Chapter 1

647 42 0
                                    

"Dok ini gimana ya kok anak saya malah jadi aneh-aneh? Dibius aja langsung kita bawa ke Singapore deh. Gak beres ini!"

---*---

"Pasien laki-laki, 25 tahun, luka luar. Tekanan darah 150 per 90, kecelakaan mobil dengan luka bagian kepala."

Jihoon berjalan cepat bersama brankar yang membawa seorang pria muda dengan kemeja putih dan dasi yang sudah dilonggarkan dari lehernya. Gesper sudah dilepas, bahkan petugas lakalantas telah memberi penyangga pada lehernya sebelum mengantarkan laki-laki itu ke ER rumah sakit tempat Jihoon melakukan internshipnya.

"Satu...dua...tiga..." dua petugas dengan seragam orange memberi aba-aba untuk memindahkan pasien tersebut ke ranjang ER.

"Pak? Halo? Pak? Bisa denger saya? Pak?" Jihoon menepuk keras pundak laki-laki itu untuk memastikan kesadarannya.

"PAK BISA DENGER SAYA?" lagi, beberapa tepukkan dan berhasil! Pasien meresponnya.

"Hmmmm...." matanya enggan terbuka tapi mulutnya sanggup untuk menyahut panggilan Jihoon yang cukup keras.

"Lehernya sakit?" Jihoon menaruh kedua tangannya di masing-masing sisi laki-laki itu.

"No.." laki-laki itu menyahut pelan. Nyatanya memang bukan lehernya yang sakit, tapi kepala sebelah kanannya yang terasa nyeri.

Jihoon mengeluarkan senter kecil dari sakunya, mengecek kedua mata pasien, "Refleksnya bagus. Kasih infus, nanti kita CT scan."

Pukul 3 dini hari dan satu ER dihebohkan dengan kecelakaan beruntun akibat truk container berukuran 20ft oleng dan 'menyenggol' beberapa mobil termasuk mobil sedan eropa milik laki-laki ini. Dikabarkan kendaraan-kendaraan yang menjadi korban cukup banyak dan untungnya tak ada korban jiwa karena si sopir yang diduga mengantuk langsung banting setir hingga kepala truknya lolos ke bahu jalan. Melihat lokasi kecelakaannya berada di sekitaran Pusat hiburan, Jihoon si dokter umum yang sedang menjalankan internship ini sungguh maklum jika salah satu korbannya masih cukup muda dengan pakaian kantor dan dasi yang dilonggarkan.

"Jangan-jangan abis oleng juga ini orang."

Kapasitas ER yang terbatas membuat beberapa korban dilarikan ke beberapa rumah sakit lainnya. Tapi beberapa ya dilarikan ke rumah sakit tempat ia bekerja, laki-laki ini salah satunya.

"Trauma kepala ringan. Habis ini sama dokter Edo kalo gitu." Jihoon membaca lagi health record dengan nama "Soonyoung" di atasnya. Selanjutnya, ia hanya perlu meneruskan segala teknisnya pada dokter Edo, spesialis neurologi yang akan menangani secara penuh pasien satu ini.

Dokter berperawakan mungil itu kembali ke ruangan istirahatnya saat jam menunjukkan pukul 7 pagi. Shiftnya sudah berakhir.

"Nginep lagi dok?"

Jihoon menoleh saat melihat Steven si mahasiswa koas menyapanya saat mereka sama-sama menaruh laundry di depan ruang istirahat dokter.

"Hmmm? Iya." menjawab seadanya dengan senyum tipis yang ia umbar. Berusaha ramah.

"Dok, kalo saya mau tanya-tanya kasus boleh gak dok?" laki-laki muda itu sekuat tenaga memberanikan diri bertanya pada Jihoon. Bukan apa-apa, Jihoon ini langganan sekali berjaga di ER. Kasus-kasus yang ia tangani pasti tergolong ekstrem dan semua butuh reaksi cepat dan spontan. Sasaran empuk para mahasiswa koas yang ingin menambah skill dan 'refleks' mereka ketika tangani pasien darurat.

"Jam saya udah kelar. Hari ini mau istirahat seharian. Nanti sebelum makan siang mungkin bisa." Jihoon tau benar bagaimana rasanya menjadi 'keset' bersama. Fase menjadi mahasiswa koas adalah neraka. Meski semua orang mengenal Jihoon sebagai dokter yang sulit diajak bercanda dan pembawaannya serius setiap saat, tapi bagi mahasiswa koas, Jihoon adalah dewa penyelamat.

Count on Me! [Second Life Universe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang