O8 - Sempurna

1.2K 65 6
                                    

Dinilai dari segi ucapan yang selalu terlontar dari mulut Ladara, gadis itu bisa dibilang manusia buruk. Akan tetapi, dari sisi berpenampilan, Ladara patut diacungi jempol. Gadis itu pandai merawat diri dan menjaga penampilannya agar selalu cantik serta sopan.

Bahkan Ray yang kini bersandar pada kap mobil, menatap Ladara kagum. Jantungnya berdebar bersama tiap langkah Ladara mendekatinya.

"Ray!" tegur Ladara, melambaikan tangannya di hadapan Ray.

Ray berdeham pelan. Cowok itu menengadahkan kepalanya, melihat langit malam yang tampak kosong.

"Bintangnya sembunyi, Ra, insecure lihat kecantikan lo."

Ladara tertawa pelan, ia mendorong Ray agar segera bangun dari posisinya.

"Ayo Ray, jangan lama-lama."

"Lo gak sabar?"

"Keburu malam dodol!"

Tanpa permisi, Ladara bergegas membuka pintu mobil Ray. Ray yang melihat hal itu terkekeh pelan. Gadis yang tampak feminim itu memiliki sifat yang sangat kontradiktif.

"Lama Ray!"

Ray buru-buru memasuki mobilnya. Takut jika acara dinner bersama Ladara gagal. Cowok itu memutar kemudi, melajukan mobilnya meninggalkan rumah Ladara.

Disepanjang jalan, Ray sesekali melirik Ladara. Perempuan cantik di sebelah Ray itu hanya diam saja sambil bermain ponsel.

"Ladara," panggil Ray.

"Apa?"

"Kita ngedate ya?"

Ladara yang tadi sibuk pada ponsel, kini menurunkan ponselnya. Ia menoleh pada Ray yang baru saja bertanya.

"Makan doang," tukasnya.

"Gue anggapnya dating, Ra."

"Gak ah, pulang nih gue," ancam Ladara.

Ray terkekeh pelan. Ia menghentikan mobilnya saat lampu di depan terlihat merah. Kesempatan ini ia gunakan untuk menatap Ladara.

"Secara gak langsung lo tolak gue ya?"

"GAK SUKA BAHAS GINIAN!" jerit Ladara menutup kedua telinganya. Ladara takut baper, sementara di sisi lain Ray dekat dengan cewek lain.

Ray tertawa, merasa gemas akan tingkah Ladara. Tangan Ray terulur menarik lembut tangan Ladara yang menutupi telinga.

"Kenapa gak suka?" tanya Ray.

Sorot mata Ladara menubruk mata coklat Ray. Keduanya saling bertukar tatap, seolah berbicara melalui mata mereka. Mata yang tidak akan pernah bisa berbohong.

"Mulut lo manis ke semua cewek."

Ray mengernyit bingung. Hendak bertanya lebih lagi, suara klakson dari mobil belakangnya menarik fokus Ray. Ray kembali mengendarai mobilnya sebab lampu telat hijau.

"Maksudnya gimana, Ra?"

"Gak tau," elak Ladara.

"Gue gak pernah deket cewek lain."

"Iya."

Hanya itu balasan Ladara, semakin memporak-porandakan isi hati Ray. Ray memutar otaknya, mencari jawaban atas penyataan Ladara tadi, namun tak kunjung dapat. Apakah ini hanya asumsi semata Ladara?

"Ladar--"

"Udah gue bilang gak usah bahas perasaan, gue gak suka!" sela Ladara.

"Kenapa? Lo tadi ngomong gitu pasti ada alasannya kan? Gak mungkin lo asal ngomong," tuntut Ray.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang