Chapter 5

468 42 0
                                    

"Aku emang gak pernah tau apa-apa..."


---*---

Sudah terlalu lama, eh mengunjungi rumah sakit ini 2 minggu sekali dalam kurun waktu 2 bulan belakangan itu lama tidak ya?

Dulu, Soonyoung begitu bersemangat jika harus menemui dokter Esa terkait dengan pemulihan pasca kecelakaannya. Kalau bisa, dokter itu akan Soonyoung booked jadwalnya setiap hari agar Soonyoung selalu punya alasan untuk datang ke rumah sakit ini.

Soonyoung berjalan santai memasuki gedung rumah sakit, beberapa orang menundukkan kepalanya kecil, sapaan sopan saat berpapasan dengan Sooyoung yang masuk dengan setelan rapi tanpa jas yang menyampir. Bagian ortopedi ada di lantai 4. Keningnya mnegernyit saat melihat antrian lift yang mengular dan Soonyoung tidak gila untuk menggunakan lift prioritas. Jadilah ia mencari tangga darurat. Harusnya, di lantai 2 arus keluar-masuk lift sudah lancar. Naik sedikit kan tak apa. Biar sehat.

Tangannya yang dipasangi pen sesungguhnya masih begitu nyeri apalagi jika ia kelelahan karena lembur tiada henti. Malam sebelum tidur, rasanya sakit sekali hingga ia harus meminum pereda nyeri. Praktis, Soonyoung menghentikan beberapa aktivitas olaharaga rutinnya seperti tennis, polo, squash, bahkan sama sekali tak menerima ajakan drift di sirkuit yang juga rutin ia lakukan dulu. Soonyoung mulai kembali melakukan pilates atau renang santai agar tubuhnya tetap bugar selalu.

Beruntung, Soonyoung masih rutin berolahraga, sehingga menaiki tangga ke lantai dua bukanlah pekerjaan yang menyulitkannya. Merasa tubuhnya begitu prima, Soonyoung tetap berjalan naik hingga ke lantai tiga.

"Ssshhhhh...."

Soonyoung berhenti di tangga kedua lantai menuju tiga. Telinganya mendengar suara desisan cukup kencang dari arah atas.

"Hantu?"

Ini pukul 11 pagi, mana ada hantu berkeliaran jam segini?

"Arrrgghhhh aduuhhh..." desisan itu terdengar makin jelas yang membuat Soonyoung makin penasaran dan melangkah naik lagi.

Saat Soonyoung sampai di ujung tangga lantai tiga, di dekat pintu darurat. Soonyoung melihat sosok itu membelakanginya. Sosok dengan scrub biru terang, menunduk memegang erat handle pintu darurat. Tangan kanannya terlihat memegang perut bawah kanannya kuat-kuat dengan tubuh yang rasanya bisa merosot kapan saja.

"Haaahhhh....sshhhh...." aduhannya makin kencang. Tapi Soonyoung tetap diam di tempatnya.

Dua bulan ini, Soonyoung sukses menghilang. Tak mau sama sekali menengok atau sekadar mengetahui kabar sosok yang sebenarnya begitu ia rindukan. Bohong jika Soonyoung langsung lupa. Mana bisa?

Sosok ini selalu menghantui pikirannya. Membuat tidurnya gelisah dan tentu tak pernah nyenyak. Mungkin orang ini juga yang kemudian membuat Soonyoung kehilangan kualitas tidurnya, kemudian menjadi cepat lelah dan berakibat nyeri pada lengan hingga bahunya tak kunjung hilang.

"Ssshhhhh...." desisannya melemah dan HAP beruntung Soonyoung cepat tanggap. Jihoon langsung melemas dalam dekapan Soonyoung yang sigap.

"Ji...? Hey...Jihoon? Ji?" Soonyoung panik! Dalam dekapannya, Jihoon yang sudah lemas dan setengah sadar, masih juga mendesis dengan wajah pucat dan tubuh penuh keringat. Soonyoung terus menepuk pipi Jihoon untuk memastikan ia tak benar-benar pingsan, tapi percuma karena tak ada respon.

Berbekal kepanikan, Soonyoung mengangkat tubuh Jihoon dalam dekapannya setelah sebelumnya sempat menarik pintu darurat yang beratnya luar biasa. Berjalan cepat untuk menemukan siapapun yang bisa menolongnya.

Count on Me! [Second Life Universe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang