O9 - Usaha Ray

1K 74 8
                                    

Masih terjerat dalam pengakuan Ladara tadi siang, perihal Ladara yang hanya menjadi pilihan kedua Ray. Apa maksud gadis itu? Selama ini Ray bersikap baik pada Ladara atas dasar rasa suka yang tumbuh dalam hati Ray. Ray selalu berusaha untuk membantu Ladara, namun kenapa Ladara menganggapnya seolah memiliki perempuan lain?

Ray mengacak rambutnya frustasi. Embusan angin yang menerpa tubuhnya sama sekali tidak membuat Ray beranjak dari balkon. Ray masih setia bergelut dengan pikirannya.

"Dari tadi gitu terus Ray? Mau sampai kapan? Sampai lo lihat kunti di pohon gede itu?" cetus Aldev yang bermain PS di dalam kamar Ray.

"Biasanya kalau pohon gede yang nunggu bukan kunti, Ge, tapi genderuwo," sahut Kayden.

Geo meletakkan telunjuknya di depan bibir, mengode pada dua sahabatnya supaya diam. Geo memperhatikan Ray yang masih saja diam tak berkutik.

"Gue curiga Ray kesurupan," bisik Geo.

"Sembarang mulut lo!" sentak Kayden, memukul mulut Geo.

Geo tak membalas, cowok itu bergegas bangkit dari posisinya. Geo juga mengajak Kayden dan Aldev supaya menghibur Ray.

Mereka bertiga mendekati Ray yang sedang melamun.

"Di gelap malam aku mulai tenggelam. Saat kau peluk erat tubuhku, sayang."

Geo memulai menyanyikan lagu berjudul Ijab Kabul milik kangen band. Suaranya yang menggetarkan bumi, disambung oleh Aldev dan Kayden.

"Tunggu aku pulang, aku pasti datang
Menemuimu tersayang,"

"Beranikan diri bertemu orang tuamu
Bicara baik dari hati ke hati,"

"Restuilah kami, doakanlah kami
Jadi pasangan abadi,"

"Tunggulah aku menjadi imammu
Dan tunggulah aku menjadi imammu."

Ray memutar malas matanya ketika tiga orang gila itu mengitarinya. Seolah menjadikan Ray pusat peredaran tiga cowok itu.

"GENDERUWOO!" pekik Ray, menunjuk pohon besar yang tadi Aldev dan Kayden jadikan bahan candaan.

Ray berlari memasuki kamarnya, disusul tiga cowok itu. Namun, Geo yang sangat penakut justru menubruk pintu kaca hingga menimbulkan suara dentuman keras.

"KEPALA GUE!" teriak Geo, memegang kepalanya yang cenat-cenut.

Bukannya membantu Geo, mereka yang ada di sana lebih memilih tertawa berbahak-bahak. Seperti itulah sahabat, tertawa dahulu baru menolongnya.

Geo menjatuhkan tubuhnya di lantai kamar Ray, kepalanya terasa begitu pusing.

"Meninggal ya, Ge?" tanya Kayden pelan.

"KAYDEN, GINJAL LO NGODE MINTA DI JUAL?"

Aldev memilih maju, membantu Geo bangun.

"Ayo beli rocket chicken," ajak Aldev.

"Gak!" tolak Geo mentah-mentah.

"Gue beliin paha atas."

"Lo mau nyogok gue, Dep?" hardik Geo.

"Ayo gue tambahin, martabak manis coklat kacang," ujar Kayden.

"Gue beliin soda gembira," tambah Ray.

Geo menatap curiga pada teman-temannya yang tiba-tiba bersikap baik sekali. Mereka semua menawarkan makanan yang paling dia suka.

"Kenapa lo pada nyuap gue?"

"Takut lo mati," jawab semuanya serentak.

"BAJINGAN!"

Ray, Kayden, dan Aldev langsung berlari keluar kamar Ray karena bocil kematian sudah mengamuk. Mereka bergegas menghindari Geo yang berteriak marah.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang