Sangga panik bukan main, sekarang sudah pukul 12 malam, tetapi ia tak kunjung mendapatkan balasan dari Zalina.
Pemuda itu berlari keluar rumah, berniat untuk kerumah Zalina, siapa tau Zalina sudah berada dirumah. Baru selangkah keluar dari pintu utama, dia mendengar suara motor berhenti.
Sangga mengintip dibalik pilar rumahnya. Disana Zalina, Zalina baru saja turun dari motor hitam yang cukup Sangga kenali, motor Javas.
Dia melihat Zalina dan Javas berbincang sebentar, lalu akhirnya Zalina berlari kedalam rumah dan tidak lama motor Javas meninggalkan pekarangan rumah Zalina.
Sangga menyesali perbuatannya. Janji untuk menjemput Zalina ia ingkari begitu saja."Bego lu Sangga."
Sangga melihat ponselnya, mengingat kejadian yang membuatnya lupa menjemput Zalina.
Flashback On
Sangga sibuk bermain game di ponselnya, padahal 15 menit lagi Zalina sudah bubar di tempat kerjanya.
Killing spree!
Melihat jaringan yang begitu buruk membuat permainannya patah-patah. "Ah anjing ganggu."
Sangga menekan tombol keluar, biar saja AFK, salahkan jaringan yang membuat Sangga kehilangan niat untuk push rank.
@prisxury (prisila) mulai mengikuti anda
Notifikasi dari instagram membuatnya memilih untuk membuka aplikasi instagram. Disana jelas tertulis nama seorang gadis yang sudah mengikuti akun instagramnya.
"Ni cewek yang Riga bawa waktu itu kayaknya."
Sangga menekan akun instagram Prisil, melihat postingan-postingan milik Prisil.
"Buset, followersnya udah setara sama selebgram."
"Udah kaya, cantik, pintar ngegame, baik. Sempurna banget ni cewek."
"Tapi tetap cantikan kepiting gue sih."
Setelah mengoceh sendiri akhirnya Sangga keluar dari akun Prisila. Pemuda itu melihat snapgram teman sefollow-an nya.
(prisxury): halo sangga
Notifikasi lagi dengan orang yang sama pula. Sangga menaikan sebelah alisnya, bingung. Tetapi pemuda itu tetap membalas pesan dari Prisila.
(sanggars): halo sil
(prisxury): gimana kabar lo?
(sanggars): good, kalo lo?
(prisxury): selalu baik, hahaha
(prisxury): oiya, lo masih main ml?
(sanggars): masih
(prisxury): boleh dong mabar? hihi
(sanggars): sabi, tapi gue gasuka main sama beban
(prisxury): wah meremehkan gue ya lo, ayo buktiin biar tau kalo gue ga beban 😋
(sanggars): sangganteng, nih kalo ga beban
(prisxury): added, nomor whatsApp ga sekalian? hehe
(sanggars): kalo berhasil naik rank, baru gue kasih hahaha
(prisxury): kita buktiin aja
Flashback Off
Setelah itu keduanya terus bermain game sampai jam setengah 11, dan berhenti ketika Sangga sadar akan janjinya.
Sangga berjalan melangkah memasuki rumah, yang penting sekarang dia tau bahwa Zalina baik-baik saja. Urusan bagaimana Zalina bisa diantar oleh Javas akan Sangga tanya keesokan harinya.
-Kisah Tanpa Ujung-
Pagi-pagi buta Zalina sudah dibuat kesal oleh tingkah Sangga. Bagaimana tidak? sekarang baru pukul 6 pagi, dan Sangga sudah mengetuk pintu rumahnya sejak 30 menit yang lalu, alhasil Zalina dengan terpaksa bangun untuk melihat Sangga.
"Apaan sih lo?" ketus Zalina, gadis itu masih dengan penampilan kucel karena benar-benar baru bangun tidur.
Sangga merespon dengan cengiran kudanya. "Ayo olahraga."
"Gak." tolak Zalina.
"Ayo dongg, harus sehat badan lo, jangan tidur mulu nanti jadi remaja jompo beneran tau rasa lo!" kata Sangga.
Zalina memutar badannya meninggalkan Sangga yang masih berdiri didepan pintu. Gadis itu kearah dapur untuk mengambil air minum, Sangga mengikutinya dari belakang.
"Maaf soal semalem gue ingkar janji, gue kelupaan, Zal." kata Sangga sambil memperhatikan Zalina yang sedang minum.
Zalina masih tetap mendiamkan Sangga, kini gadis itu kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa, menunggu Sangga peka untuk menjelaskan alasannya karena dia gengsi untuk bertanya.
"Jangan marah dong, lo mau apa? mau kemana? ayo gue temenin sekarang."
"Gue mager kemanapun, dan gue lagi gak pengen apapun."
Sebenarnya Zalina juga tidak serius marah hanya karena hal sepele seperti itu. Lagian siapa Zalina berhak marah karena Sangga ingkar janji? mereka kan hanya sahabat, wajar jika Sangga lupa, kan tidak sengaja, mungkin saja Sangga ada urusan lain hingga membuatnya kelupaan.
"Jangan diemin gue, Zal. Gue minta maaf, besok-besok gak akan begitu lagi."
"Siapa yang bilang masih ada besok-besok?" kini tatapan Zalina beralih kearah Sangga.
Wajah Sangga berubah panik. "Maksud lo? Woy beneran deh gue tau gue salah, tapi jangan aneh-aneh lo anjir."
"Siapa juga yang aneh-aneh."
"Ayo beli minuman matcha kesukaan lo, berapapun yang lo mau, gue beliin."
Zalina mengangkat sebelah alisnya. "Yakin lo?"
Sangga mengangguk mantap, biarlah uang untuk top up ML nya berkurang, yang penting Zalina nggak nyuekin dia lagi, karena 1 cup minuman matcha kesukaan Zalina seharga 30k, untuk ukuran kantong pelajar itu termasuk mahal walaupun Sangga banyak duit.
"Oke, pulang lo. Gue mau lanjut tidur." kata Zalina mengusir Sangga.
"Lah, tidur lagi?"
"Ya lo pikir aja masa berangkat sekarang? Lo liat jam disana," kata Zalina sambil menunjuk kearah jam dinding, "pagi-pagi buta lo udah nyamper gue, sekarang hari minggu, lo lupa?"
"Oh iya juga ya." Sangga tertawa.
"Nyengir lo." kata Zalina.
"Okedeh, kasih tau kalo lo udah mandi, cantik, dan siap otw. Bilang mau naik apa? motor? mobil? atau jalan kaki?" ujar Sangga sambil menaik turunkan alisnya
"Terbang aja deh gue." sahut Zalina.
"Apa? di gendong? wusshhh aa selalu siap!"
Zalina menggedikan bahunya. "Siap kepala lo! semalem aja lupa jemput." sindir Zalina.
"Hehehe, khilaf kalo itu. Maaf atuh." balas Sangga.
"Udah sana pulang, mandi mending lo. Masih koloran udah nyamper kerumah perawan, malu sama semut depan rumah gue."
Sangga terus mengoceh, Zalina mendorong Sangga agar segera keluar dari rumahnya. Bukan apa, karena insiden semalam tubuh Zalina lumayan lelah, dia kurang tidur dan butuh istirahat.
"Babay kepiting." kata Sangga saat didepan pintu, mata genitnya tak lepas untuk menggoda Zalina.
"Kenapa gue bisa punya temen modelan jamet kayak Sangga." gumam Zalina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tanpa Ujung
Jugendliteratur(Follow, vote & komen jangan lupa ya) Aku pernah membaca sebuah buku, yang mengatakan "jika hidup janganlah bergantung pada rasa gengsi, karena gengsi bisa menghancurkan dirimu sendiri". Aku pikir, tulisan itu hanyalah sekedar tulisan. Tetapi aku me...