Chapter 20 [21+]

1.4K 37 0
                                    

"No...no...jangan bilang maaf. Aku yang harusnya minta maaf."

WARNING!!

21+

---*---

"Yang, bukanya masih sejam lagi, mending kita cari makan yang lain dulu yuk! Kasian si Udon laper itu..." Soonyoung duduk gelisah di balik kemudi. Bolak-balik mengecek Patek Phillipe-nya dengan setelan polo shirt navy dan celana panjang khaki. Hari Kamis pukul setengah 8 lewat sedikit, nongkrong di depan parkiran rumah makan Medan Lama karena Jihoon merengek ingin makan di sini. Sepagi ini.

"Kan aku bawa bekel. Udah deh Pa, nanti kalo kita ke mana lagi gitu keburu rame. Nanti abis kepala kakapnya!" Jihoon mengomel di sebelahnya. Suaminya ini kenapa sih tidak sabaran? Kan hanya tinggal menunggu sampai jam 9, apa susahnya?

"Aku kan udah pesenin tadi, udah ku telfon. Pasti ada stocknya buat kita. Gak bakal kehabisan..." Soonyoung mengulurkan tangan kanannya, ikut mencomot roti tawar gandum dengan olesan nutella yang dibawakan Mbak tadi sebagai bekal menunggu rumah makan ini buka.

"Ck! Kamu kalo keberatan nurutin ngidam aku mending pulang deh. Aku nunggu aja di depan sendiri..."

"Ehhh...eh....gak gitu! Iya, iya aku tungguin. Astaga Yang, gak gitu maksudnya..." Soonyoung menahan tangan Jihoon yang siap membalik badan dan membuka pintu mobil untuk keluar dari sana. Hhhh...Jihoon mudah sekali tersinggung dan Soonyoung harus lebih berhati-hati sekarang.

Bagi sebagian orang, sarapan mie ayam saja sudah aneh dan tak lazim kecuali kalian yang born and raised in Jakarta, macam Soonyoung begini. Mana ia pernah kepikiran untuk naik to the next level dengan sarapan sepiring besar gulai kepala kakap pukul 9 TENG karena Jihoon ngidam sekali.

"Aku pengen banget itu, sekarang. Tapi gak ada yang buka! Di aplikasi juga gak ada!! Gimana..."

Jangan dikira penderitaan Soonyoung sebatas pagi-pagi menunggu di dalam Audi di depan parkiran rumah makan ini, nope. Tidak sama sekali. Karena jam 1 dini hari tadi, ia terbangun dengan Jihoon yang menangis, merengek sembari membanting ponsel ke sebelahnya. Kesal karena seluruh rumah makan yang ia maksud, tutup semua. Ya memang Soonyoung bisa apa?

"Aku angetin rendang mau gak? Di kulkas ada yang kemaren dibawain Mami. Makan itu dulu ya?"

Jadilah Soonyoung menghangatkan rendang pukul 1 dini hari dan menyuapi Jihoon mungkin 5 suapan saja sembari mrembes milli.

Nikmatnya jadi calon Papa baru~~

Soonyoung tak marah sama sekali. Toh apa yang diinginkan Jihoon juga hal-hal yang mudah dicari. Soonyoung tak perlu bersusah payah karena pada dasarnya, Jihoon juga orang yang apa adanya. Mungkin ada kesal karena permintaannya tak dapat dipenuhi saat itu juga, tapi Jihoon masih bisa mentoleransi banyak hal.

"Makan yang banyak sayang..." Soonyoung pukul 9 pagi begitu sibuk memilah daging ikan di gulai kepala kakap dan menaruhnya di piring Jihoon agar tangan si cantik tak perlu berkotor-kotor ria. Biar Soonyoung saja.

"Nambah nasinya?" Soonyoung melirik ke arah piring Jihoon yang nasinya tinggal dua suap. Tersenyum bahagia karena meski Jihoon mual dan muntah cukup hebat pukul 6 pagi tadi, tapi nafsu makannya membaik setelahnya. Soonyoung akhirnya membagi setengah nasi di piringnya yang belum ia sentuh sama sekali karena harus meladeni Jihoon makan.

"Papa aaaa...." Jihoon menyuwir ayam pop dengan garpunya, menyuapkannya pada sang suami dengan sedikit nasi dan kuah gulai yang luar biasa enaknya.

"Makasih sayang..." Soonyoung tak akan mau pusing karena harus makan makanan bersantan di jam sepagi ini. Kalau sakit perut ya tinggal ke belakang saja, ya gak sih?

Count on Me! [Second Life Universe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang