11 - Maling Mangga

783 43 0
                                    

Matahari pagi muncul dari ufuk timur, membangunkan para manusia pribumi dengan sinarnya yang memukau. Burung-burung berkicauan, menari-nari di udara menyambut musim panas dengan bahagia. Suara gerbang besi tergeser, menjadi pemandangan yang indah di mata laki-laki yang duduk di atas motor.

"Selamat pagi duniaku, gimana tidurnya semalam? Nyenyak?"

Ladara mengangguk penuh antusias menjawab pertanyaan Ray yang penuh perhatian. Ia melangkah mendekat, membiarkan Ray memasangkan pelindung kepala.

"Kamu udah sarapan belum?"

"Aku-kamu?" goda Ladara.

"Iya dong, sekarang kita udah pacaran."

Ladara naik ke atas kuda besi. Ray bersiap menjadi pak kusir yang siap membawa kudanya pergi ke sekolah. Cowok itu membelah udara pagi yang menyapa penuh kehangatan.

"Ray, aku gak mau sekolah. Aku mau pacaran sama kamu aja," ujar Ladara di tengah perjalanan.

"Gak boleh. Hari ini kamu ada ulangan matematika kan?"

"Kemarin, Ray. Tapi, diundur minggu depan. Berarti boleh kan, kita bolos?"

"Gak!" tolak Ray.

Tentu dia akan rewel jika bersangkutan dengan pendidikan. Terlebih dia membawa amanah dari Leon untuk menjadi penanggung jawab atas nilai Ladara.

"Ray, aku beneran gak mau sekolah!" gerutu Ladara, saat motor Ray berbelok ke arah jalan menuju sekolah.

"Mangga di belakang sekolah udah mateng, Ra."

Tiba-tiba Ray memberi informasi yang menurut Ladara tidak penting. Ladara memutar malas matanya.

"Terus?" tukasnya.

"Ayo maling dikit."

"Eh?!"

Ray melirik wajah kekasihnya melalui kaca spion. Ia tersenyum kecil melihat wajah polos gadis itu. Ladara menggemaskan, sungguh sangat menggemaskan.

"Mau gak? Kalau gak mau yaudah biar aku sama anak-anak lain. Kamu masih mau bolos? Aku turunin di sini?"

"AKU MAU MALING!"

****

Geo membuka mulutnya tatkala melihat Ladara yang naik ke atas pohon dengan begitu lincah. Gadis dengan celana olahraga itu tampak tidak merasa kesusahan sedikit pun. Lalu, di bawahnya di susul oleh Ray yang turut naik ke atas pohon.

"Lo sebenarnya jantan kan, Dar?" tanya Geo, menyusul dua temannya itu.

Ladara sudah mulai menjadi teman Geo dan yang lainnya setelah menjadi pacar Ray.

"Gue campuran," balas Ladara asal.

Ladara memetik sebuah mangga yang tak jauh dari posisinya. Dia mengusapkannya pada bajunya tanpa basa-basi, kemudian menggigitnya.

"Gak sabar banget, ya?" cibir Ray hanya dibalas cengiran oleh Ladara.

Geo yang ada di bawah, memindai pemandangan taman belakang SMA Lintang Khatulistiwa. Selain pohon mangga, di sana juga ada pohon jambu. Sayangnya, siswa-siswi di sini malas untuk mengambil buah-buahan tersebut.

"PAK KEMBAR!" sapa Geo saat seorang guru bernama Pak Gio melewatinya.

Karena nama mereka hampir sama, Geo memanggil guru itu dengan sebutan Pak Kembar. Baginya, guru itu panutan. Beliau gagah, muda dan tampan. Pak Gio pun tak keberatan selama itu tidak mengurangi rasa kesopanan muridnya.

"Kamu ngapain, Ge?" tanya Pak Gio.

"Nyari mangga, Pak. Mau Geo petikin juga buat Bapak?"

"Tidak usah, Ge." Pak Gio beralih melihat siapa saya yang berada di atas pohon. Matanya melebar ketika melihat Ladara turut naik, bahkan berada di paling puncak.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang