Part 3

56 12 0
                                    

Hujan hari ini mengguyur kota seoul bahkan di iringi dengan angin yang sedikit kencang.

"Kau harus menghangatkan diri mu minho-ah"

Y/n memberikan teh hangat pada Minho mengingat ia yang tak menyukai kopi.

"Terimakasih nona."

Y/n tersenyum, kemudian mereka sama-sama terdiam. Caffe hari ini sedikit sepi karena mungkin hujan yang lebat itu.

"Kau sedang ada masalah? Aku rasa hari ini kau terlalu murung, apa karena hujan membuat malas Minho?"

Tanya y/n memecahkan keheningan sambil tersenyum.

"Aku tidak pernah malas jika sedang mencari uang nona."

"Lalu kenapa?"

"Adik ku sedang sakit, kanker hati stadium pertama."

Pernyataan Minho membuat y/n sedikit kaget, ia meremat tangan nya di balik meja tak ingin Minho tau apa yang sedang ia pikirkan sekarang.

"Dia harus mendapatkan penanganan yang ekstra sebelum semakin parah dan itu tidak sedikit biaya nya."

Minho menghela nafas nya sambil mengalihkan pandangan nya pada y/n yang berada di sampingnya.

"Hentikan itu nona, aku tak ingin kau merasa iba pada ku."

Y/n lalu menggeleng pelan, tangan nya bergerak menggenggam tangan Minho memberi kekuatan.

"Aku akan membantu mu sebisa ku."

"Dan aku harap kau tidak menolak bantuan ku Minho, jangan khawatir adik mu akan baik-baik saja apalagi ia mempunyai orang yang sehat di sisi nya."

Minho tersenyum lalu kemudian dering telpon milik Minho menyapa mereka. Dengan cepat Minho menerima panggilan itu yang tak lain dari adik nya.

"Oh kenapa? Apa kau baik-baik saja?"

Setelah pertanyaan itu, mimik muka Minho seketika berubah menjadi pucat. Ia terlihat sangat khawatir sekarang.

"Em baik tunggu kakak!"

Setelah menutup telpon Minho dengan segera meminta izin pada y/n untuk pulang, bahkan y/n memberikan pinjaman mobil Minho .

"Aku harap dia baik-baik saja Tuhan."

Ucap y/n sambil memandang keluar yang masih di guyur hujan itu.

Tak selang lama sebuah mobil berhenti di depan caffe nya, lalu turun seorang pria dengan senyum yang terpatri di wajah nya memberi sapaan pada y/n.

"Aku pesan americano satu nona."

Senyuman manis itu terus terukir hingga mata nya hanya menampakan garis tipis di wajah nya.

"Tunggu sebentar ya."

Pria itu menggangguk, ia berdiri sambil mengotak ngatik handpone nya. Tak lama pesanan nya itu pun jadi, saat pria itu akan membayar tiba-tiba rasa nyeri di kepala y/n kini kembali terasa. Ia yang hendak meraih uang yang di berikan pria itu kembali menarik tangan nya. Dengan secara tak sadar ia meremat kepala nya yang berdenyut nyeri.

"Kau baik-baik saja nona?"

Pertanyaan pria itu terdengar samar hingga tubuh y/n yang sekarang tak bisa berdiri lagi. Y/n menjongkok kan tubuh nya sambil terus meremat kepala.

Pria itu dengan segera menghampiri y/n, ia memegang pundak y/n dengan tatapan khawatir nya. Sedangkan y/n terus mengerang kesakitan.

Entah apa yang ada di pikiran pria itu, ia menarik y/n kedalam pelukan nya. Ia menarik tangan y/n yang sibuk meremat kepalanya, menggantikan peran y/n dengan mengelus kepala y/n.

"Sstt"

Ucap nya sambil mengeratkan pelukan dan hal itu membuat y/n tenang. Ia tak lagi mengerang kesakitan, dan deru nafas nya kembali normal.

"Terimakasih."


































Tbc..

Butterfly In The Dark  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang