06 - Anak bunda

3 2 0
                                    

Selamat malam

Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan

Jangan lupa untuk vote dan komen

Maaf jika banyak typo

Selamat membaca ♥️

Sesuai ucapannya tadi, Zalina sekarang sedang berada dirumah Sangga, lebih tepatnya di dapur bersama Bunda Sangga. Mereka berdua sedang asyik membuat biskuit.

Sudah sekitar 1 jam Zalina berada dirumah Sangga, biskuit yang dibuat pun sudah cukup banyak untuk menjadi teman teh yang baru saja Bunda Sangga beli dengan rasa melati.

Setelah selesai dimasukkan kedalam toples, Bunda menyuruh Zalina untuk membawanya ke ruang tamu terlebih dahulu. "Bawa dulu kedepan sama kamu, Bunda mau bikin teh buat kita." ujar Bunda Sangga sambil tersenyum.

"Siap, Bunda!"

Zalina sudah terbiasa memanggil Bunda Sangga dengan panggilan Bunda. Berawal dari 4 tahun yang lalu saat Sangga dan Zalina baru resmi menjadi teman, karena tahu Zalina tinggal sendirian jadi Bunda Sangga memperlakukannya dengan baik, dan selalu bilang bahwa anggap saja Bunda Sangga adalah Bunda nya juga.

Zalina membawa toples berisi biskuit dengan taburan chocochips, dia melihat kearah Sangga yang sedang duduk diruang tamu sambil bermain PS. Gadis itu meletakkan toplesnya diatas meja dan duduk disebelah Sangga.

"KE KANAN ANJIR!"

"Buset dah ni si jamal."

"DIKIT LAGI, DIKIT LAGI!"

"ALAHHHHH!"

Begitulah kehebohan Sangga ketika sedang main PS, sendiri saja sudah berisik, bagaimana jika bersama Riga, Daris, dan Maxime? Sepertinya rumah Sangga dibutuhkan tembok kedap suara agar tidak terdengar sampai luar.

"Lo main PS sendiri aja rame-nya udah kayak di pasar induk." kata Zalina sambil memperhatikan jari Sangga yang lihai memainkan stick PS.

"Coba lo jelajahi dunia, dimana ada cowok main PS gak pake teriak-teriak." jawab Sangga, tatapannya masih fokus kearah televisi.

"Kalo didunia gak ada, gue jadi orang pertama yang bikin itu ada."

"Gimana caranya?" tanya Sangga, kini pandangannya teralihkan kearah Zalina.

"Lain kali kalo lo mau main PS, kabarin gue dulu." jawab Zalina.

"Kenapa?"

"Biar gue bisa nyiapin lakban. Sebelum lo mulai gue akan lakban mulut lo biar mingkem terus selama main, keren kan ide gue?" kata Zalina sambil memberikan senyum bangganya.

Sangga menyentil pangkal hidung Zalina. "Psikopat lo,"

"Lo bisa gak sih jangan nyentil gue mulu, Sangga!!" geram Zalina.

Gadis itu mencabut bulu tangan Sangga hingga membuat laki-laki itu mengaduh, pasalnya Sangga memang selalu menjadikan wajahnya sebagai target untuk mendaratkan jarinya yang tidak ada akhlak itu.

"Rame banget, ada apa sih?" ujar Bunda sambil membawa nampan yang berisi 3 gelas teh.

"Sangga nih, Bunda. Hobi banget nyentil muka aku." adu Zalina sambil mendekatkan dirinya kearah Bunda.

"Sangga." panggil Bunda, cara Bunda memanggil Sangga ini membuat Sangga menoleh sambil memberikan cengiran kudanya.

"Lagian Zalina gemes, Bunda. Tingkahnya aneh-aneh, gak mencerminkan cewek normal pada umumnya." ejek Sangga sambil melirik kearah Zalina.

Merasa diejek Sangga, Zalina pun mencubit tangan Sangga sambil melotot. Yang dipelototi hanya memberikan wajah menyebalkannya sambil memelet.

Bunda tertawa sambil geleng-geleng kepala, jika Zalina dan Sangga sudah bersatu didepan Bunda memang terlihat seperti anak kecil baru masuk TK.

"Udah, udah. Ayo cobain biskuitnya, jangan lupa dicelupin ke teh ini. Bunda baru beli rasa melati," kata Bunda sambil meniup-niup teh nya.

"Enak gak, Bun?" tanya Sangga, PS nya sedang dia pause.

"Gak tau sih kayak gimana rasanya. Bunda beli karena kemasannya lucu, ada gambar kartunnya." jawab Bunda sambil tertawa.

"Ya Allah, semua cewek sama aja. Asal lucu langsung beli, urusan manfaat itu belakangan." Sangga menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Karena Bunda belum pernah coba, biar Sangga aja yang coba duluan. Iya gak, Bun?" tanya Zalina sambil menaik turunkan alisnya kearah Bunda.

Mengerti sinyal dari Zalina, Bunda mengangguk lalu mengiyakan ucapan Zalina. "Bener, coba Bang kamu duluan."

"Sangga jadi tumbal?" Sangga menunjuk dirinya sendiri.

"Kan lo cowok sendiri." sahut Zalina santai.

"Maksud lo, setiap ada yang jumlahnya lebih sedikit itu harus dijadikan tumbal?"

"Nggak sih, emang pengen aja lo yang nyoba duluan." jawab Zalina sambil tertawa.

"Bener-bener psikopat lo, Zalina."

Sangga akhirnya mencoba tehnya pelan-pelan, melirik kearah Zalina dan Bunda membuat Sangga mempunyai ide jahil. Setelah dia menaruh gelasnya, dia pura-pura sakit perut.

"Aduh! Bunda tolongin Sangga, Bun!" ujar Sangga mendramatis.

Zalina dan Bunda menunjukan ekspresi paniknya. "Kamu kenapa Bang?" tanya Bunda dengan ekspresi panik.

"Perut Sangga sakit banget Bun, kayaknya tehnya beracun, aduh sakit banget!" Sangga terus menggeliat diatas sofa, dengan Bunda yang memegangi tangannya.

"Enak Bunda, wangi melatinya kecium banget." kata Zalina tiba-tiba, Bunda dan Sangga menoleh kearahnya.

Bunda langsung berdiri. "Emang gak pernah salah kalo yang kemasannya lucu itu." jawab Bunda dengan Bangga.

Bunda kembali menoleh kearah Sangga kemudian menjewer telinga Sangga. "Besok Bunda daftarin kamu casting jadi artis."

"Aduh! Sakit Bun, ampun!"

Akhirnya Bunda melepaskan tangannya dari telinga Sangga, Bunda duduk disebelah Zalina sambil meminum tehnya. "Gak mungkin Bunda beli sesuatu gak dicoba dulu."

"Hehehe," Sangga hanya tertawa.

"Biskuitnya enak banget!" ujar Zalina sambil memakan biskuit.

"Bunda tambahin dark choco tadi lalu gulanya dikurangi, terlalu pahit nggak?" tanya Bunda.

Zalina menggeleng. "Nggak! pas kok, aku suka rasa yang gak terlalu manis, Bun."

Bunda tersenyum. "Kalo kamu suka, nanti bawa kerumah ya buat ngemil kalo malam-malam kamu lapar dan malas makan nasi. Nanti Bunda buatin yang banyak buat kamu." kata Bunda dengan senang.

Sangga hanya melongo. "Bun, anakmu itu Sangga atau Zalina?"

"Loh, anak Bunda kan ada tiga. Sangga, Jingga, lalu sebentar lagi Zalina jadi anak Bunda.

"Mana ada gitu Bunda. Ya kali adik kakak ketemu gede," tolak Sangga.

"Yang bilang Zalina jadi anak Bunda sebagai adik kamu itu siapa?"

"Terus jadi apa lah Bunda?" Sangga meniup tehnya.

"Menantu lah." jawab Bunda santai sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Sangga.

Uhuk!

Zalina tersedak membuat Bunda dan Sangga panik. Bunda menepuk-nepuk punggung Zalina kemudian Sangga memberikan air putih.

"Pelan-pelan dong lo kalo minum, gak akan ada yang minta punya lo juga." kata Sangga.

"Zalina itu kaget karena mau jadi menantu Bunda, iya kan cantik?"

Zalina kemudian menggeleng keras. "Nggak Bun, Sangga udah punya pacar."

Sangga melotot kearah Zalina, sedangkan Bunda menoleh kearah Sangga. "Bener Bang?"

Sangga memasang wajah gugupnya, Bunda menoleh kembali kearah Zalina. "Gak apa-apa, biarin aja Sangga pacaran sama orang lain, nanti nikahnya tetap sama kamu."

Bunda memasang wajah gembiranya, Zalina hanya diam karena takut salah bicara lagi, sedangkan Sangga hanya menatap Zalina.

Kisah Tanpa UjungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang