16. Malam Ultah

859 70 25
                                    

Hari demi hari berlalu, menciptakan kemarin yang tidak akan terulang kembali. Perihal hubungan Ray dan Fanny yang semakin dekat, hingga membuat hubungan Ray dan Ladara merenggang.

Tidak ada yang bisa Ladara lakukan, sebab semua yang Ray lakukan berlandaskan kerja kelompok. Sialnya, hari ini Ladara harus berdiri di depan ruang Fanny karena Fanny sakit.

"Ra," panggil Ray.

Laki-laki itu keluar dari rumah Fanny.

"Kamu bawa obat buat Fanny?"

Ladara mengangguk saja. Ray terlihat begitu khawatir dan peduli pada Fanny yang sakit. Padahal, Ladara juga sedang kelelahan akibat latihan biola.

"Makasih, Ra."

Saat mengambil kantung obat dari tangan Ladara, tak sengaja tangan Ray bersentuhan dengan kulit Ladara yang panas. Sontak, Ray beralih menyentuh kening Ladara.

"Kamu sakit?" cemas Ray.

"Sedikit, tapi gapapa."

Ray menatap Ladara dengan khawatir. Ia mengusap seluruh wajah Ladara.

"Aku langsung pulang, Ray."

Buru-buru Ray mencekal tangan kekasihnya tersebut.

"Tunggu aku, Ra, aku anter."

"Aku gapapa sendiri, Fanny lebih butuh kamu."

Bohong. Nyatanya Ladara sangat ingin ditemani oleh Ray. Mereka jarang bertemu atau sekedar bertanya kabar. Ray terlalu sibuk dengan Fanny.

"Kamu tunggu aku di sini bentar ya? Bentar aja," pinta Ray.

Cowok itu langsung bergegas menghampiri Fanny untuk berpamitan bahwa dia akan pulang. Ray memasuki ruang tamu rumah Fanny, meletakkan obat di atas meja.

"Fan, gue balik."

"Ray," panggil Fanny. Fanny mencekal tangan Ray yang bersiap pergi.

"Gue gak berani di rumah sendiri, gue takut meninggal."

"Gak separah itu Fan, lo cuma demam."

"Please Ray, temenin gue sampai ortu gue pulang."

Ray bimbang, sangat bimbang. Di luar masih ada Ladara yang menunggunya. Namun, dia tidak bisa menolak karena merasa tidak enak pada Fanny.

"Fan.."

"Ayolah Ray, temenin gue."

Suara lemas Fanny semakin membuat Ray tidak enak hati. Terpaksa Ray menyetujui permintaan Fanny kali ini.

"Oke."

****

Ray :

Ra, maaf ya aku gak bisa anter pulang

Ladara mengembuskan napasnya panjang. Dia tadi sudah berusaha sekeras mungkin untuk tetap menunggu Ray di depan rumah Fanny, namun Ray justru hanya menipunya.

Kini Ladara dalam perjalanan pulang dengan taksi. Entah sudah ke berapa kalinya Ray bersikap seenaknya sendiri.

****

Terhitung sudah satu bulan lebih Ray dan Fanny semakin dekat. Fanny si manipulatif yang pandai menghasut Ray. People pleaser menjadi salah satu sifat yang sangat merugikan, seperti apa yang Ray alami.

Pada hari ini, Ray menyiapkan sebuah kejutan ulang tahun untuk Ladara. Umur gadis itu memijak pada angka 17 tahun.

"Semoga suka, Ra," ucap Ray merasa bahwa dekorasi di atas rooftop kafe tersebut telah menjadi sesuatu yang begitu indah.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang