O7. Cemburu?

1.2K 62 0
                                    

Ladara langsung di sambut oleh Mamanya yang berdiri di depan pintu sambil bersedekap dada. Tidak seperti kemarin-kemarin yang penuh marah, kali ini Ladara menatap Mamanya dengan tenang. Sebisa mungkin Ladara memperlihatkan sisi penurutnya.

"Dari mana aja kamu?" tanya Mama Ladara.

"Belajar."

"Belajar? Belajar main biola? Jangan bohong Ladara!"

"Ladara habis les, Ma. Mama kan yang minta ke Ladara supaya Ladara mikirin nilai?"

Mama Ladara tampak memicingkan matanya curiga. Wanita itu menatap Ladara, mencari kebohongan pada anak gadisnya.

"Ladara gak bohong," kelit Ladara.

"Les di mana kamu? Sini biar Mama ngomong sama guru les. Mama gak yakin kamu beneran les."

Ladara mengeluarkan ponselnya. Sebelumnya dia sudah menghapus seluruh pesan antara dia dan Ray. Ladara juga mengganti nama Ray menjadi 'guru les'. Gadis itu mengulurkan ponselnya pada Mamanya.

"Bener, Ma. Leon yang daftarin Ladara les."

Mama Ladara langsung menelepon nomor Ray. Beberapa detik menunggu, akhirnya panggilan terjawab oleh Ray.

"Selamat malam, Ladara. Ada apa telepon saya malam-malam begini?"

Diam-diam Ladara menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Ray sangat tanggap saat dia suruh berpura-pura.

"Saya Mamanya Ladara. Apa benar ini guru les anak saya?"

"Benar. Ladara murid saya. Apakah sedang ada masalah dengan Ladara?"

"Ohh, tidak ada masalah. Selamat malam."

Panggilan terputus sepihak. Mama Ladara lantas mengembalikan ponsel Ladara ketika keraguan dalam hatinya telah terobati. Mama Ladara berjalan terlebih dahulu.

"Kamu makan dulu, Mama udah masakin ayam kecap."

****

Usai membersihkan diri dan makan malam, Ladara mendudukkan diri di meja belajar. Ladara menyalakan lilin aroma terapi untuk menemani belajarnya. Tujuan Ladara belajar saat ini bukan hanya untuk mengelabuhi Mamanya. Namun, Ladara juga ingin merasa pantas mendapatkan beasiswa yang menjadi hadiah kompetisi.

Ladara membuka laptopnya, membaca materi sejarah yang tadi ia pelajari bersama Ray.

Sebelum benar-benar hanyut dalam materi, Ladara meraih ponselnya, mengirimkan pesan pada Ray.

Ladara :
Makasih, Pak Guru 😺

Tanpa menunggu lama, bunyi notifikasi ponsel Ladara menjadi pertanda adanya pesan baru.

Ray :
Sama-sama
Seneng bisa ngobrol sama calon mertua

Ladara mendengkus pelan. Ia tidak menjawab lagi pesan Ray. Dirinya harus fokus belajar supaya menjadi pintar.

****

Berbeda dengan tiga temannya yang lain. Kayden, Geo, Aldev terlihat fokus pada ponsel masing-masing, sementara Ray fokus membaca buku kimia di hadapannya. Sebentar lagi dia akan ulangan susulan bersama Fanny di ruang guru.

Sejujurnya Ray sangat kesal ketika harus mengikuti ulangan susulan. Cowok itu akan menghadapi hujan, badai, halilintar untuk bisa mengikuti ulangan bersama teman-temanya. Akan tetapi, kemarin dia merasa sangat tidak enak hati jika menolak permintaan tolong Fanny.

"Ray, ke ruang guru sekarang," kata Fanny, sudah membawa sebuah alat tulis.

Ray mengangkat kepalanya, lalu mengangguk. Ia bergegas mengambil alat tulisnya.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang