Chapter 14

449 39 1
                                    

"Ya kayak gini kalo nikahnya sama aku. Banyak jeleknya. Nunggunya juga lama. Banyak susahnya."

WARNING!

abortion, suicidal thoughts

---*--- 

"Sher....please...." Soonyoung, jatuh berlutut di hadapan perempuan yang sudah siap dengan pakaian pasiennya. Hanya butuh waktu beberapa jam sebelum 'eksekusi' tiba.

Soonyoung, luruh di atas lantai rumah sakit. Mengiba.

"Aku mohon. Please stop. Aku bisa Sher, aku bisa." kedua mata itu memerah, bola matanya bergerak gelisah, tangannya meraih tangan kekasihnya yang sudah terpasang infus dan nyaris benar-benar siap.

"Hmmm...bayinya ku kasih ke kamu, abis itu kamu bakal liat aku mati di depan kamu." ucapannya begitu dingin. Muak. Kenapa harus dibahas lagi sih?

Perempuan itu masih begitu muda, 23 tahun usianya dan hamil di tengah-tengah ia harus menyelesaikan tugas akhir adalah petaka. Soonyoung mana paham.

"Aku bakal jagain kamu, kasih kamu semuanya. Sheryl mau apa? Aku...aku...kasih semua."

"Soonyoung..." matanya berputar, jengah. Sungguh, ia lelah.

Laki-laki dengan kemeja biru muda dan dasi yang terpasang asal karena ia lari tunggang langgang dari ruangan besar di kantornya saat perempuan itu mengirimkan foto terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan infus yang terpasang di tangan kanannya. Celaka.

"Kamu mau yang gimana Soonyoung? Aku overdosis kayak malam itu? Pake obat atau aku harus minum ber-krat krat alkohol? Atau kamu mau kayak film slasher kesukaan kamu itu? Potong nadi aku sendiri di depan kamu gitu? Kayak gini?"

"SHER!!" Soonyoung langsung berdiri saat perempuan itu dengan santainya mengambil pisau buah dengan tangan kiri dan menggores cepat lengan kanannya sendiri.

"Sher...Sher...udah....udah..." gemetaran Soonyoung mengambil sapu tangan dari kantong celananya, berusaha membalut luka di lengan kanan itu cepat. Beruntung bukan nadinya sasaran utamanya.

"Sher....please...udah..." jantungnya berdegup begitu kencang, kedua tangannya dingin sekali dan ia bahkan tak bisa memegang sapu tangan itu dengan benar.

Bahkan saat bala bantuan datang, mengobati 'luka kecil' di lengan perempuan itu dengan cepat. Laki-laki itu masih di sana, duduk linglung menatap kekasihnya yang kini berbaring dan enggan menatap wajahnya.

"You screwed everything, Nyong." matanya menerawang ke arah langit-langit kamar rawatnya. Marah luar biasa. Menyumpahi semua orang, menyumpahi keadaan. Bagaimana bisa hal begini terjadi padanya?

"Aku minta maaf." memang apalagi yang bisa Soonyoung katakan selain ucapkan maaf? Ini semua memang ketololannya.

Dua tahun mereka menjalin cinta. Soonyoung tak bohong jika ia pun terlena. Memadu kasih dan berbagi malam-malam panas menggairahkan. Darah muda...

Soonyoung, selalu membawa alat kontrasepsi di dompetnya. Dua? Tiga? Entahlah.

Ia selalu paham bagaimana caranya bersiap sebelum tenggelam dalam gairah.

Tapi malam itu berbeda. Malam-malam di mana ia harus berjibaku dengan pekerjaan dan tekanan dari Ayahnya. Segalanya harus sempurna. Zero mistake dan Soonyoung harus penuhi itu entah bagaimana caranya.

Condominium di tengah bisingnya kota New York jadi saksi bagaimana beringasnya Soonyoung bermain api. Pulang pukul setengah 3 pagi untuk selanjutnya pergi ke kantor tepat jam 9 lagi.

Lelah mental dan fisik.

Tinggal sendiri karena saudari kembarnya memilih berbagi kamar dengan sang kekasih di sekitar Silicon Valley. Romantis.

Count on Me! [Second Life Universe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang