15 - Ingkar

3 0 0
                                    

Halo maaf telat update

Selamat tahun baru semua 🤗

Zalina masih duduk didepan kursi Cafe sambil menunggu Sangga datang. Gadis itu melihat jam di ponselnya, sudah menunjukkan pukul 21:40 tetapi Sangga tidak kunjung datang.

"Lo masih nungguin, Zal?" tanya Rendy yang baru saja keluar dari Cafe, disusul Dita.

"Udah mau jam sepuluh, jemputan lo lupa kali." kata Dita.

"Mungkin dijalan lagi macet ya." sahut Zalina.

"Lo gak mau bareng sama kita aja? sampai depan jalan raya, soalnya dijalan ini lumayan sepi, gak ada angkutan umum juga yang masuk." kata Rendy.

"Gak usah deh. Lo anter Dita aja, gue nunggu sepuluh menit lagi."

"Bener?" Dita memastikan.

Zalina mengangguk."Bener. Cepet, cepet! udah malem, nanti lo dicariin." kata Zalina sambil mendorong Dita agar segera naik motor.

"Oke, oke. Kabarin kalo ada sesuatu. Gue duluan." kata Dita.

"Takecare, Zal." setelah mengatakan itu Rendy langsung tancap gas meninggalkan area Cafe.

"Sangga ini kemana, tumben banget gak aktif jam segini." gumam Zalina.

Zalina menoleh kearah belakang alias kedalam Cafe, lampu Cafe sudah dimatikan. Semakin lama semakin terasa dingin disini, 10 menit lagi tepat jam 10 malam. Zalina segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan Cafe.

Jika terus menunggu Sangga yang tidak ada kabar bisa-bisa Zalina ketiduran di kursi Cafe. Lagipula tidak seharusnya Zalina menunggu Sangga, wajar jika Sangga lupa untuk menjemputnya, siapa tau Sangga sudah tidur atau kecapekan.

Berjalan menyusuri trotoar sambil memainkan ponselnya menghilangkan rasa takut, sebab di seberang kanan ada pohon kenari dan sebelah kiri Zalina terdapat beberapa rumah yang sudah mati lampunya, tandanya sang pemilik rumah sudah tidur.

Hanya tinggal melewati 2 rumah warga, Zalina akan melewati sebuah rumah tua yang sudah kosong lumayan lama, walaupun tidak pernah mendengar cerita tentang rumah itu tetapi membayangkan dari luarnya saja sudah bisa membuat bulu kuduk Zalina merinding.

Zalina memicingkan matanya melihat ada 3 orang yang berjarak hanya 3 meter dari tempatnya berdiri. Samar-samar Zalina mendengar suara dari sana.

"Tolong!!"

"Diem lo!" bentak sang pria.

Terdengar suara wanita minta tolong. Dengan cepat gadis itu mencari sesuatu disana, menemukan sebuah balok kayu dipinggiran tempat sampah rumah warga membuat Zalina memungutnya. Tangannya gemetar takut, tapi dia harus menyelamatkan gadis didepannya.

BUGH!

BUGH!

2 pria tadi terjatuh karena kepalanya dipukul menggunakan balok kayu oleh Zalina. Dengan cepat Zalina menarik gadis itu berlari meninggalkan tempat itu.

"Anjing!"

"Kejar!"

Zalina terus berlari, tangannya masih memegang erat tangan gadis yang ia tolong agar tidak terlepas.

"BERHENTI BOCAH!" teriak salah satu pria dari belakang sana.

"Lo jangan pingsan, tolong. Gue butuh kerja samanya supaya kita sama-sama selamat." kata Zalina.

Meski sambil menangis, gadis itu mengangguk kuat. "Lo tenang aja, gue juara lomba lari."

Rasanya seperti mimpi dikejar setan, berlari dijalan panjang yang tidak ada ujungnya. Nafas Zalina sebentar lagi akan habis jika mereka tidak segera menemukan bantuan, sedangkan 2 pria tadi masih mengejar mereka.

