Chapter 6

492 47 4
                                    

"Ji, you're precious, kenapa ngomong begitu?" 

WARNING!!

mental distress, suicidal thoughts

---*---

Jihoon tak pernah benar-benar tau bahwa Soonyoung akan sekeras kepala ini. Entah sudah berapa kali Jihoon meminta untuk pindah ruang rawat inap ke kelas biasa tapi laki-laki tak pernah menggubris. Sekarang, Jihoon hanya harus pasrah duduk bersandar pada ranjang, menggonta-ganti film yang ingin ia tonton via Netflix meski telinganya jujur terganggu dengan Soonyoung yang begitu berisik.

"Have you checked the API logs for any unsual errors?"

Gila, ini pukul 8 malam dan Soonyoung tak berhenti berkutat dengan segala gadget yang ia bawa. Telinganya tak pernah lepas dari airpods dan matanya menatap tajam laptopnya.

"Hhhhh...."

"Ji? Butuh sesuatu?" Soonyoung, masih dengan sambungan telfon yang terhubung, menatap Jihoon yang terdengar menghela nafas begitu keras di seberang tempatnya duduk. Si manis hanya menggeleng kecil.

Jihoon bosan.

Terduduk selama 4 hari di atas ranjang rumah sakit bukanlah gayanya. Harusnya, ia sudah bisa pulang di hari kedua. At least beristirahat di kamarnya sendiri karena memang apa yang ia alami bukan masalah besar.

Soonyounglah masalah besarnya.

"Iya...iya, udah saya cek kok. Mas Seungcheol masih di SG sampai lusa, ke saya aja dulu semuanya." tangan kanan laki-laki itu memijat lehernya yang tegang. Pekerjaannya begitu banyak, tapi meninggalkan Jihoon sendirian di kamar rawat untuk sekadar pergi ke kantor adalah neraka. Soonyoung tetap teguh untuk menemani si manis itu hingga ia pulih benar.

Matanya tak sengaja melirik sedikit ke arah Jihoon yang berusaha meraih gelas air minumnya. Cepat sekali Soonyoung bangkit dari sofa, mengambilkan gelas itu untuk Jihoon, tak lupa dengan sedotannya.

"Make sure to keep coordinating with development team ya, saya lusa mungkin bisa masuk kantornya." bibir itu terus berbicara. Berkoordinasi yang jujur Jihoon tak paham sebenarnya laki-laki ini membahas apa. Tapi tubuh tegapnya yang berdiri di sebelah ranjang dan sigap membantunya minum meski harus membagi fokus untuk memberikan directions pada anak buahnya membuat Jihoon tertegun di tempatnya.

Beberapa hari menghabiskan malam dengan Soonyoung dalam satu ruangan yang sama. Technically, mereka tidur satu kamar. Jihoon bisa melihat laki-laki itu dari bangun tidur hingga tidur lagi dengan segala bentuk Soonyoung yang menurutnya menarik.

Jihoon tak ingin berbohong. Laki-laki ini memang atraktif.

Tampilannya yang mengenakan kacamata baca, lengkap dengan setelan kerja tanpa jas yang dikenakan, dasi yang terpasang longgar, tubuh terpahat sempurna di balik kemeja yang lengannya digulung hingga sikunya, dan perhatian Soonyoung pada Jihoon meski ia sibuk sekali mengurus segala sesuatunya. Jihoon, terkesima.

Hey, dia manusia normal berusia 23 tahun sekarang. Meski cinta bahkan sayang sungguh jauh di ujung mata. Tapi disuguhi konten menarik berhari-hari bahkan Soonyoung yang terbangun di malam hari dengan rambut kusut masai demi mengantar Jihoon ke toilet itu sungguh seksi di matanya!

Jihoon tak ingin munafik.

Laki-laki itu juga menepati janjinya untuk berhenti membahas apapun terkait hidup Jihoon yang katanya tak ia mengerti. Jihoon masih banyak diam, tak banyak mengumbar senyuman, dan dengan keadaannya yang jauh dari kata prima ia pasrah saja saat Soonyoung mengurus dirinya.

Count on Me! [Second Life Universe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang