Tidak ada yang lebih menyebalkan dari ulangan matematika di jam terakhir. Ketika seluruh energi siswa-siswi nyaris nol, otak mereka justru dituntut berpikir keras dalam deretan soal yang didominasi oleh angka mengerikan.
Seperti yang sudah-sudah, soal yang keluar lebih sulit dari apa yang mereka pelajari. Ladara sudah belajar bersungguh-sungguh supaya bisa mengerjakan, namun nyatanya ketika dihadapkan oleh soal, dia langsung mengumpat pelan.
"Fuck sih kalau kata gue teh," gumam Ladara pelan.
Gadis itu berusaha mengerjakan soal-soal yang sekiranya mampu dia kerjakan.
"Oy, Einstein," panggil Elda berbisik pada Ladara yang terlihat fokus mengerjakan.
Mendengar suara Elda, Ladara pun menoleh pada gadis itu.
"Nyontek."
Ladara menegakkan badannya, memberi akses pada Elda supaya mudah melirik jawaban miliknya.
"Satu soal, gue dapat BMW kan?" tanya Ladara.
"Tolol, gak sekalian lo ambil ginjal gue?"
Elda mendengkus sambil menyalin jawaban Ladara. Sementara Ladara, perempuan itu diam-diam memotret soalnya dan mengirimkannya pada Ray.
Ladara :
Ladara send a picture
Ray, help me pwisss🥺
Beberapa menit menunggu, Ladara semakin gundah. Ia menerka-nerka jika cowok sepandai Ray pasti tidak akan membuka ponsel saat pelajaran. Akan tetapi, getar ponsel Ladara pada menit ke 7, mematahkan tebakan Ladara.
Ray :
I + U = ♥️
Semangat Ladara langsung luntur melihat jawaban yang tak sesuai kebutuhannya. Ray memang manis, namun ini bukan waktu yang pas.
Ladara :
IHHH RAY SERIUS 😡
Ray :
kerjain sebisanya biar kelihatan progresnya sampai mana
Ladara :
satu doang, gsh pelit bisa?
Ray :
gak
Ladara menghembuskan napasnya panjang. Percuma saja dia memaksa Ray, cowok itu pasti akan tetap pada pendiriannya. Terpaksa Ladara harus mengerjakan dengan otaknya sendiri.
"Awas aja kau Ray!"
****
Suara surga bagi para siswa-siswi terdengar menggema di seluruh sudut SMA Lintang Khatulistiwa. Dalam sekejap, seolah menjadi mantra yang mampu membangkitkan semangat semua orang sebab pada detik ini semua murid diperbolehkan pulang. Terkecuali yang memiliki jadwal tambahan.
"Ladara gue duluan ya!" pamit Elda, melambaikan tangan pada Ladara yang menuju IPA I.
"Iya! Hati-hati seng!"
Selepas Elda menghilang dari pandangannya, Ladara mempercepat langkahnya menuju kelas IPA I.
"Lo emang pinter, Fan."
Samar-samar, Ladara mendengar suara Ray dari dalam kelas IPA I. Suara itu membuat Ladara spontan menghentikan langkahnya. Ray baru saja memuji kepintaran Fanny yang Ladara tidak miliki. Terbesit rasa iri dalam benak Ladara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Of Violins
Ficção AdolescenteREBORN PYTHAGORAS Rayyan Afkara, biasa dipanggil Ray. Dia laki-laki pintar, tampan, dan mapan. Hidupnya tertata rapi, namun sangat monoton. Hingga akhirnya Ray menemukan lembar ulangan Ladara yang mendapatkan nilai buruk. Ladara Chesilia, gadis IPA...