...