[]
Dunia runtuh untuk yang kedua kalinya bagi Jay. Lelaki itu merasa nafasnya seperti tercekat, seluruh badannya lemas tidak bertenaga melihat sesosok mayat yang sungguh dirinya kenal siapa itu. Badannya terkoyak di berbagai bagian dan darah yang mengalir ke semua arah. Pakaian tidur yang dikenakan mayat itu pun sudah dipenuhi noda merah.
Di dekatinya mayat itu, seluruh tubuh Jay bergetar hebat. "Yves" ucapnya terbata dengan suara lemah. Tangannya ia ulurkan untuk memeluk tubuh gadis itu yang tidak lagi mengeluarkan aura hangat. Jay tidak lagi peduli dengan pakaian mahalnya yang saat ini sudah terkena noda darah disana sini. Ditangkupnya wajah cantik gadis itu, tatapannya sungguh memancarkan rasa sedih yang mendalam. Sedetik kemudian bulir air membasahi pipi Jay, air matanya berlinang. Manik sebiru samudra itu tidak lagi dapat Jay lihat sekarang, telah tertutup untuk selamanya.
Ethan, Jake, Sean, Riki yang berada di belakang Jay hanya terdiam menyaksikan hal itu. Mereka tau bahwa temannya itu membutuhkan waktu untuk menerima hal itu. Mereka semua tau betul bagaimana dekatnya Jay dan Yves. Karena Jay selalu saja mengekor kemana pun gadis itu pergi.
Jay mendaratkan kecupan di semua bagian wajah Yves. Keningnya, kelopak matanya, hidung mancungnya, kedua pipinya, dagunya, dan juga bibir gadis itu untuk yang pertama dan juga terakhir.
Jay harus benar benar merelakan kepergian orang tercintanya itu sekarang.
Sedangkan Julian dan Aria pergi ke lain arah untuk mencari William yang tidak juga muncul setelah para mutan itu mundur begitu saja tanpa alasan. Dengan rasa khawatir dan perasaan yang terpukul atas kematian sahabatnya itu, Aria berlari di dalam mansion demi menemukan William. Rasa cintanya pada lelaki itu tidak pudar sehingga membuat pikiran Aria kacau begitu melihat keadaan Yves. Ia takut jika saja William terluka parah atau sebagainya, seperti yang para vampire lain bilang bahwa William adalah yang terlemah.
Dan benar saja lelaki itu tergeletak bersandar di samping sofa dengan luka yang cukup parah. Julian dan Aria langsung melangkah cepat kearah William.
"Will? Untunglah kau masih hidup. Sebaik-" ucapan Julian terpotong begitu saja saat Aria tanpa berfikir langsung memeluk William yang terluka dan menangis tersedu sedu.
"Aria, aku tidak apa apa." William mencoba menenangkan gadis itu.
Julian sedikit menjauh dari mereka, memberikan celah karena Julian tau dua orang di depannya ini saling jatuh cinta. Hanya Julian yang tau.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi malam ini. Tapi... Yves terbunuh." Julian mencoba menjelaskan kepada William alasan lain dibalik tangisan Aria.
Lelaki itu menunduk sedikit di dalam pelukan Aria. Dirasakannya pelukan tangan Aria yang semakin kencang di lehernya. "Aku minta maaf karena aku lemah."
"Tidak, William." Julian menghela nafas panjang. "Ada variabel lain tentang kejadian malam ini, kita tidak tahu siapa dalangnya."
"Jadi begitu." suara William melemah. Tangan kanannya sedang menahan darah di luka tangan kirinya yang robek, menunggu beregenerasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION [ Kim Sunoo ]
RomanceDianggap makhluk yang telah punah dan hanya menjadi dongeng semata tanpa tau bahwa beberapa dari mereka masih mencoba merangkak keluar dan membalas dendam. • written on october, 2023. • romance, fantasy.