Zalina memperhatikan sepanjang jalan, hanya ada beberapa motor yang lewat, tumben sekali padahal ini masih jam 10 malam.

Gadis itu menarik tangan Zalina agar berhenti. "Lo mau ngapain? please gak ada waktu buat istirahat."

"Gue tau kita harus ngumpet dimana."

Kini gadis itu yang memimpin lari sambil menarik tangan Zalina, mereka berdua berbelok kearah gang yang sepi.

Merasa kehilangan jejak, 2 pria tadi menghembuskan nafas kasar. "Sialan, bocah pengganggu. Kalo ketemu gak akan gue lepas!"

-Kisah Tanpa Ujung-

Kedua gadis itu sedang bersembunyi dibalik tempok bilik kamar mandi umum yang sudah rusak. Zalina menoleh ke kanan kiri, gelap sekali. Jujur lebih menakutkan tempat ini dibanding jalanan sepi tadi.

"Udah?" bisik Zalina.

"Udah, sebentar." bisik gadis itu.

Mereka berdua tidak berani menyalakan senter hp karena takut membuat 2 pria tadi sadar keberadaannya. Mengandalkan cahaya layar ponsel, gadis itu menekan nomor seseorang dan menelponnya.

"Halo, kak tolongin gue."

Dengan suara khas habis nangis, gadis itu seperti mengadu kepada orang yang ditelponnya.

'Lo kenapa?'

"Jangan tanya sekarang. Please jemput gue dijalan mawar, titik tepatnya gue sharelock ke lo sekarang. Ajak temen lo."

'Oke.'

Begitu sambungan terputus, gadis itu langsung mematikan telponnya. Zalina menepuk bahu gadis itu pelan untuk menenangkannya.

"Oh iya, nama lo siapa?"

"Nadlyne."

"Gue Zalina." bisik Zalina.

Gadis bernama Nadlyne itu mengangguk dalam gelap kemudian berkata,"Gue minta jemput kakak gue. Seharusnya sebentar lagi udah dateng."

"Mau keluar?" tanya Zalina sambil berbisik.

"Iya. Pengap banget disini."

"Ngintip dulu."

Merasa aman, kedua gadis itu akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Akhirnyaaa." kata Zalina lega.

"Akhirnya kita ketemu lagi." ucapan itu membuat Zalina dan Nadlyne menoleh ke samping.

Terlihat disana 2 pria bertato tadi sedang duduk dengan rokok di tangannya, sambil menatap Zalina dan Nadlyne secara bergantian.

"Gimana ngumpetnya?" tanya pria yang mempunyai tindik di telinganya.

"Lo mau apa?!" tanya Nadlyne kesal.

"Wessss. Tadi gak berani ngelawan, kok ada temennya jadi galak sih?"

"Cih!"

Melihat Zalina berdecih membuat pria yang memegang rokok itu berdiri.

"Lo yang tadi mukul kepala gue kan?"

"Kalo iya, kenapa?" sahut Zalina songong.

"Gue mau bakar tangan sialan lo itu." katanya sambil mengangkat korek api dan rokoknya yang sudah menyala.

Zalina membulatkan matanya. "Sinting ya lo!"

"Banyak bacot."

Pria itu berjalan menghampiri Zalina dengan emosi, dengan cepat ia lempar rokok yang masih menyala itu kearah Zalina.

Zalina mengaduh kesakitan karena tangannya melepuh terkena rokok tadi. Sedangkan 2 pria tadi tertawa senang.

"Gila kalian!" Nadlyne membantu meniup luka Zalina.

"Ikut lo sama gue!" kata pria bertindik sambil berjalan mendekati Nadlyne.

BUGH!

Tendangan dari belakang membuat pria itu terhuyung kedepan dan terjatuh.

"Siapa yang mau lo bawa?"

Kisah Tanpa UjungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang