Part 1

193 21 0
                                    

Helaan nafas itu menderu berat, sesekali tangan kecil nya menyeka keringat yang mengucur di pelipis nya. Sementara tangan yang lain sibuk meremat rambut dan kepala nya. Sedangkan bibir bawah nya ia gigit untuk menahan segala rasa yang sedang ia rasakan sekarang.

Matahari pagi itu menerobos masuk kedalam kamar gadis cantik yang terus mengeluarkan erangan. Tubuh nya meringkuk tepat di bawah ranjang tidur . Wajah nya sedikit memucat dan kemudian isakan kecil terdengar dari gadis cantik itu.

Setelah beberapa menit berlalu isakan kecil itu mulai mereda, gadis itu mendudukan diri nya lalu merapihkan helaian rambut yang terasa sangat berantakan. Hal itu bukanlah sesuatu yang baru, bahkan rasa sakit di rasakan nya hampir sudah satu tahun belakangan ini. Ya, gadis itu meremat kepala nya karena sakit yang ia rasakan. Tak ada siapapun di rumah sebesar itu, hanya ada dirinya dan rasa sakit.

Lee y/n. Gadis cantik itu enggan memberi tahu siapapun orang di dekat nya tentang apa penderitaan yang ia rasakan selama ini. Ia menelan semua nya sendirian tanpa siapapun di sisinya. Seperti hal nya pagi ini. Y/n harus menangani semua yang ia rasakan sendirian.

Gadis cantik itu selalu memeluk diri nya sendiri, menguatkan lalu bangkit kembali. Entah sampai kapan namun yang pasti y/n ketahui, ia akan menderita sampai akhir hidup nya sendirian.

Setelah selesai dengan rasa sakit nya y/n bergegas membersihkan diri. Ia akan memulai kembali aktivitas nya seperti tak ada apapun yang terjadi tadi. Bahkan senyuman manis itu selalu merekah dari bibir ranum nya, siapapun tak akan ada yang mengira bahwa gadis itu menderita penyakit mengerikan.

"Selamat pagi nona, apa kau mau bertemu seseorang? Kenapa kau terlihat sangat cantik hari ini?"

Tanya seorang pria yang menjadi pegawai nya di caffe.

"Tidak ada, bukankah memang aku selalu terlihat cantik Minho?"

Minho tersenyum mendengar bos nya itu, ia lalu kembali mengerjakan pekerjaan nya sedangkan y/n melenggang pergi menuju ruangan kerja nya.

Senyuman itu menghilang tepat setelah pintu tertutup. Tangan kanan nya memukul dada sendiri pelan, mungkin menjadi seseorang yang pura-pura bahagia adalah hal yang sangat sulit namun y/n memilih terus memberikan energi positif pada siapapun yang ia temui.

Setelah duduk di kursinya sambil memeriksa sesuatu di layar komputer nya tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Tanpa mendengar persetujuan nya sang tamu masuk melenggang kedalam ruangan y/n. Menampilkan sosok tampan dengan kemeja berwarna biru muda yang lengan tangan nya sengaja ia gulung hingga siku.

"Kim taehyung? Ada apa? Ini bukan jam nya kau meminta kopi khusus mu itu bukan?"

Ya dia adalah Kim Taehyung, pemilik gedung pencakar langit di dekat caffe milik y/n. Taehyung bukan lah seseorang yang asing bagi y/n, hampir setiap hari taehyung datang untuk membeli kopi namun ia meminta permintaan khusus pada y/n. Y/n harus menyajikan kopi langsung untuk taehyung.

Beberapa kali Minho menawarkan diri nya namun Taehyung tetap kekeh pada keinginan nya. Minho juga pernah berkata tentang kecurigaan nya pada y/n bahwa pria bermarga Kim itu menyukai y/n namun y/n dengan cepat menyangkal nya.

"Pekerjaan para pegawai ku tak ada yang benar y/n-ssi, aku pusing dan aku membutuhkan kopi yang kau buat seperti biasanya."

Y/n mengerutkan keningnya namun kemudian ia mengangguk , sambil mempersilahkan taehyung untuk duduk.

"Seperti biasa bukan?"

Taehyung mengangguk, setelah itu y/n keluar dari ruangan nya. Namun taehyung, ia tetap di tempat nya. Senyuman itu tergambar di wajah nya lalu kaki nya melangkah menuju meja kerja y/n .

Tangan nya bergerak menempelkan sesuatu di bawah meja kerja y/n. Sedikit suara tawa kecil nya terdengar, ia menatap sebentar ke arah foto yang ada di meja y/n.
Foto y/n bersama pria tampan yang berstatus sebagai sahabat y/n.

"Kau tidak membutuhkan apapun kecuali hidupmu sendiri."













































Tbc....

Butterfly In The Dark  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang