O4. Sengatan Lebah

1.5K 79 4
                                    

Vote dulu dong seng, jangan silent riders ya nanti kena gebuk sama Aldep lohh😔

Happy Reading

*****

Di sebuah kamar bernuansa merah muda dengan hiasan kupu-kupu di beberapa sudutnya, seorang gadis menatap pantulan dirinya di depan cermin. Dia sudah mengenakan seragam lengkap, bersiap berangkat sekarang. Namun, menyadari bahwa bibirnya begitu bengkak, Ladara langsung mencak-mencak.

Gadis itu hanya mampu menghentakkan kakinya sebab bibirnya terasa begitu sakit. Seperti sebuah karma yang instan.

Terpaksa Ladara harus menutupi sebagian wajah cantiknya, ia memakai masker pada bibirnya. Bahkan hari ini Ladara tidak sarapan karena luka di bibirnya masih begitu perih.

Ladara meraih tasnya, lalu memakai sepatu dan beranjak meninggalkan kamar.

"Ladara, tumben pakai masker?" tanya Leon.

Ladara pura-pura berbatuk, mengirim kode pada Leon bahwa dia sedang batuk hingga kehilangan suara.

Leon yang percaya pun langsung mengajak Ladara masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, mereka akan berangkat sekolah bersama.

"Luka lo udah membaik?"

Ladara mengangguk sebagai jawaban.

"Kemarin lo udah mulai belajar sama Ray?"

Ladara hanya mengangguk tanpa suara. Hal itu membuat Leon mendengkus pelan.

"Turun, gih. Nanti gue agak telat jemput, ada rapat Osis," ujar Leon dibalas anggukan kepala Ladara.

Ketika Ladara turun dari mobil Leon, semua mata siswa yang berada di sekitar gerbang langsung tertuju padanya. Ladara sudah bisa menebak, pasti sebentar lagi dirinya ramai diperbincangkan. Ia segera berlari kencang menuju kelasnya.

Dari tempat parkir sepeda motor, Ray memperlihatkan tingkah Ladara. Ia tersenyum kecil menyadari bahwa gadis itu memakai masker untuk menutupi bibirnya.

****

Siswa-siswi kelas XII IPA V berteriak heboh tatkala seorang siswa dari XII IPA I masuk ke dalam kelas mereka. Pucuk dicinta, akhirnya Ray menghampiri Ladara. Dari hiruk-pikuk berita yang beredar persoalan nilai F dara, ada banyak siswa yang selalu memperhatikan komunikasi antara Ray dan Ladara.

Ray meletakkan sekotak susu coklat dan juga roti di atas meja Ladara. Tanpa aba-aba, Ray membuka sebelah masker Ladara, lalu menutupnya kembali. Ternyata luka gadis itu cukup serius.

Jika saja bibir Ladara dalam kondisi baik-baik saja, Ladara pasti sudah mengomel pada Ray. Sayangnya, kini ia hanya bisa diam, melirik susu coklat yang Ray bawa.

"Tadi udah makan belum?" tanya Ray.

Ladara menggeleng pelan. Ia kembali fokus pada ponselnya, tidak peduli respon teman sekelasnya yang heboh termasuk Elda.

"Bisa buat makan?"

Tidak ada jawaban secara lisan maupun tersirat. Kali ini Ladara memilih diam. Sampai akhirnya Ray menarik tangan Ladara, mengajak gadis itu pergi dari kelas.

"AAAAAAAAA!!! KIYOWOO!"

"Tumben bangettt si Dara diem anjir, makin bikin gue mikir yang enggak-enggak kan?"

"Pacaran gak sih mereka?"

"Kita bakal besanan nih sama IPA satu?"

Seruan teman-teman Ladara ketika Ladara dan Ray sudah menghilang di balik pintu kelas.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang