12

612 83 4
                                    

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]

Udara disore hari ini terasa sedikit panas dari biasanya. Matahari memang menampakkan seluruh dirinya saat siang hari, membuat Aria hanya menghabiskan diri dikamarnya sebab cuaca yang tidak bersahabat. Aria menghabiskan waktunya dengan merajut sebuah syal berwarna merah yang tampaknya hampir selesai itu.

Hari ini dirinya benar benar bersantai dan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan hal yang dia inginkan. Tidak lama, pintu kamarnya terbuka menampakkan sesosok lelaki tampan yang begitu dirinya kenal. Tidak lain dan tidak bukan adalah William.

Sebuah senyuman terukir di wajah itu, kaki jenjangnya ia langkahkan mendekat kearah Aria. "Apa aku mengganggumu?" tanya nya dengan nada suara yang sangat lembut.

"Tidak. Sama sekali tidak."

Senyuman kembali tergambar dibibir William, tangannya itu mengelus kepala Aria pelan. Menatap gadis itu sekilas. "Mau pergi ke kota bersamaku? Kita habiskan malam disana." ajak William.

"Tentu" angguk Aria semangat. Tentu saja hal itu disetujui begitu saja oleh Aria. Itu salah satu hal yang selalu Aria bayangkan bagaimana menghabiskan waktu dan pergi berkencan dengan William.

Tunggu, apa William mengajaknya berkencan?

Begitu sebuah jawaban yang ingin William dengar itu berhasil ia dapat, tanggannya kemudian dia tautan pada sang pemberi jawaban.

"Baiklah. karena malam hampir tiba, kau sebaiknya bersiap siap."

Aria mengangguk tanda setuju lalu William keluar dari kamar gadis itu, memberinya waktu untuk bersiap siap. Sementara dirinya juga melakukan hal yang sama.

Begitu selesai, Aria langsung menghampiri William yang bilang akan menunggu dirinya di ruang tamu lantai bawah. Sebuah atasan berwarna putih tulang, dan rok sepanjang mata kaki berwarna navy serta rambut panjang yang di ikat kuda terlihat begitu pas pada Aria. Pakaian itu nampak bagus di tubuh mungilnya.

William menatap Aria selama beberapa detik. Pakaian pilihannya ternyata sangat cocok.

Lalu mereka akhirnya memulai rencana mereka -menghabiskan malam di kota. Sebelumnya William membeli beberapa kue disebuah toko langganannya, kue kue disana cocok dengan lidahnya. Teman temannya yang lain pun merasakan hal yang sama. Terutama Julian yang menyukai makanan manis. Lelaki itu pasti akan mampir membeli kue disana jika dirinya pergi ke kota.

Saat ini William dan Aria berada dibagian atas kota. Tangga yang cukup curam serta daerah yang terbilang tinggi ini sedikit menyiksa kaki Aria. Namun begitu dirinya melihat pemandangan di depannya, terbayar sudah buah dari hasil kerja kerasnya.

Bintang bintang terlihat begitu jelas seakan akan dirinya bisa meraih itu. Cahaya dari toko ataupun rumah yang berada dibawah juga terlihat cukup jelas.

Sebuah dunia baru yang dilihat oleh Aria.

"Wow" ucapnya 5 menit yang lalu, sebelum dirinya menatap langit yang sama selama itu. Sebuah pemandangan yang baru pertama kali dirinya lihat, dan itu hal yang luar biasa. Saat kecil, dirinya pernah bermimpi ingin menjadi bintang. Orang orang tidak akan memandangku rendah jika aku adalah sebuah bintang. Itulah pikirannya saat dirinya masih sangat belia.

Sekarang dirinya dapat melihat ribuan bintang dari tempatnya berdiri. Juga bersama orang yang spesial.

"Kau suka pemandangannya?" tanya William yang sejak tadi sudah terkekeh atas tingkah Aria yang sungguh menggemaskan. Sampai sampai pandangannya tak sempat melihat kearah langit, hanya memandang kearah Aria.

Aria memalingkah pandangannya sebentar kearah ke William. "Terima kasih karena telah membawaku kesini." dan kembali memandang kearah langit.

Begitu Aria mulai terbiasa dengan pemandangan yang ada, dirinya mulai duduk dengan tenang disamping William. Berbincang bincang tentang bagaimana dirinya dulu juga suka sekali memandang langit malam dari halaman belakang mansion milik Duke, sembari berbaring diatas rumput sendirian.

Kini Aria sudah punya seseorang yang bisa dirinya ajak untuk memandang langit malam bersama sama.

"Kau bisa kesini kapanpun kau mau. Katakan saja padaku." William menatap kearah Aria yang baru saja menghabiskan sepotong kue kecilnya. Tangannya sedang ia gosok gosok guna menghilangkan remahan yang menempel.

Aria menoleh ke arah William, memincigkan matanya. "Benarkah itu, wahai Tn. William sang bangsawan yang terhormat?"

"Uhm." Pandangan lelaki itu sama sekali tidak lepas dari mata obsidian Aria. Kepalanya dianggukan kecil sebagai pernyataan 'ya'

Harusnya Aria merasa kegirangan dan berloncat riang saat ini, tapi tatapan William pada matanya terlalu dalam. Menyebabkan sesuatu di dalam dadanya berdetak sungguh kencang. Aria menelan salivanya.

Tangan kanan William meraih pipi lawan bicaranya, ibu jarinya ia gunakan untuk mengelus wajah itu dengan lembut. Aria membiarkan hal itu. Entahlah, rasanya dirinya sudah terbiasa dengan segala sentuhan William. Atau bahkan bisa dikatakan dirinya menginginkan lebih?

Manik amber milik William masih menatap lekat milik lawannya. Rasanya dirinya benar benar jatuh hati pada gadis di depannya ini. Rasanya seperti seluruh dunia dan isinya mampu ia berikan untuk gadis ini. Rasanya seperti dirinya bisa merelakan apapun hanya demi bersama gadis di depannya ini. Sungguh, demi apapun dia menggila.

Semua pikiran yang berkecambuk dan perasaan yang bergejolak ini membuat William tak mampu.

Wajahnya ia dekatkan pada Aria. Menyadari bahwa gadis itu menutup matanya begitu dirinya mendekat membuat William tanpa ragu menciumnya di bibir ranum gadis itu.

Sebuah ciuman biasa yang hanya dihiasi kecupan demi kecupan kecil.

Sungguh, dua makhluk malang yang tidak tahu bahwa benang merah antara mereka telah terhubung sejak William meminum darah gadis itu. Mereka tidak tahu bahwa secara ritual mereka telah menjadi sepasang suami istri. Sebuah fakta dibalik perasaan mereka berdua yang begitu menggebu-ngebu. Tidak ada dari mereka berdua yang tau. William, maupun Aria.







Mereka juga tidak tahu bahwa pertemuan mereka justru membawa petaka.

🍁
_____

Maaf yah yang ini agak pendek hehehe

REBELLION [ Kim Sunoo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang