1O - Obat Mencret

1K 59 3
                                    

ITU YG SILENT PENGEN PACARAN SAMA GEO KAH?

Kenapa sih maniezzz, kok tidak voteee ayo vote dulu yaaa tekan tombol bintang di pojok kiri bawah

Nah pinter nyaaa anak maniez

MAKASIH YG UDAH VOTE

Happy reading 💞🫁

****

Di bawah semburat langit yang perlahan menggelap, ada seorang laki-laki yang setia berlutut di hadapan perempuan cantik. Perempuan yang sebentar lagi akan menjadi kekasihnya. Andai dia berkata IYA.

"Gue ngajak lo pacaran, Ladara."

"Ini asli?"

"Iya asli, bukan ilusi. Jadi gimana? Mau apa engga? Gue udah pegel jongkok."

Pandai sekali cowok itu merusak suasana harmonis yang hanya bertahan sebentar itu. Daripada kehilangan momen ini buru-buru Ladara mengangguk pertanda mau. Ia menerima bunga mini dari tangan Ray.

"Iya, gue mau," ucap Ladara.

Akhirnya Ray yang sejak tadi menyembunyikannya ketegangannya, bisa bernapas lega. Lantas, dia segera berdiri bersejajar dengan Ladara yang resmi menjadi pacarnya.

"Lo bisa lepehin obatnya tadi," kata Ray.

"Udah gue telan," balas Ladara dengan wajah polos.

Spontan Ray membekap mulutnya, tidak bisa berkata-kata lagi.

"Itu ... obat mencret."

"SUMPAH OBAT MENCRET?"

Tanpa berpikir panjang, Ladara langsung mencoba mengeluarkan secara paksa obat yang sudah ia telan. Dibantu oleh Ray yang menepuk punggungnya beberapa kali.

"Hoeekkk.."

"Yah, udah gak bisa keluar ya?" gumam Ray pelan.

"ARRRH! LAGIAN LO KOK GAK ELITE BANGET SIH PAKE OBAT MENCRET? MANA BUNGANYA JUGA SEUMPRIT, SAMA UPIL GUE JUGA GEDEAN UPIL GUE! NIAT GAK SIH RAY NEMBAK GUE?" jerit Ladara begitu kesal.

Ray buru-buru membekap mulut Ladara yang hendak kembali mengomel. Sebelah tangannya mengambil buket asli dari dalam tasnya.

"Jangan dicancel jawabannya," bisik Ray, menyerahkan buket bunga pada Ladara.

Berusaha mencegah Ladara yang nyaris kehilangan mood karena obat mencret, Ray lantas menggandeng tangan Ladara erat. Tak lupa senyum tulusnya yang mampu mengalihkan dunia.

"Apa senyum-senyum gitu? Dipikir ganteng?"

"Ayo pacaran."

****

Embusan angin malam menemani dua insan yang tengah menikmati waktu berdua. Merajut sebuah cerita di hari pertama mereka berpacaran. Bangunan kota menjulang tinggi seolah menyambut mereka yang melintasinya.

Ribuan bintang di angkasa ikut andil dalam memperindah malam ini.

Ladara memeluk tubuh Ray yang sedari tadi hanya diam saja. Gadis itu mendekat, membisikkan sesuatu pada Ray.

"Gue gak punya pegangan selain iman yang lemah, jadi gue peluk lo," kata Ladara memperjelas tindakannya yang baru saja mengejutkan Ray.

Ray tersenyum kecil di balik helmnya. Tadi sebelum mereka sejauh ini, Ray sudah menyuruh Ladara memeluknya, namun gadis itu gengsi.

The Beauty Of ViolinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang