09 - Afraid

64K 4.7K 146
                                    

terimakasii semuaa atas vote dan komen kalian, maaf udah nunggu lama >< sebagai gantinya part ini panjang loh!

Happy Reading~!

૮ ˶ˆ꒳ˆ˵ ა
🤍💙

"Kenapa lama sekali?" ucap Remon saat Tera masuk kedalam Mobilnya.

Kemarin saat Remon mengirim pesan, Tera hanya membacanya tanpa membalas. Hingga tadi malam saat Remon hendak tidur, Tera tiba-tiba meminta di jemput pagi-pagi sekali untuk pergi bersama ke Mansion Wang.

Pas sekali ini hari libur, Tera juga telah menyiapkan hadiah perkenalan untuk bocah imut yang telah berhasil menarik perhatiannya sejak kemarin.

Tera menghela nafas dengan wajah tertekan. "Sudahlah, mood ku sedang buruk."

Tangan Remon bergerak untuk mencubit pipi Chubby Tera. "Setelah tidak membalas pesanku, sekarang kau akan memasang wajah jelek ini?" gemasnya.

Tera mendelik seraya menepis tangan Remon dari pipinya. "Aku lupa untuk membalas karena terlalu bersemangat!"

Remon terkekeh. "Baiklah, baiklah. Apa yang kau bawa?" Pandangan Remon tertuju pada paper bag kecil berwarna putih dalam pelukan Tera.

"Hadiah perkenalan! Untuk bocah imutku nanti" Dalam sekejap wajah Tera berubah antusias.

Remon tersenyum gemas, tangannya terangkat untuk merapikan rambut merah darah Tera yang sedikit menutupi matanya.

⭑⭑⭑

Tangan mungil Eve bergerak acak, saat merasa sesak karena di dekap terlalu erat oleh seseorang.

Kedua mata bulatnya mengerjap, berusaha memperjelas penglihatan yang sedikit memburam. Netra birunya meliar menatap sekitar, ruangan yang gelap, hanya ada cahaya remang dari lampu tidur dari kedua sisi kasur.


Eve menunduk, menatap lengan kekar seseorang yang masih setia melingkar di perutnya. Karena minimnya penerangan, Eve tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang yang tengah mendekapnya saat ini.

"Kak Nathan?" panggil Eve ragu.

"Hm."

Eve mendongak, menepuk lembut pipi orang yang ia kira Nathan. "Eve sesak." lirihnya.

Dave, seseorang yang Eve kira Nathan akhirnya membuka mata. Tanpa suara, ia segera melonggarkan pelukannya.

Kemarin malam, Dave meminta Eve untuk tidur bersamanya. Nathan mengizinkan, karena ia memang tidak bisa menemani Eve tidur. Pekerjaan yang menumpuk tidak bisa di biarkan terlalu lama.

"Tidur." Dave menarik kepala Eve, mengusap pelan rambut silver anak itu untuk membuatnya merasa nyaman.

Mendengar suara berat Dave yang sedikit serak, membuat Eve kembali mendongak. Hingga akhirnya Eve bisa melihat dengan jelas wajah seseorang yang tengah mendekapnya.

"S-siapa?"

Dia bukan kak Nathan! Eve tidak kenal!

Tidak kunjung mendapat jawaban, Eve bergerak gusar karena mulai merasa takut.

"Mau kak Nathan." cicit Eve.

Dave kembali membuka mata, netra abu-abunya menatap wajah memerah adik barunya yang seakan ingin menangis.

"Kenapa?"

"Mau kak Nathan." lirih Eve yang telah berhasil terlepas dari dekapan Dave.

Tanpa berani menoleh pada wajah datar Dave yang terlihat menyeramkan, Eve segera beringsut ke pinggir kasur untuk turun.

EVERT (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang