11 - Their Plan

59.2K 5K 88
                                    

ga nyangka part sebelumnya udah 1rb vote lebih 😭 terimakasih banyak semuaa!! baca komenan dari kalian itu mood banget tauu. kalian juga bebas ngasi kritik dan saran buat cerita ini ya!

Happy Reading~!

૮ ˶ˆ꒳ˆ˵ ა
🤍💙

Tanpa di duga, Darel justru mengangkat tubuh mungil Eve keatas pangkuannya. "Kakak baik? apa kau bahkan tidak tahu nama dari kakak mu yang satu ini?"

"Kak Darel." Eve mendongak pada Darel.

Darel mengernyit lalu menunduk ikut menatap Eve, membuat netra tajam berwarna abu-abu miliknya bertabrakan dengan mata biru berkilau anak itu.

"Kau tahu dari mana?"

"Dari kak Nathan, kata kak Nathan kakak yang berwajah sangar itu bernama Darel!" Eve terdengar bersemangat saat mengatakannya.

Sedangkan wajah Darel seketika berubah datar. Dari sekian banyak hal yang bisa di utarakan untuk menggambarkan dirinya, kenapa harus kata sangar yang Nathan pilih?!

"Big Bro beraninya kau mengotori pikiran bocah ini!" batin Darel, meronta kesal pada sang kakak.

"Kau sudah waras?" suara datar Dave terdengar, membuat Darel dan Eve menoleh secara bersamaan.

Dave datang dengan membawa botol susu Eve dan Paper bag kecil, pemberian Tera tadi pagi yang belum sempat anak itu buka.

Diikuti seorang Maid di belakangnya, yang membawa nampan berisikan semangkuk buah-buahan yang telah di potong-potong dan biskuit gandum untuk anak-anak.

Setelah semua itu Maid letakkan diatas meja kaca disana, ia langsung membungkuk hormat dan pamit untuk pergi.

Eve yang mendengar perkataan kakaknya barusan, dengan polos berkata, "Eve waras."

Darel hampir meledakkan tawa, sedangkan Dave yang telah duduk di samping mereka menatap kembarannya dengan tajam.

"Bukan Eve, tapi orang gila itu." Dagu Dave bergerak menunjuk Darel.

Darel melotot tak terima, hendak membantah namun Eve lebih dulu bersuara.

"Tapi kak Darel tidak gila." Eve memutar tubuhnya menghadap Dave, membuat Darel yang merasa di bela tersenyum miring.

"Kau dengar kan?"

Dave berdecih, ingin mengangkat tubuh mungil Eve untuk dipindahkan ke pangkuannya namun Darel langsung menepis tangannya kasar.

Darel merebut botol susu dari tangan Dave. "Biar aku saja"

Tangan besarnya mengusap rambut silver Eve sebentar, lalu menarik tubuh anak itu untuk bersandar pada dada bidangnya.

Tanpa memperdulikan tatapan menusuk dari adik kembarnya, Darel mulai membantu Eve untuk meminum susu coklat dari botol dot yang dipegangnya dengan tenang.

Dave bersedekap dada memperhatikan mereka, adik manisnya terlihat nyaman dalam pangkuan Darel.

"Kau menerimanya?" tanya Dave tiba-tiba.

Darel melirik sekilas. "Apa aku pernah mengatakan menolaknya?"

"Sikapmu yang mengatakan secara tidak langsung."

Darel diam, tatapan tajamnya terus terpaku pada bibir mungil Eve yang bergerak teratur menyedot susu. Ia bahkan masih tidak percaya, jika bocah yang berada di pangkuannya ini telah menjadi adiknya.

"Jika memang bocah ini memiliki niat buruk pada keluarga kita, aku sendiri yang akan memberinya pelajaran."

Wajah Dave berubah dingin dengan rahang yang mengeras. Namun ia mengerti, ia paham kenapa Darel berkata demikian.

EVERT (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang